Sosok

Kenapa Jokowi Pilih Putra Dayak jadi Wamen KLH?

Jumat, 19 Februari 2021, 09:06 WIB
Dibaca 828
Kenapa Jokowi Pilih Putra Dayak jadi Wamen KLH?
Peta Kalimantan

Dodi Mawardi

Penulis senior

 

Masyarakat Dayak tentu bangga, salah satu putra terbaiknya menjadi anggota Kabinet Presiden Jokowi. Namanya Alue Dohong. Ia menjadi orang Dayak pertama yang masuk kabinet pemerintah pusat Indonesia.  Kenapa Jokowi memilihnya?

 

“Dia lulusan S2 di Inggris dan S3 di Australia. Dia juga putra Dayak, yang sudah lama berkecimpung di Badan Restorasi Gambut,” kata Jokowi dulu, ketika memperkenalkan Alue Dohong sebagai Wakil Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup (Wamen KLH).  

 

Mari kita tengok latar belakang Alue Dohong. Ia adalah dosen di Universitas Palangka Raya bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. Sekaligus aktif dalam bidang pengelolaan lahan basah atau lahan gambut melalui Lembaga Pengkajian, Pendidikan, dan Pelatihan Lingkungan Hidup (LP3LH) di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Sebagai putra Dayak, Alue Dohong tentu sangat dekat dengan urusan hutan dan lahan gambut. Apalagi di Kalimantan Tengah, yang memang punya lahan gambut sangat luas.

 

Alue menyelesaikan program Master di Bidang Lingkungan Hidup, Universitas Nottingham, Inggris dan meraih gelar Doktor di Universitas Queensland, Australia. Yang menarik, gelar Doktornya ia tuntaskan dengan mengambil fokus kajian tentang lahan gambut. Tak salah jika kemudian dia menjadi salah satu orang penting di Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG).

 

BRG adalah lembaga nonstruktural yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. BRG dibentuk pada 6 Januari 2016, melalui Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Badan Restorasi Gambut. BRG bekerja secara khusus, sistematis, terarah, terpadu dan menyeluruh untuk mempercepat pemulihan dan pengembalian fungsi hidrologis gambut yang rusak terutama akibat kebakaran dan pengeringan (www.brg.go.id). Beberapa program kerja BRG dalam menangani lahan gambut sering dicontoh oleh negara lain.

 

Ketika Alue Dohong berdiskusi dengan presiden sebelum diangkat, selain tentang pengelolaan kehutanan, kebakaran hutan, dan lahan gambut, juga dibahas tentang rencana kepindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan Timur. Nah, inilah yang paling menarik sebagai alasan kenapa Putra Dayak yang jadi Wamen KLH.

 

Bagaimanapun, ada ancaman nyata berupa dampak lingkungan dari pemindahan ibu kota tersebut. Dalam satu dekade terakhir, hutan Kalimantan sudah hilang dalam jumlah besar. Benar, jumlahnya kehilangannya terus menurun. Jokowi berhasil menahan penurunan itu. Meskipun, data-data menunjukkan bahwa penggundulan dan alih fungsi hutan masih terus terjadi. Bagaimana nanti ketika ibu kota pindah ke sana?

 

Memang tepat Jokowi memilih putra Dayak. Orang Dayak-lah yang paling tahu bagaimana mengelola hutan di Kalimantan. Kearifan lokal Dayak terbukti mampu menjaga kelestarian hutan di sana. Fakta-fakta tak bisa dibantah, meski sebagian kelompok menuduh mereka sebagai perusak hutan. Justru sistem peladangan orang Dayak, sangat ramah lingkungan dan anti perusakan hutan.

Lihatlah peta hutan Kalimantan sekarang. Bagian yang masih hijau itu adalah tempat tinggal orang Dayak. Seperti di Taman Nasional Kayan Mentarang Kalimantan Utara dan sebagian besar hutan di Kalimantan Tengah. Di sana orang Dayak hidup sejak ratusan tahun lalu secara turun temurun. Hutan tetap terjaga dan lestari. Bandingkan dengan kawasan lain yang sudah dijajah pendatang. Hutan gundul!

 

Jokowi peduli dengan lingkungan apabila ibu kota pindah ke sana. Pasti ada dampak negatif dari proses itu khususnya pada keberadaan hutan. Siapa yang bisa menjaga dan sudah terbukti melestarikan hutan? Orang Dayak! 

 

Bukan pendatang. Bukan pula pejabat dari daerah lain. Bukan pula para pengusaha hutan yang bersama pengusaha tambang, malah merusak keberadaan hutan. Atau orang lain dengan beragam kepentingan ekonomi.

 

Ibu kota memang harus pindah dari Jakarta, yang sudah tidak layak lagi sebagai tempat yang nyaman baik untuk urusan pemerintahan maupun hunian. Akan tetapi, kepindahan itu ke Kalimantan jangan sampai menambah parah rusaknya hutan di pulau tersebut. Wamen KLH asal Kalimantan, seorang putra Dayak memikul tanggung jawab yang sangat besar dan mulia untuk bangsa ini.