Sosok

Serendipity Alexander Fleming

Kamis, 29 April 2021, 09:36 WIB
Dibaca 494
Serendipity Alexander Fleming
Alexander Fleming (Sumber gambar: https://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/360x240/photo/2018/09/04/1434775250.jpeg)

Alexander Fleming, seorang peneliti mikroorganisme, mungkin tidak akan pernah mengira, bahwa "keteledoran"-nya akan membuahkan hasil yang bermanfaat buat umat manusia, membawa perubahan pada paradigma pengobatan selanjutnya, dan menghasilkan penghargaan Nobel atas penemuannya, yang tidak disengaja. Pada tahun 1928, Fleming sebenarnya tengah melakukan eksperimen terhadap bakteri staphylococcus, yang dibiakkan di cawan petri. Penyimpanan yang tidak rapi dan kondisi laboratorium yang lembab, menyebabkan spesimen bakteri itu menjadi terkontaminasi oleh jamur. Ditinggal liburan selama dua minggu oleh Fleming, bakteri tersebut tidak tumbuh seperti yang diharapkan. Jamur penicillium yang tumbuh, membuat bakteri mati, karena jamur itu mengeluarkan zat yang kemudian diidentifikasi sebagai zat antibiotik (pembunuh bakteri) yang kemudian diberi nama, Penicillin. Penemuan antibiotika ini mengubah paradigma dunia pengobatan, yang tadinya "pasrah" saja menghadapi serbuan bakteri dan infeksi yang menyerang. Banyak sekali nyawa pasien dan tentara yang terluka di Perang Dunia II yang terselamatkan berkat penemuan Penicillin.

Dan penemuan Penicillin ini juga membuka peluang terhadap penemuan antibiotik-antibiotik lain yang lebih ampuh dan lebih spesifik daripada Penicillin. Tak salah, jika pada tahun 1945 akhirnya Alexander Fleming diganjar dengan hadiah Nobel.

Apakah semua ini hanya kebetulan (serendepity) semata? Ataukah keberuntungan Fleming? Atau justru karena ketekunan Fleming dan observasinya sehingga bisa menemukan Penicillin? Bagaimana dengan keteledorannya? Mengapa peneliti lain tidak seberuntung dirinya? Apa kunci kesuksesannya?

Mungkin dia memang beruntung. Tapi kalau dia tidak menjadi peneliti, tidak paham mengobservasi dan menganalisis mungkin dia tidak akan pernah berhasil. Kerja keras selalu mendatangkan hasil, kadang cepat, kadang lambat. Untuk meraih Nobel pun butuh penelitian dan pengembangan lanjutan berpuluh tahun, jadi bukan sekedar soal keberuntungan semata.

Seperti kata pepatah latin, fortis Fortuna adiuvat (fortune favors the brave), keberuntungan menyukai para pemberani, maka orang-orang yang berani untuk mengambil kesempatan dan melakukan tindakan, mempunyai peluang keberuntungan untuk berhasil dan menjadi orang yang beruntung, daripada orang yang penakut dan tidak berani melakukan apa-apa.

#inspirasiharian