Inspirasi Secangkir Kopi Pahit YTP
Kopi merupakan komoditi tanaman yang sangat populer dalam masyarakat kita. Tanaman kopi terdiri dari jenis Coffea arabica, Coffea robusta, dan Coffea liberica (Danarti dan Najiyati, 2004)
Kopi dan cara meminum kopi juga sudah menjadi gaya hidup masyarakat milenial, bahkan yang lebih ekstrem, sebagian masyarakat awam juga sudah mengenal dan familiar dengan jenis mata uang kopi, “Jika berhasil, ada lah uang kopi-nya,” demikianlah slogan tenar sang kopi.
Sejatinya, malam ini saya hanya ingin meluangkan waktu untuk makan malam bersama keluarga, namun seketika dering ponsel menarik perhatian saya, di layar tertera jelas nama yang tidak asing bagiku.
“Bapak di mana…..? Ayo merapat, di jalan Durian.” demikian suara dari seberang telepon.
Setiba di rumah, jam dinding menunjukkan pukul 21.00 wita. Saya kemudian bergegas mandi dan bersiap-siap untuk bergabung bersama rekan-rekan lainnya.
Hanya beberapa menit saja, waktu yang dibutuhkan untuk menjangkau rumah makan tersebut. Selain karena dekat, tempat tersebut juga sudah saya kenal karena beberapa kali kami juga pernah order lauk Ayam Kampung goreng untuk Bapak.
Saya dipersilahkan duduk dan ditawarkan makan malam oleh Bapak, namun saya menyampaikan jika telah makan bersama keluarga.
“Kalian mau minum kopi?" tanya beliau.
“Boleh lah pak…” demikian jawab kami bertiga.
“Bu, pesan kopi ya… cangkir besar, dibuat agak kental kopinya, empat sendok… kopi pahit, pakai susu kental manis, nggak pakai gula.” Pesan beliau pada pramusaji.
Beberapa menit kemudian. Kopi sudah siap disajikan di hadapan kami semua dalam wadah cangkir kecil.
Sekilas, saya perhatikan kopi hitam yang tersaji di atas meja mirip sekali dengan kopi tubruk yang pernah saya lihat pada penjaja bakul kopi.
Batin dan pikiran saya sudah berasumsi pasti rasanya pahit dan tidak enak.
“Coba kalian rasa, minum kopi itu ya seperti ini. Harus kental dan pahit, baru bisa dinikmati citarasa kopinya,” kata Pak Yansen Tipa Padan (YTP).
Secangkir kopi di hadapan saya itu pun saya seruput dan teguk perlahan.
Benar saja, kopinya memang terasa pahit dan ampas kopi yang masih timbul dan melekat di cangkir ikut dikecap oleh lidah yang terbiasa minum kopi sachet instan.
“Kopi Pahit YTP pak!”seru saya, sembari disambut tawa singkat rekan-rekan
.
Cerita dan kisah mengalir santai, sembari sesekali saya seruput dan teguk kopi pahit untuk mencoba mencari sensasi sesungguhnya dari Kopi Pahit YTP.
“Beginilah cara menikmati kopi,…diminum perlahan-lahan,” kata beliau.
Indera pegecap saya mulai terbiasa dalam beberapa kali tegukan. Pahitnya saya sadari tetap ada, namun sudah tidak begitu dominan. Benar saja kata beliau, bahwa citarasa dan sensasi kopi akan kita dapatkan setelah beberapa kali tegukan dalam rentang waktu beberapa menit kemudian.
Menu Kopi Pahit YTP malam ini sungguh menginspirasi… mengingatkan saya pada pesan beliau, bahwa… proses menyajikan kopi sesungguhnya memiliki nilai pengetahuan. Untuk menyajikan sebuah kopi, tentu memerlukan proses antara lain; menentukan jenis kopi yang akan kita seduh, kemudian takaran jumlah kopi yang akan diambil serta tahap akhir adalah memberikan citarasa tambahan melalui campuran susu kental manis jika memang diperlukan.
“Kita harus tahu atau mengerti, kemudian berani melaksanakan serta mampu merealisasikannya…” pesan beliau.
Sungguh, makna filosofis proses penyajian kopi mampu diterapkan dalam aspek hidup keseharian kita. Baik dalam bidang pekerjaan di pemerintahan, wirausahawan maupun profesi lainnya.
Bahwa sesungguhnya, kita belum cukup hanya sampai tataran knowledge atau pengetahuan saja, tetapi harus memiliki keberanian untuk mengeksekusi pengetahuan yang kita miliki melalui sebuah aksi. Kemudian, dengan konsisten dan persisten mampu menghasilkan sebuah produk akhir yang memuaskan.
Memuaskan….bukan hanya dalam bentuk sajian dan citarasa belaka tetapi yang terpenting adalah…sang Kopi mampu memberikan Inspirasi HIdup dan Kehidupan.
Demikianlah lika liku dan laku sang kopi. Mari dinikmati dengan kesadaran penuh, bahwa sesungguhnya rasa pahit juga Sumber Inspirasi.