Filosofi

Edy Mulyadi, Tabuh Genderang Kecapi untuk Gagalkan IKN di Kalimantan

Minggu, 30 Januari 2022, 13:21 WIB
Dibaca 474
Edy Mulyadi, Tabuh Genderang Kecapi untuk Gagalkan IKN di Kalimantan
Peribadi

"ade' barani ame' gali-gali, kade gali ame' barani-barani" 

artinya (Kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan berani-berani),_ demikian semboyan Edy Mulyadi yang saya telusuri dari jejak digital.

Edy dan kawan-kawannya punya nyali. Sangat berguna utk punya nyali besar! Berbekal nyali itulah dia menyusun agenda lengkap strateginya. Lalu dicarilah momentum paska UU IKN disahkan. Kita tahu, sejak awal Edy dkk menolak IKN pindah dgn alasan yg dibungkus rapi soal biaya, soal pandemi, dll. Padahal alasan utama adalah agenda mereka tdk mulus, akan macet dan buntu. Tdk bisa lagi mereka demo dijalan atau Monas utk memaksa pemerintah mendengar atau mengakomodir keinginan mereka.

Waktu atau momentum itu datang!

Edy Mulyadi segera menabuh genderang kecapi menolak IKN di Kalimantan. Harapannya: komunitas masyarakat Kalimantan, terutama komunitas Dayak akan langsung menari di atas alunan genderang kecapinya.

Harapannya tercapai. Semua menari dari ujang barat sampai utara. Alunan gerak kaki, tangan dan pekikan suara sama: Edy Mulyadi menghina, rasis, dll.

Nah, semua masuk perangkap. Masuk agenda! Mantap dan asiiikkkk, mungkin pikir si Edy Mulyadi saat melihat dan mendengar semua menari tanpa henti sesuai irama kecapi.

Sampai kapan komunitas Dayak menari? Edy Mulyadi sedang memainkan dan memperlambat alunan kecapinya agar semakin lama kita menari. Caranya, menolak hadirnya panggilan aparat penegak hukum: bagian dari upaya atau strategi memperlambat alunan musik kecapinya.

Kami memang emosi dan marah atas pernyataan si Edy. Mengatakan Kalimantan tempat Jin, Kuntilanak dan Genderuwo hidup dengan harkat dan martabat kita. Masyarakat yg ada di Kalimantan disejajarkan atau disetarakan derajatnya dengan makluk tersebut di atas.

Selain mencederai memori kolektif kita sebagai warga bangsa yang berdasarkan Pancasila, juga mengingkari kekuasaan atau keIlahian Tuhan yang menciptakan manusia dan semesta alam.

Semua manusia diciptakan sama dan sederajat.

Hemat saya, wajar jika kita marah. Marahlah semarah-marahnya. Teriaklah sekeras-kerasnya. Menarilah semampu kita dengan alunan musik kecapi petikan jari-jemari kita sendiri. Suara kecapi petikan jemari tangan kita sebagai empunya kecapi pasti lebih merdu dari si Edy yg tdk tahu musik kecapi.

Abaikan musik Edy Mulyadi agar dia gigit jari dan tidak mampu lompat dari lobang yg telah dia gali sendiri. Biarlah dia duduk dan menangis sendiri di dasar lobang tak bertepi itu.

Pada akhirnya, biarlah aparat penegak hukum yg akan mendidik dia dan konco-konconya. Memberinya ikan asin, tempe, tahu dan telor serta selimut tebal sebagai bekal makan dan tidur menunggu mimpi IKN batal ke Kalimantan.

Pasti....! Mimpi tak kunjung datang dan mentari pagipun tak kunjung melakukan kunjungan balik dinding kokoh itu. Menunggulah wahai Edy Mulyadi di sana, sendiri berteman sepi dan dingin menusuk.

IKN sudah sah di Kaltim. UU sudah tok palu oleh Ketua DPR RI. Sudah pasti memberikan dampak macam-macam jenis dan rupa: ekonomi, sosial, budaya, dll di Kalimantan.

Sudah lama kita perubahan dan pembangunan itu. Saatnya datang. Segeralah raih. Persiapkan diri. Tingkatkan kualitas diri. Luaskan dan besarkan kapasitas dan kapabilitas diri agar peluang dan kesempatan datang lewat di depan.

Dan jangan lupa: bangun jaringan atau koneksi dengan siapa saja. Entah petani, pedagang, pengusaha, politik atau birokrat agar sinyal hp selalu menanti informasi penting terdengar di telinga sendiri. Dengarlah dan tangkaplah. Ikutilah jalan mulus buatan org banyak atau ciptakan jalan sendiri untuk diri sendiri dan handai taulan.

Demikianlah upaya memahat kata, merangkai kalimat untuk memaknai dan mendapatkan makna sesuatu dari sebuah peristiwa dari Sudut Mata GK🌱🤝🙏

#SM-GK/29/1/22

***