Perjuangan 9 Tokoh Tionghoa Bagi Indonesia
Judul: Catatan Perjuangan 9 Tokoh Tionghoa
Penulis: Eddie Kusuma
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: Lembaga Pengkajian SAKTI
Tebal: xii + 130
ISBN: 978-979-18779-1-6
Lembaga Pengkajian Suara Kebangsaan Tionghoa Indonesia (Lembaga Pengkajian SAKTI) adalah salah satu organisasi yang gigih memperjuangkan kesetaraan etnis Tionghoa dalam bernegara di Republik Indonesia. Lembaga ini banyak melakukan kajian dan penerbitan buku yang bertemakan peran orang Tionghoa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan dalam mengisi kemerdekaan yang telah direbut.
Dalam narasi sejarah utama, peran Tionghoa sering dihilangkan, atau setidaknya dikaburkan; khususnya di era Orde Baru. Hilangnya nama-nama Tionghoa dalam daftar anggota BPUP adalah salah satu contohnya.
Dalam buku ini, Lembaga Pengkajian SAKTI menampilkan perjuangan 9 tokoh Tionghoa yang berjasa bagi Indonesia. Kesembilan tokoh tersebut adalah: 1. Sie Kong Liong, 2. Liem Koen Hian, 3. Laksamana Muda John Lie, 4. Yap Thiam Hien, 5. Tong Djoe, 6. Tan Joe Hok, 7. Bhiksu Prajnavira Mahasthavira, 8. Brigjen TNI. Teddy Jusuf, dan 9. Prof Yohanes Surya.
Eddie Kusuma membagi 9 tokoh ini menjadi dua bagian; yakni: tokoh yang telah meninggal dunia dan tokoh yang masih hidup. Agak jarang pembagian tokoh dalam kategori yang demikian. Lazimnya tokoh dikelompokkan sesuai dengan bidang perannya. Saya tidak mendapatkan penjelasan mengapa penulisnya membagi dengan cara demikian.
Sie Kong Liong. Mungkin tak banyak yang tahu siapa Sie Kong Liong. Padahal peran beliau besar dalam membidani tercetusnya Sumpah Pemuda. Beliau tidak melarang para pemuda untuk menggunakan rumahnya di Jalan Kramat Raya No. 106 Jakarta Pusat – yang dijadikan tempat indekos, sebagai tempat deklarasi Sumpah Pemuda. Padahal saat itu Indonesia dalam cengkeraman penjajahan Belanda.
Liem Koen Hian. Liem Koen Hian dikenal sebagai seorang pejuang yang gigih untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal konsep kewarganegaraan, Koen Hian tidak membedakan apakah seseorang itu keturunan pribumi, Cina, Arab atau lainnya. Bagi dia seseorang disebut mempunyai hak menjadi warga negara jika hati dan perilakunya menunjukkan kecintaannya kepada tanah air Indonesia. Pendiri Partai Tionghoa Indonesia ini menjadi anggota BPUPKI yang bersama-sama dengan para tokoh bangsa merumuskan berbagai hal untuk menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Liem Koen Hian menjadi anggota KNIP setelah Indonesia merdeka. Sayang ia kecewa di masa tuanya karena idenya tertolak. Negara tidak menghargai peran dan pemikiran Liem Koen Hian, sehingga ia kecewa dan memilih untuk menjadi warga negara Tiongkok. Pilihan yang menyakitkan ini terjadi karena ia tidak dianggap sebagai warga negara Indonesia oleh bangsa dan negara yang dicintainya.
Laksamana Muda John Lie. Lie Tjeng Tjoan alias Jahja Daniel Dharma adalah seorang pejuang yang membantu para pejuang Indonesia mendapatkan senjata. Pemuda Tionghoa kelahiran 9 Maret 1911 ini mengabdikan sebagian besar hidupnya sebagai anggota TNI Angkatan Laut. Atas usaha yang gigih dari berbagai pihak, Laksamana Muda John Lie mendapatkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2009. John Lie adalah Pahlawan Nasional pertama dari etnis Tionghoa.
Yap Thiam Hien. Tokoh Tionghoa asal Aceh ini berperan besar dalam sektor hukum di Indonesia. Yap Thiam Hien adalah salah satu pendiri Persatuan Advokat Indonesia (1970) dan pendiri Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (1970). Penganut Kristen taat ini adalah pejuang hak asasi manusia. Dia tidak memilih klien yang dibelanya. Ia pernah membela beberapa tokoh PKI, meski ia adalah seorang yang anti komunis.
Tong Djoe. Tong Djoe sangat berperan dalam berdirinya perusahaan minyak milik negara. Saat Indonesia mengambil alih ladang-ladang minyak dari Belanda, Tong Djoe menjadi mitra Permina (nama sebelum menjadi Pertamina) dalam menyediakan infrastruktur sehingga Permina berhasil menambang minyak dari ladang-ladang yang sudah rusak ditinggalkan Belanda. Tong Djoe juga menyediakan kapal sehingga minyak yang sudah diambil dari perut bumi tersebut bisa dijual di pasar internasional. Selain jasanya dalam membantu Pertamina, Tong Djoe juga berjasa dalam membangun kembali hubungan Indonesia – Tiongkok yang sempat putus.
Tan Joe Hok. Pebulutangkis kelahiran Bandung 11 Agustus 1937 ini adalah juara All England pertama dari Indonesia. Ia juga meraih medali emas tunggal putra Asian Games pertama, serta peraih Piala Thomas pertama untuk Indonesia. Prestasinya di dunia tepok bulu ini telah mengilhami kebangkitan bulutangkis Indonesia.
Bhiksu Prajnavira Mahasthavira. Suhu Hui Siong adalah orang Indonesia pertama yang menjabat sebagai Sekjen Persekutuan Sangha se-dunia (World Budha Sangha Council). Pria kelahiran Medan ini mendapatkan banyak penghargaan atas jasanya di bidang sosial dan keagamaan.
Brigjen Teddy Jusuf. Sangat sedikit anggota militer Indonesia yang beretnis Tionghoa. Hal ini terjadi karena adanya pembatasan yang tidak tertulis. Dari sedikit anggota TNI dari etnis Tionghoa tersebut, Him Tek Lie alias Teddy Jusuf adalah salah satu yang sampai kepada jenjang Jenderal. Teddy Jusuf menjadi anggota TNI melalui jalur AKABRI. Ia lulusan AKABRI tahun 1965. Meski mengalami diskriminasi dalam karirnya, Teddy Yusuf berhasil mencapai jenjang Jenderal. Bahkan ia pernah bertugas di Badan Intelejen Indonesia. Merespon kerusuhan etnis 1998, Teddy Jusuf turun membantu berdirinya organisasi masyarakat ke-Tiongha-an yang bernama Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PTMSI). PTMSI aktif membantu para korban kerusuhan 1998.
Prof. Yohanes Surya. Profesor kelahiran Jakarta 6 November 1963 ini berhasil mengharumkan nama Indonesia melalui Olimpiade Fisika dan Matematika. Anak-anak yang diasuhnya telah berhasil menggondol medali emas olimpiade fisika dan olimpiade matematika di berbagai kejuaraan.
Meski serba singkat, pemaparan tokoh-tokoh dalam buku ini membuat kita paham peran penting mereka bagi Indonesia. Pemilihan tokoh-tokoh lintas bidang ini membantu para pembaca untuk memahami bahwa etnis Tionghoa mempunyai andil yang besar bagi Republik Indonesia. Peran mereka tak terbatas hanya di bidang bisnis atau ekonomi saja. Etnis Tionghoa juga berperan di bidang militer, politik, olahraga dan sains. 877