Sosok

Kades jadi Idola, Pilkades Rasa Pilkada

Selasa, 15 Juni 2021, 10:20 WIB
Dibaca 747
Kades jadi Idola, Pilkades Rasa Pilkada
Para Calon Kades dengan nomor urut dan Spanduk Kampanyenya. (Foto: Istimewa)

Jabatan atau posisi sebagai Kades atau Kepala Desa, kini nampaknya jadi idola. Dan pemilihan Kepala Desa pun—seperti yang berlangsung saat ini di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, dilaksanakan sebagaimana layaknya Pilkada. Dilakukan secara langsung, ada panitia penyelenggaranya, ada kampanyenya, juga surat suara dan pemungutan suaranya. Peraih suara terbanyak, dialah yang akan jadi Kepala Desa.

Teman saya pemilik usaha pembuatan spanduk. Hari-hari ini banyak pesanan datang ke percetakan sablonnya. Yang memesan adalah orang suruhan, atau tim kampanye atau tim sukses, atau bahkan sang calon kepala desa itu sendiri. Ada yang datang dengan file yang sudah siap cetak. Ada juga yang datang untuk berkonsultasi dan minta dibuatkan spanduk. Tentu, dengan desain yang bagus dan manis untuk merebut hati para pemilih desa.

Di Kabupaten Ketapang saat ini sedang berlangsung proses pemilihan Kepala Desa tersebut. Sebanyak 91 desa melaksanakan Pilkades tahun ini. Hari pemungutan suara dijadwalkan pada 15 Juli 2021. Serentak. Saat ini, 91 desa tersebut dipimpin oleh PJ Kepala Desa, 15 Juli 2021 nanti desa-desa tersebut akan dipimpin kades hasil pilihan raya desa.

Menjadi posisi idola, kini posisi Kepala Desa menjadi incaran untuk diduduki. Jika di masa lalu, sangat sulit untuk mencari seseorang sebagai kepala desa. Kini, malah jumlah pelamarnya di batasi. Dalam Pilkades  di Kabupaten Ketapang, jumlah calon kepala desa yang dapat bertarung paling banyak 5 orang untuk satu desa. Jika pelamar lebih dari 5 orang, maka dilakukan seleksi atau tes akademik untuk menetapkan lima kandidat.

Di  Ketapang, pihak Politeknik Ketapang ditunjuk untuk melaksanakan tes seleksi ini. Sebanyak 165 calon kades ikut tes ini. Di daerah pesisir Ketapang, Desa Sungai Awan Kanan misalnya, ada 8 calon yang mendaftar. Sementara desa Sungai Awan Kiri jumlah pelamar mencapai 9 orang. Sebuah desa di wilayah perkebunan sawit di kecamatan perhuluan, Manis Mata, juga jumlah pelamar berjumlah 9 orang. Dikarenakan seleksi, maka ada yang lulus ada yang gagal. Seorang Cakades (Calon Kepala Desa) yang gagal,di sebuah warung kopi, bercerita kepada saya. “Gagal bang, saya hanya urutan ke 6. Mungkin belum rezeki”, ucapnya. Menerima hasil, tapi raut kekecewaan menggantung di wajahnya.

Latar belakang pelamar posisi Kades ini juga menarik di catat. Banyak yang tamatan setingkat sekolah menengah atas. Banyak juga yang sarjana atau bahkan ada  yang lulusan Pascasarjana.  Yang terbanyak pelamar adalah calon berjenis kelamin laki-laki. Di beberapa desa, ada juga calon kades perempuan yang ikut persaingan. Demikianlah, laki-laki dan perempuan mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi pemimpin.

Untuk merayu hati para pemilih, salah satu cara yang dibangun adalah melalui pesa-pesan di spanduk. Ada juga yang tampil memanfaatkan media sosial. Di spanduk, para calon Kades ini memasang visi dan misi yang akan dilaksanakannya jika terpilih menjadi Kades. Ada juga foto dan nomor urut calon yang bersangkutan. Dengan pesan utama: Jangan Lupa, 15 Juli 2021, coblos…..sebagai Kades.

Demokrasi di desa sedang berproses. Dan desa pun sebenarnya merupakan sebuah komunitas yang penting yang dapat berperan besar bagi kemajuan masyarakat. Ini dibuktikan misalnya, ada Undang-Undang yang secara khusus mengatur tentang Desa. Ada kementerian yang juga dibentuk khusus untuk mempercepat kemajuan desa. Untuk keuangannya, ada beberapa alokasi untuk  dana pembangunan desa.

Selamat bertarung para Calon Kepala Desa. Untuk yang terpilih, selamat membangun desanya. Semoga, desa-desa kita dengan  pemimpin baru semakin berkembang dan maju.

Pertanyaan tetap mengelayut, kenapa Kepala Desa kini jadi idola?(*).