Suka Cita di Dalam Duka Cita
Di dalam dunia ini tidak ada makhluk hidup termasuk manusia akan hidup selama-lamanya, tentu semuanya akan mengalami kematian atau maut. Oleh sebab itu perpisahan satu sama lain pasti akan terjadi. Kita sebagai manusia harus menyadari bahwa kehidupan ini selalu berubah dan berujung kepada kematian. Tidak sedikit kita melihat umat manusia merasa berat melepaskan kepergian seseorang yang ia kasihi di dunia ini, sehingga ada yang mengalami dukacita terlalu lama (berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Sebuah pertanyaan menarik, mengapa setiap kali seseorang yang meninggal dunia dari keluarga Kristen selalu ada suka cita? Bahkan di tengah-tengah kedukaan pun selalu ada nyanyian berupa pujian sukacita. Apakah salah? Berharap di dalam tulisan ini bisa menjawab hal tersebut.
Dalam Kekristenan, konsep sukacita di dalam dukacita adalah gagasan yang mendalam dan penuh makna yang berakar pada beberapa prinsip teologis dan ajaran Alkitab. Mengapa ada sukacita di dalam dukacita menurut ajaran Kekristenan? Pertama, orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus telah mengalahkan kematian dan dosa melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Hal ini memberikan harapan akan kehidupan yang kekal bersama Tuhan Yesus di Sorga yang mulia. Harapan ini juga memberi kekuatan dan sukacita bahkan di tengah-tengah penderitaan sekalipun tetap bersukacita. Kedua, dalam Alkitab, khususnya dalam surat-surat Paulus, penderitaan sering kali dilihat sebagai cara Tuhan untuk memperdalam iman dan karakter orang percaya. Dalam Roma 5:3-5, Paulus menulis bahwa penderitaan menghasilkan ketekunan, ketekunan menghasilkan karakter yang teruji, dan karakter yang teruji menghasilkan pengharapan. Ketiga, orang Kristen percaya bahwa Tuhan selalu hadir dalam setiap situasi, termasuk dalam penderitaan. Mazmur 34:19 menyatakan bahwa Tuhan dekat dengan orang yang patah hati dan menyelamatkan mereka yang remuk jiwanya. Kehadiran Tuhan memberikan penghiburan dan sukacita yang melampaui keadaan luar. Keempat, orang Kristen percaya bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan dan dipanggil sesuai dengan rencana-Nya (Roma 8:28). Oleh sebab itu, penderitaan dilihat sebagai bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar yang mungkin tidak selalu dimengerti, tetapi dipercayai mendatangkan kebaikan pada akhirnya. Kelima, melalui penderitaan dan respon sukacita yang terlihat, orang percaya Yesus Kristus dapat menjadi saksi bagi orang lain tentang iman yang kuat saat menghadapi duka cita.
Kesimpulannya, sukacita di dalam dukacita bagi orang Kristen berakar pada keyakinan akan harapan dan kehidupan kekal dalam Kristus, pertumbuhan rohani melalui penderitaan, kehadiran Tuhan yang menghibur, keyakinan pada tujuan dan rencana Tuhan yang baik, serta kesaksian iman yang kuat. Konsep ini menegaskan bahwa meskipun menghadapi kesulitan, orang Kristen dapat menemukan sukacita sejati yang melampaui keadaan duniawi, didasarkan pada pengharapan akan transformasi dan kemenangan yang dijanjikan dalam iman.
Ditulis oleh
Nianda, M.Th
Theodorus, M.Th
Dosen S1 Teologi Akademik dan S1 Pendidikan Agama Kristen
STT Berea Pontianak, Ansang, Darit, Landak, Kalimantan Barat