Wisata

Menagih Janji Jingga di Tepian Kayan

Selasa, 10 Agustus 2021, 13:13 WIB
Dibaca 766
Menagih Janji Jingga di Tepian Kayan
Senja di tepian Sungai Kayan (Foto: Dok. pribadi)

Komposisi warnamu begitu anggun
Pencahayaanmu sungguh mempesona
Di setiap jengkal persada raya, ku bersaksi akan keindahanmu.
Memoles kagum yang tak terhingga.
Hingga pada akhirnya, aku percaya akan janjimu
Jingga selalu hadir untuk menawarkan keindahan
Untuk aku dan kamu yang begitu mendamba jingga

 Puisi yang saya beri judul “Janji Jingga” ini saya tulis ketika saya kerap mematut hari di tepian Sungai Kayan yang membentang di sepanjang sisi Kota Tanjung Selor, ibukota Provinsi Kalimantan Utara. Dari pengalaman saya banyak beranjangsana ke berbagai pelosok negeri, semburat jingga di tepian Sungai Kayan menjadi favorit saya selain menatap senja di Kaimana, Papua Barat.

 Kadang absurd juga jika ada anak-anak muda Tanjung Selor yang “bosan” dengan Sungai Kayan atau ingin lekat dengan keramaian kota. Bagi saya yang pendamba jingga, Kayan adalah menjadi salah satu spot terbaik yang pernah saya temui.

 Bisa jadi kebosanan anak-anak muda Tanjung Selor atau Bulungan ini karena memang karunia Sungai Kayan belum digarap maksimal oleh pemerintah. Kalaupun sudah, biasanya kurang mendapat perawatan karena proyek pemerintah lebih mengejar target fisik. Bukan kualitas hasil proyek yang memenuhi kebutuhan anak-anak muda.

 Jika kita telusuri jalan di sepanjang koridor Sungai Kayan, mulai dari Pelabuhan Speed Sabanar hingga Pelabuhan Kayan I, spot yang menarik dan relatif terawat hanya ada di taman depan Hotel Luminor, lalu Kawasan Tugu Cinta Damai hingga memanjang sampai depan penyeberangan perahu ke Tanjung Palas. Kondisi pedestriannya pun sudah mulai rusak dan kebersihannya kurang terjaga. Di beberapa lokasi, bahkan ketinggian lantai sudah tidak rata dan membahayakan para pejalan kaki.

 Melihat teater dan panggung yang tersedia di taman depan Luminor, andai nanti Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah dilonggarkan, saya membayangkan kegiatan seni anak muda Bulungan bisa bangkit kembali.

Perlu Penguatan Branding

Pandemi Covid setidaknya memberikan pola pandang baru bahwa terdapat dua segmen pasar yang harus kita cermati. Yakni orang-orang yang takut untuk melakukan perjalanan wisata dan orang-orang yang sama sekali tidak takut dengan isu corona. Begitu destinasi wisata dinyatakan terbuka lagi, maka ceruk orang-orang yang haus wisata ini yang harus mendapat perhatian.

Dari riset yang dilakukan Asosiasi Perjalanan Amerika Serikat, umumnya  yang berani  melakukan perjalanan wisata lebih didominasi oleh generasi milenial. Dengan semakin masifnya pelaksanaan vaksinasi serta terbentuknya pola hidup sehat sesuai protokol kesehatan yang berlaku, maka kebersihan dan penyediaan tempat cuci tangan atau penyediaan cairan pembersih tangan perlu dipikirkan dengan tepat.

Pembatasan akses transportasi yang masih diterapkan sesuai dengan level pemberlakuaan PPKM maka potensi hadirnya wisatawan lokal harus dicermati. Kerinduan untuk berwisata setelah menjalani pembatasan mobilitas harus diantisipasi oleh para pemangku kepentingan.

Akan menjadi terobosan unik jika Pemkab Bulungan atau Pemrov Kalimantan Utara mulai mengagas kegiatan-kegiatan yang mengukuhkan positioning pariwisata tepian Sungkai Kayan. Tidak sekedar event pariwisata yang “biasa-biasa saja” tetapi harus punya nilai jual yang unik. Pagelaran musik atau pentas pembacaan pusi oleh seniman-seniman lokal bertema pandemi perlu diadakan.  

Semua pelaku seni dan penonton secara ketat menerapkan protokol kesehatan dan tetap mengedepankan muatan kebersihan, kesehatan serta keamanan. Ekspresi kebanggaan kita akan lembayung senja serta semburat jingga di tepian Sungkai Kayan bisa dituangkan dalam lomba puisi, lomba penulisan, pameran foto atau festival tik-tok yang bertemakan karunia terindah di Tanjung Selor tersebut.

Bulungan atau Kalimantan Utara harus bersiap ketika peta jalan “berdamai” dengan keadaan pandemi yang tengah disiapkan pemerintah pusat mengingat tidak ada kepastian kapan pandemi ini berakhir, benar-benar berjalan. Strategi pemasaran wisata tepian Sungai Kayan harus disusun dengan tepat dengan memperhatikan semua aspek pendukung. Jika kita bisa mengemas pariwisata tepian Sungai Kayan dengan cerdas, berarti kita ikut menumbuhkan kebangkitan sektor ekonomi warga yang menggantungkan hidupnya dari kunjungan wisatawan.

Para pelaku usaha di Kulteka (Kuliner Tepian Kayan) sangat merasakan dampaknya kelesuan ekonomi akibat pandemi. Belum lagi warung makan-warung makan yang lain, kedai kopi, losmen, tukang sampan serta penggiat jajanan di depan markas pemadam kebakaran Bulungan sangat terimbas dengan PPKM.

Tanjung Selor Prioritas DOB

Usulan pemekaran daerah otonomi baru (DOB) yang terus digaungkan dan diperjuangkan Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang dan Wakil Gubernur Yansen Tipa Padan, seyogyanya juga harus diantispasi oleh para pelaku pariwisata di Bulungan. Bersama Kota Sebatik, Kabupaten Bumi Dayak Perbatasan (Kabudaya), Kabupaten Krayan, Kabupaten Apau Kayan, Kota Tanjung Selor malah menjadi prioritas utama DOB.

Walau masih berbentuk kecamatan, Tanjung Selor yang menjadi ibukota Kabupaten Bulungan sekaligus ibukota Provinsi Kalimantan Utara memang memiliki keunikan tersendiri. Keyakinan besar dan optimis bahwa Tanjung Selor menjadi DOB dalam waktu dekat hendaknya menjadi sinyal kebangkitan penataan pariwisata di tepian Sungai Kayan.

Sembari kita menunggu janji jingga yang terus mempesona di tepian Sungai Kayan. Semburat jingga di tepian Kayan tidak hanya membuat rindu bagi warga Tanjung Selor, tetapi juga bagi wisatawan yang pernah “jatuh hati” dengan keelokkan lembayung senjanya.

Ari Junaedi adalah doktor komunikasi, akademisi & kolomnis

***