Sosok

Adrianus Asia Sidot: Politisian, Penyanyi, dan Bibliofili

Selasa, 2 Februari 2021, 10:11 WIB
Dibaca 854
Adrianus Asia Sidot: Politisian, Penyanyi, dan Bibliofili

Adrianus Asia Sidot -- dikenal inisialnya AAS. Di Kalbar, orang mengenalnya bukan saja sebagai politisian. Tapi juga pesohor lewat rentak irama lagu jonggan, khas Dayak Kanayatn yang dicipta dan dinyanyikannya. "Ampus Motokng" (Pergi nyadap karet), salah satu lagunya yang mengguncang. Sekaligus, sarat dengan falsafah dan mengandung pesan mendalam: bangun, jemput rezeki!

02/02-2021. Hari ini politisian multitalent itu berulang tahun. Bilangannya ke-60.

Masih terbilang muda, untuk ukuran politisian di Malaysia. Nyatanya, demikian. Adrianus Asia Sidot tetaplah seorang yang energik. Elan vital ada padanya. Seorang pribadi penuh semangat. Yang memancarkan spirit serupa kepada orang sekitarnya.

Baginya, buku bukan sekadar pengikat ilmu. Juga life-style, gaya hidup.

Adrianus Asia Sidot lahir dari keluarga ayah ibu Dayak Kanayatn, Kalimantan Barat. Seusai menamatkan SMP di kampungnya (daerah Saham, yang terkenal dengan rumah panjangnya), ia meneruskan studi lanjut di SMA Seminari Nyarumkop, Singkawang. Selepas SMA, ia tidak meneruskan seminari tinggi, tapi ke Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Usai menamatkan pendidikan IPDN, Adrianus mulai bekerja. Ia menjadi Sekretaris Kecamatan Embaloh Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu. Setelah itu, menjadi Camat Semitau, kemudian Camat Badau.

Semangat ingin belajar memacunya meneruskan pendidikan ke jenjang magister. Adrianus melanjutkan di Pascasarjana, Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah.

Camat yang kemudian jadi bupati. Bupati yang kemudian wakil rakyat di Senayan. Pria multitalenta ini dikenal ramah, berbela rasa, dan lebur dengan konstituen. Mahir menyanyi semakin membuatnya lekat di hati masyarakat.

Setelah itu, kariernya terus menanjak. Adrianus diangkat menjadi Kepala Dinas Pendidikan, Kabupaten Landak. Sembari bekerja, ia meneruskan pendidikan doktoral di Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung mengambil konsentrasi ilmu Administrasi Pemerintahan.

Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Landak 3 Agustus 2006, berpasangan dengan Cornelis, Adrianus terpilih menjadi Wakil Bupati Landak. Pada 13 Januari 2008, Adrianus dilantik oleh mantan pasangannya sebagai Bupati Landak karena Cornelis menjadi Gubernur Kalimantan Barat. Pada Pilkada Landak tahun 2011, Adrianus mencalonkan diri sebagai bupati. Berpasangan dengan Herculanus Heriadi sebagai wakilnya, ia meraup suara 133.035 atau 64,96% suara dan terpilih menjadi bupati.

Hal yang menarik, Adrianus selain pejabat pemerintahan, juga mau turun langsung ke lapangan. Ia turut aktif mempromosikan potensi seni budaya, wisata alam, dan sejarah di daerahnya di berbagai event, antara lain melalui “Explore Exotica of Borneo 2014” di Anjungan Kalimantan Barat TMII, Jakarta.

Saya mengalami berapa kali kakak kelas ini memborong buku saya. Yang nilainya di luar ekspektasi. Tak usah saya sebut berapa ratus eksemplar dia borong. Juga berapa bilangan rupiahnya. Itu akan membuat Anda ingin jadi penulis juga, seperti saya!

Adrianus memperhatikan pembangunan pendidikan di daerahnya dengan mendirikan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP). Ia mencanangkan seribu sarjana untuk bersamanya membangun Landak.

Adrianus juga peduli pada media lokal, ditandai dengan penerbitan secara berkala Simpado, tabloid setempat.

***

Adrianus kini anggota DPR-RI. Ia dikenal merakyat. Lebur dengan para konstituenya. Berbela rasa, hidup bersama, dan senantiasa ada untuk mereka.

Ada sisi yang berbeda dari penabuh drum, ketika SMA ini. Persekolahan Nyarumkop, ketika itu, punya grup band. Adrianus drummernya. Personel mereka, jika meniru Bee Gees, atau Koes Plus, bisa persis.  Adri paling suka melantunkan lagu "Dream of Me".

Selain Adri, grup musik mereka: Maliki (bas), Akong (pengiring), dan Kanisius (melodi). Nama grup band mereka yang populer di zamannya hingga seluruh pelosok kabupaten Sambas: Wid-Bros --Widya Brothers. Adapun Widya, dipetik dari nama asrama pria: Wisma Widya, Nyarumkop.

Mudah saja saya menggoyang daun-daun karetnya untuk membiayai acara-acara yang bertema intelektual, dan pengembangan literasi.

Adri juga pegiat di Ikatan Sarjana Katolik Kalimantan Barat. Diskusi rutin tentang berbagai topik.

Namun, yang mencirikannya intelektual adalah: Adri seorang bibliofili - pecinta, bahkan penggila buku. Hampir setiap buku bagus, keluaran teranyar dibelinya. Koleksi bukunya luar biasa banyak. Yang bagus-bagus, secara selektif dipajangnya di ruang tamu. Baginya, buku bukan sekadar pengikat ilmu. Juga life-style, gaya hidup.

Kami duet, menyanyikan "Andai Kau Datang": serasa Koes Plus.

Hal yang unik, Adri selalu "memborong" buku bagus karya penulis lokal (Kalbar).

Saya mengalami berapa kali kakak kelas ini (saya kelas I SMA dan dia kelas IV Seminari Nyarumkop) memborong buku saya. Yang nilainya di luar ekspektasi. Tak usah saya sebut berapa ratus eksemplar dia borong. Juga berapa nilainya. Itu akan membuat Anda ingin jadi penulis juga!

Waktu launching buku 101 Tokoh Dayak, jilid 3 di Ruai TV awal 2019, Bang Adri salah satu penyandang dana. Maka pada latar panggung utama, tertera namanya. Mudah saja saya menggoyang daun-daun karetnya untuk membiayai acara-acara yang bertema intelektual, dan pengembangan literasi.

Jadi, jika Anda punya buku bagus. Jangan sungkan-sungkan tawarkan kepadanya!

***

Di balik torehan prestasi dan suksesnya, Adri seorang yang ugahari. Jalan lempang langkah kakinya berkantor di Senayan, Jakarta, katanya: karena Mukjizat Tuhan. Hasil Penghitungan Perolehan Suara di tingkat Provinsi Kalimantan Barat dalam Pemilu 2019, Bang Adri meraih suara Tertinggi Dapil 2 di Golkar.

Tak syak lagi. Itulah hasil racikan pendidikan asrama dan budaya leluhur. Akar  sekaligus yang membentuk pribadinya.

Ad multos annos, bang Adri!