Sosok

Belajar Dari Sosok Pdt. Daniel Alexander: Filosofi Sungai

Rabu, 31 Agustus 2022, 10:35 WIB
Dibaca 1.698
Belajar Dari Sosok Pdt. Daniel Alexander: Filosofi Sungai
Foto bersama: Pendeta Daniel Alexander

"Sebenarnya ada yang namanya berkat yang dititipkan Tuhan kepada kita, berkat yang diberikan oleh Tuhan melalui orang kepada kita dan menyalurkan kepada orang lain lagi."

Pagi itu saya bertemu dengan seorang Pendeta yang luar biasa enerjik bernama Pendeta Daniel Alexander. Sebelumnya, saya mendapat informasi bahwa yang akan mengikuti pesawat MAF dari Tarakan dengan tujuan Long Padi adalah seorang pendeta dan dua pengikutnya.

Dari nama saja saya tidak terlalu asing mendengar nama ini, karena beberapa tahun yang lalu saya sudah mendengar dan mendapat cerita dari orang-orang dan anak angkatnya yang melanjut sekolah di perguruan tinggi di Jogja. Mereka banyak mengisahkan sosok beliau kepada saya.

Pagi hari itu saya baru bertemu secara langsung dengan bapak Pendeta Daniel Alexander, yang saya tahu dari sosok bapak pendeta Daniel Alexander ini banyak anak yang di sekolahkan.

Saat beliau tiba di lokasi Long Padi pagi itu, saya mengajak beliau untuk singgah di rumah untuk menyeruput segelas kopi atau teh dan beberapa kue yang sudah istri saya siapkan, dan kami bersama-sama menikmati berkat yang disiapkan oleh keluarga kami sebab (dikampung kami belum ada warung kopi).

Sebelum kami menikmati berkat yang sudah disiapkan oleh keluarga, pak Pendeta Daniel dan dua anaknya membawa kami di dalam doa, kami merasa bahagia sekali pada pagi itu mendapat tamu yang sebelumnya kami belum kenal namun mereka sangat baik dan mendoakan kami sekeluarga, saya meyakini Doa orang yang tulus akan besar Kuasanya.

Sosok Pendeta Daniel mempunyai anak angkat yang banyak sekali, dan mereka juga melanjutkan sekolahnya di perguruan tinggi dan mereka menjadi berhasil.

Hal inilah membuat saya tambah penasaran dan akhirnya saya pada kesempatan ini mendapat kesempatan untuk dapat berbicara dan mengobrol lama dengan beliau dan kamipun banyak bercerita dan saya memberanikan diri untuk bertanya tentang hal seperti apa beliau membiayai anak-anak yang begitu banyak membuat saya tambah takjub.

Kunjungan beliau di sebuah Desa Long Padi sebenarnya hanya untuk transit saja tujuan utamanya dia menuju ke Desa Binuang (ibu kota Kecamatan Krayan Tengah) mengikuti acara pernikahan salah satu anak angkatnya yang ada di Binuang. Pada kesempatan itu, saya mencari waktu dan berbicara dengan beliau untuk menanyakan seperti apa beliau membiayai anak-anaknya yang terlalu banyak baik itu yang ada di Beberapa pulau di Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, Papua dan daerah lainnya.

Saya yakin beliau terlalu banyak membantu orang, sehingga saya pun yang baru mengenal beliau dapat mengetahui begitu banyak orang-orang yang beliau bantu.

Begini, obrolan saya saat itu bersama Pdt. Daniel Alexander.

Saya mengajukan sebuah pertanyaan kurang lebih seperti ini. Bagaimana cara Bapak membiayai anak bapak yang banyak untuk sekolah?

Beliau menyampaikan bahwa filosofi hidupnya membiayai anak yang begitu banyak itu ibarat seperti Sungai Mahakam.

Namun, pada kesempatan ini saya membuat analoginya seperti sungai Krayan yang ada di Krayan Tengah dan Krayan Selatan banyak anak Sungai yang mengalir kedalamnya, seperti sungai Milau, Bayur, Padi, Rungan dan anak Sungai lainnya, di Hulu sungai Krayan tentu airnya sedikit, namun karena banyak anak sungai yang mengalir ke dalamnya membuat di muara airnya banyak.

Lanjut Pak Pendeta Daniel Alexander bertanya dengan saya,  "Apakah air yang di muara lebih banyak dari pada sumber air yang ada di hulu?"

Saya pun terdiam sejenak dan menjawab, "Tentu air yang di muara yang paling banyak daripada sumber air yang di hulu".

“Nah, betul.” kata beliau

Akhirnya, ia menjelaskan analogi bagaimana dia dapat membiayai anak-anak yang begitu banyak yang bersekolah, tentu lah membutuhkan biaya yang cukup besar, bahwa kehidupan di dunia ini sebenarnya ada yang namanya berkat yang dititipkan Tuhan kepada kita, berkat yang diberikan oleh Tuhan melalui orang kepada dia dan menyalurkan kepada orang lain lagi. Nah, itu salah satu yang membuat beliau mampu membiayai banyak anak untuk di sekolah.

Oleh karena itu, berkat yang dititipkan oleh Tuhan kepada kita, hanya kita menggunakan secukupnya sesuai dengan kebutuhan kita selebihnya adalah berkat yang dititipkan kepada kita yang akan kita berikan kepada orang lain.

Sampailah saya pada suatu kesimpulan, dengan prinsip Hidup seperti ini membuat kehidupan kita tidak akan kekurangan satupun, malah akan bertambah. Walaupun apa yang kita miliki sudah kita beri kita pun tidak akan kekurangan.

***