Budaya

Soal Kumis Rupanya Bukan Soal Remeh

Selasa, 12 Januari 2021, 16:20 WIB
Dibaca 901
Soal Kumis Rupanya Bukan Soal Remeh
Kumis (Foto: liputan6.com)

Soal kumis dan janggut (jenggot) bukan soal sederhana. Bahkan seorang Fidel Castro, salah satu tokoh tetangga jauh, jauh sekali, tidak cuma menjaga negaranya tetapi juga menjaga jenggotnya.

Kenapa terpikir ini? Tak lain karena baru saja aku berada di tengah penulis-penulis Jakarta. Sebagian besar adalah sahabat lama. Sialnya, beberapa malah hampir tidak kenal aku lagi, hanya karena raibnya kumis dan jenggotku. 

Sambil menyimak diskusi di sana, pikiranku berkelebat ke urusan jenggot ini. Jika kupelihara, aku merasa gagah sendiri walaupun dunia belum tentu mengakuinya. 

Bukan cuma itu, tetapi saat mencium anak dan istri, pipi mereka bisa kemerahan karena kumis yang tajam. Akhirnya, keputusan bukan lagi berangkat dari gagah tidaknya, tetapi bermanfaat tidaknya. 

Jika manfaatnya cuma buat kelihatan gagah, dan mengejar ini saja, rasanya terlalu egois. Sementara jika bisa membawa manfaat yang membahagiakan, entah anak atau istri, rasanya manfaatnya jauh lebih besar. Sebab manfaat dirasakan bukan hanya untuk diri sendiri.

Apa perlunya "ngobrolin" soal seremeh kumis dan jenggot?

Yap! Sebab terkadang manfaat dari sesuatu tidak selalu datang dari sesuatu yang terlihat "wah" melainkan memang bisa saja datang dari hal-hal yang sekilas remeh.

Tersenyum, sekilas merupakan sesuatu hal remeh, dalam arti gampang dilakukan siapa saja. Tetapi, dari senyuman Anda bisa saja Anda menemukan sahabat. Terlebih ketika sang sahabat menjadi mata air ide-ide baik untuk Anda, tentu saja manfaatnya tak bisa dibilang remeh, kan?

Mengecup kening istri, sekilas terlihat sebagai hal remeh, karena hanya melabuhkan bibir doang. Namun efeknya, istri bisa merasakan senang, gembira, merasa dihargai, disayang, hingga ia lebih bersemangat mengurus rumah dan anak-anak saat sang suami mencari nafkah. Hasilnya, lagi-lagi, bukan lagi sesuatu yang remeh. 

Makanya, di tangan sebagian orang, hal-hal yang sekilas remeh bisa membawa manfaat yang tidak remeh. Sementara sebagian lainnya, hal-hal penting pun ia remehkan, hingga hidup pun meremehkannya.

Soal waktu, misalnya, sebagian besar orang yang kukenal berprestasi dalam hidupnya adalah orang-orang yang tak pernah meremehkan waktu.

Bisa menjadi sahabat mereka saja, bisa membawa pengaruh yang tidak remeh; semakin akrab dengan budaya tidak meremehkan waktu. 

Semakin baik menghargai waktu, maka biasanya orang akan semakin dihargai oleh semesta. 

Jangan bilang aku berbakat jadi pengganti Mario Teguh. Toh, dari soal jenggot dan kumis jadi merenung soal waktu ini karena di acara ini aku telat datang.

Maklum, terkadang menjadi suami tak selalu mesti dilayani istri, tetapi juga mesti melayaninya; meringankan bebannya sebagai ibu rumah tangga dengan apa yang bisa, semisal ke sekolah anak lebih dulu bahkan saat ada acara sepenting apa pun di luar sana. Keluarga tetap tidak bisa diremehkan. Ya, kan?

***