Tips menjadi mahasiswa internasional PhD di Sarawak, Malaysia
Kali ini saya hendak berbagi sebagai warga di Kalimantan Barat yang sedang menempuh pendidikan di Negeri Jiran seberang namun masih berada di satu pulau Borneo, ya Sarawak, Malaysia. Kabupaten yang saya tinggali yaitu Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat masih berbatasan langsung dengan Sarawak Malaysia dan dapat ditempuh jalur darat yang lebih dekat jaraknya untuk menuju kampus kampus di Kuching maupun Sibu jika dibandingkan jarak menuju kampus di Jawa yang harus menggunakan pesawat antar pulau. Pada kesempatan ini saya hendak membagikan bagaimana tips sebagai dosen atau profesional di bidang Informatika atau Teknologi Informasi jika hendak melanjutkan studi baik Master mapun PhD di negeri Jiran yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Kesempatan ini sebenarnya sudah ada sejak lama hanya memang hal ini ada di depan mata kita sebagai warga yang tinggal di daerah pulau Borneo tercinta.
Pertama kita harus mempersiapkan bahasa
Meskipun terdengar bahasa yang digunakan di Sarawak (Kuching, Sibu, Bintulu, Miri) adalah bahasa Sarawak namun tetap memiliki banyak kosa kata yang sama dengan bahasa Indonesia yang mengambil serapan dari bahasa Melayu. Tetapi yang harus diperhatikan semua instansi pendidikan (hampir keseluruhan) di Malaysia sudah terbiasa dengan bahasa inggris sehingga perlu modal sertifikasi bahasa inggris resmi. Kemampuan berbahasa Inggris juga menjadi modal utama untuk dapat berinteraksi dengan para akademisi di Sarawak, Malaysia mengingat tidak hanya dari Malaysia dan Indonesia maupun Brunei tetapi terdapat banyak mahasiswa asing seperti Pakistan, Nigeria, China hingga Taiwan. Sekalipun di kantor atau di kampus kita menggunakan bahasa inggris, namun sebagai orang indonesia ketika kita berbelanja makanan, minuman ataupun kebutuhan harian rata-rata pedagang menggunakan bahasa Sarawak atau tak sedikit Melayu Sarawak yang mana sama sama memahami bahasa kita dari Indonesia.
Ada banyak kampus yang memiliki track record sangat bagus yang sudah diakreditasi MQA (semacam lembaga akreditasi milik Malaysia jika di Indonesia ada BAN PT dan LAMINFOKOM, LAMTEKNIK dsb) dan track record penelitian kelas Internasional di Sarawak dalam hal ini saya menempuh pendidikan di University of Technology Sarawak yang berlokasi di Sibu, Sarawak, Malaysia.
Kedua persiapkan kesehatan dan mental
Perjalanan meraih gelar PhD in Computing ibarat mendaki gunung terjal selama tiga tahun dan berlari secara marathon setiap harinya. Ya setiap hari karena PhD tidak pernah ada libur kita akan dihadapkan riset, lab., hingga analisa yang tajam meskipun waktu bertemu supervisor mungkin satu minggu sekali hingga dua minggu sekali saja namun hal ini adalah hal vital yang konsisten. Sebelum mengajukan Visa student yang berlaku multiple arrived (dapat secara multiple datang dan pergi dari Malaysia ke Indonesia melalui border manapun di Malaysia) diperlukan medical check up menyeluruh dari mata, xray thorax, kulit, darah (HIV), HPV, hingga fisik dan mental. Tes ini dilakukan di Indonesia untuk nantinya diupload hasil pada EMGS https://visa.educationmalaysia.gov.my/. Apabila calon pelajar mendapat terdapat anomali seperti perbedaan dari hasil normal yang disarankan oleh pihak EMGS diperlukan medical check up lanjutan oleh dokter spesialis yang bersangkutan untuk penandaan bahwa ybs sehat dan dapat studi di Malaysia dalam jangka waktu tertentu. Selain itu ketika visa student disetujui wajib segera melakukan medical check up pada Rumah Sakit yang ditunjuk resmi oleh pihak EMGS seketika tiba di Malaysia. Masalah kesehatan sangat diperhatikan oleh sebab itu calon mahasiswa tidak boleh membawa penyakit menular. Namun jika sakit seperti hipertensi maka masih dapat diatasi dengan merujuk pada dokter spesialis dan harus ada justifikasi dari dokter spesialis ybs.
Ketiga Persiapkan Nilai Tes Bahasa Inggris
Ada pelbagai tes yang ditawarkan dapat digunakan untuk Visa Student dari IELTS, TOEFEL IBT hingga Linguaskill Cambridge. Dalam hal ini saya mencoba linguaskill cambridge hingga beberapa kali (dari sini kita harus mencapai skor rata-rata keseluruhan 170, jadi jika speaking 175 namun reading 164 tentu harus retake untuk memperbaiki), memang terasa berat karena yang diperlukan adalah average score 170 atau diatasnya, hal ini berarti kita harus menempuh minimal 1 point di atas 170, dan 170 berarti masuk kategori High B2. Dalam hal ini saya mengambil tes di UTC https://utc.co.id/ di mana tes dapat dilakukan online dan hasilnya diakui internasional (bahkan sama ketika cek validasi di Malaysia oleh admin EMGS dan admin kampus).
Keempat persiapan logistik
Ada pepatah "jangan membangunkan orang yang berpura-pura tidur" akan lebih mudah membangunkan orang yang tertidur daripada orang yang berpura pura tidur. Mengambil S3 di luar negeri bukanlah hal mudah, perubahan yang cukup besar, banyak tantangan dari segi finansial, pekerjaan, keluarga dan lainnya. Ada banyak opsi beasiswa untuk studi di Malaysia, namun di sini saya memperoleh beasiswa mandiri dari Yayasan St. Yohanes Salib dari Kampus Institut Shanti Bhuana tempat di mana home base saya sebagai dosen diakui. Saya menghabiskan 7-8 bulan persiapan sampai betul-betul dapat memperoleh single arrvied visa sebelum akhirnya ditukar dengan visa multiple arrived setelah medical check up di Malaysia.
Biaya kuliah di Malaysia khususnya di Sibu sebenarnya hampir sama dengan mengambil doktor di Indonesia di pulau Jawa (dalam hal ini saya berbicara doktor bidang computing / informatika / ilmu komputer) hanya terdapat perbedaan biaya tentunya dari tempat tinggal (disarankan menempati hostel milik kampus karena selain keamanan terjamin juga akomodasi biasa kampus menyediakan bus ketika tidak penuh atau van atau dapat ditempuh dengan grab) . Bagaimanapun kita berada di negara orang meskipun masih satu pulau namun akan terasa vibes yang berbeda dari sudut pandang supervisor, budaya belajar (tidak sedikit saya melihat student dari bachelor degree yang studi masih membaca buku di jam 3 pagi dari jam 9 malam dan ini hal normal) memang perubahan itu sakit, namun akan sangat sakit jika kita tidak berubah di masa depan nanti. Semangat untuk para pejuang ilmu dimanapun berada khususnya di borneo tercinta semoga dapat studi lanjut untuk memajukan ibu pertiwi tercinta.