Budaya

Sistem Berladang Padi Gunung Suku Uud Danum (4)

Selasa, 26 Januari 2021, 17:30 WIB
Dibaca 856
Sistem Berladang Padi Gunung Suku Uud Danum (4)
Sumber: https://web.facebook.com/yulianus.ratno

Monyagak Paroi Nyiring Ngohtom (merawat padi hingga panen)

Sekitar satu bulan setelah selesai menanam padi, tibalah saatnya musim merumput yang disebut "ngobabo umok". Musim merumput ini adalah proses mencabut/membuang rumput yang tumbuh di sekitar lahan yang ditanami padi. Mencabut rumput dapat dilakukan dengan tangan dan pisau kecil berbentuk sabit yang disebut "iso uleng".

Paroi Botohik (musim padi hamil)

Sekitar dua bulan setelah selesai musim ngobabo (merumput). Biasanya pada bulan Januari atau Februari, batang-batang padi di bagian paling atas atau di bawah selah-selah antara batang dan dahan daun padi akan terlihat padat berisi bagaikan seorang wanita yang sedang hamil. Dayak Uud Danum menyebutnya dengan istilah musim "paroi botohik" yang artinya musim padi hamil.

Orang Uud Danum percaya bahwa padi itu seperti manusia pada umumnya yang bisa hamil muda. Oleh karena itu, padi tersebut harus dibuat rujak (soparik) supaya hasil padinya bagus.

Adapun bahan rujak yang digunakan terdiri dari bermacam-macam buah-buahan seperti rujak yang biasa dimakan oleh suku Uud Danum.

Buah-buahan tersebut misalnya:  buah mangga muda, buah nangka mentah, putik haras motak (pisang hutan), buak harak, bodoroh (ubi), maning dan buak nyorohung mosom (sejenis terong) rasanya sangat asam, berwarna kuning, ukurannya sekitar sebesar buah langsat. Berbulu dan terasa gatal apabila terkena kulit.

Buah- buahan dikupas dan dibersihkan, lalu dipotong kecil-kecil.

Baca Juga: Sistem Berladang Padi Gunung Suku Uud Danum (2)

Potongan-potongan buah diberi sedikit terong asam, garam dan penyedap rasa. Kemudian dimasukan ke dalam lesung yang terbuat dari bahan kayu ulin/tobolion atau bahan kayu lain nya. Lalu ditumbuk dengan alat penumbuknya kayu bulat panjang sekitar dua meter. Rujak ditumbuk dalam lesung dan alat menumbuk yang biasanya digunakan untuk menumbuk makanan atau padi.

Rujak yang sudah selesai ditumbuk akan diberikan kepada tanaman padi yang sedang hamil. Cara pemberian rujak itu di letakkan dekat pohon padi dan sebagiannya lagi ditaburkan di hamparan padi di ladang. Sambil mengucapkan harapan yang diinginkan pada pertumbuhan padi.

"Ih'tuh yok soparik ahkan kaban paroi botohik. Muak nyangit noh, bolum pios noh ihkam hondo ngolomik.

Yang artinya: inilah rujak untuk padi yang hamil. Tumbuhlah dengan subur siang dan malam. Berbuah lebat dan menghasilkan panen yang terbaik.

Setelah sebulan berlalu, sekitar bulan maret, ujung padi pun mulai menguning. Namun, masih ada sedikit padi di bagian bawah dekat tangkai padi yang masih berwarna hijau. Biasanya ritual panen padi mulai dilakukan. Namun, dalam memanen padi ini pun tidak boleh sembarangan. Harus berhati-hati pada saat memetik padi.

Langkah awal yang biasanya dilakukan dalam memanen padi adalah memanen padi secukupnya saja. Sekiranya untuk sekali makan dalam sebuah keluarga yang panen.

Padi yang baru dipanen untuk pertama kalinya ini disebut " paroi bohuak ". "Paroi " yang artinya padi, sedangkan "bohuak" artinya baru.

Ada pun alat yang digunakan untuk memetik padi ini disebut "sokehtem".

Terbuat dari bahan kaleng atau besi. Namun yang sering digunakan adalah yang terbuat dari bahan kaleng. Misalnya dari kaleng bekas sarden atau kaleng susu.

Kaleng bekas tersebut dipotong kecil. Panjangnya sekitar 10 cm, dan lebarnya sekitar 4 cm. Kaleng yang sudah dipotong diselipkan di sebuah batang bambu kecil sebagai alat penyangganya.

Cara menggunakan "sokehtem" adalah bagian kaleng diselipkan diantara kedua jari telunjuk dan jari tengah. Lalu memetik bagian tangkai padi.

Biasanya, padi yang baru pertama kali dipetik ini pada bagian batang padi akan dipetik lebih panjang sekitar dua jengkal orang dewasa. Maknanya adalah, seseorang yang memulai kehidupannya dengan panjang sabar dan ketekunan akan membuahkan hasil dan memperoleh sesuatu yang terbaik dalam hidupnya.

Padi yang telah selesai dipanen akan dibawa pulang ke rumah untuk diolah. Cara pengolahnya adalah butir-butir padi akan dipisahkan dari tangkainya dengan cara dikikis menggunakan sebilah potongan bambu seukuran penggaris.

Butir-butir padi tersebut akan dikukus dalam sebuah panci yang besar atau kuali sekitar satu sampai dua jam. Beberapa saat harus diaduk agar padi tidak gosong dan matangnya merata.

Selanjutnya padi yang telah selesai dimasak dikeringkan lalu dijemur sampai kering.

Padi yang telah selesai dijemur akan ditumbuk dalam lesung yang terbuat dari kayu ulin/tobolion. Padi yang telah selesai ditumbuk akan menghasilkan beras dan mengeluarkan aroma yang sangat harum. Beras ini disebut " bojah bohuak " yang artinya "beras baru".

Beras ini lah yang akan dimasak untuk pertama kalinya oleh keluarga pemilik lahan.

Aroma nasi yang dimasak dari "bojah bohuak" ini begitu harum dan menggugah selera.

Jika ada orang yang kebetulan lewat, atau mengetahui keluarga yang masak "bojah bohuak" maka orang itu harus mampir dan wajib mencicipinya. Tujuanya supaya tidak kampunan, atau "pohunan". Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Setelah proses panen padi yang pertama barulah boleh memanen padi berikutnya. Orang tua, pemuda remaja dan anak-anak pun semua turut mengambil bagian bergotong-royong membantu keluarganya untuk memanen padi.

Akan tetapi, kaum laki-laki biasanya setelah makan siang mereka tidak lagi ikut panen. Karena kaum laki-laki harus mengangkat padi-padi tersebut dari ladang menuju rumah singgah padi sementara yang disebut "koraking paroi".

Rumah singgah yang dimaksudkan di sini adalah rumah panggung Dayak Uud Danum. Rumah dibangun dekat dengan ladang mereka. Selain sebagai tempat penginapan pada musim merumput dan panen padi, di dalam rumah panggung juga ada tempat untuk menyimpan padi selama masa panen berlangsung.

Setelah selesai masa panen padi barulah padi-padi tersebut dipindahkan ke lumbung padi yang ada di wilayah perkampungan Dayak Uud Danum.

Demikianlah ceritanya tentang proses berladang Dayak Uud danum.

(Tamat) 

***

Tulisan sebelumnya: Sistem Berladang Padi Gunung Suku Uud Danum (3)