LITERASI MENCARI PENGETAHUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hobi diartikan sebagai kegemaran, kesenangan istimewa pada waktu senggang bukan pekerjaan utama. Keadaan, kini yang diperlihatkan menjadikan renungan permasalahan kehidupan kemiskinan, ketidakadilan, ketidakmerataan serta kemajuan bidang industri.
Pengaruh teknologi dan globalisasi sangat dirasakan dalam tatanan kehidupan. Semua kita akan terlena atau terpesona dengan tontonan permasalahan sosial kehidupan, bila kita tidak mengambil tindakan untuk mengejar pengetahuan agar dapat mengatasi permasalahan.
Kemajuan suatu bangsa tidak terlepaskan dari pengembangan dan pembangunan sumber daya manusia yang terfokuskan. Kita melihat kemajuan sektor industri di berbagai negara maju, dengan berbagai teknologi tentunya sangat memberikan kesejahtraan kepada rakyatnya.
Kualitas sumber daya manusia tidak bisa dicapai dengan berpangku tangan di semua lapisan. Namun harus dimulai dengan kedisiplinan, kerja keras, dan keuletan mengejar pengetahuan untuk menciptakan produk yang bernilai ekonomi untuk kesejahtraan.
Education Development Center (EDC), menyatakan literasi lebih dari sekadar kemampuan baca tulis. Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan keterampilan (skill) yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia.
Dengan pemahaman literasi tersebut, maka kita saat ini harus melakukan tindakan mengejar pengetahuan. Meningkatkan literasi mulai dari keluarga, pelajar, mahasiswa serta masyarakat secara umum. Strateginya dapat dengan pola 5B (buku buka baca bisa dan berprestasi).
Buku merupakan sumber llmu pengetahuan, agama, sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan lain sebagainya. Semua hal ini, apabila kita sudah membaca buku yang menjadi sumber pengetahuan, maka kita akan mendapat energi imajinasi dan kekuatan untuk menggali potensi yang dapat memberikan suatu prestasi. Sehingga kita dapat berinovasi dan berkreasi sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi untuk mewujudkan kesejahtraan.
DR.Iris Schwank, Director Of Finnish Literature International Exchange pernah menuliskan “belief in power of reading to foster well being,” yang artinya “keyakinan pada kekuatan membaca untuk menumbuhkan kesejahteraan”. Atau juga berarti “percayalah bahwa dengan membaca kita dapat meraih kesejahtraan”.
Founding Fathers kita Soekarno adalah pencinta buku, bahkan sangat mencintai buku. Putra sulung Bung Karno, Guntur Soekarnoputra menuliskan dalam buku Bung Karno dan Kesayangan sebagai berikut: Kalau saja seluruh “Harta Kekayaan” pribadi Bapak kita kumpulkan dan diadakan pengelompokan, maka akan terdapat tiga katagori besar “Harta Kekayaan” Bapak yang bernilai sangat tinggi yaitu koleksi buku bukunya yang jumlahnya mendekati sekitar empat sampai lima ribu buku.
Pandangan tokoh-tokoh tersebut di atas patutlah menjadi renungan kita untuk selalu mengejar pengetahuan, meningkatkan literasi. Membaca penuh makna berguna untuk semua cita-cita agar terwujudkan kesejahtraan yang dinanti-nantikan. Pembangunan proses perjalanan, pengetahuan harus didapatkan, kerja keras, keuletan, kedisiplinan upaya yang harus dilaksanakan menggapai impian bukan kata tapi fakta. (*)
Sekilas: Dobi Rizami (Pegiat Literasi)