Sosok

Adri Patton: Sudah Profesor, Rektor Pula

Selasa, 23 Maret 2021, 09:02 WIB
Dibaca 2.399
Adri Patton: Sudah Profesor, Rektor Pula

Plaza Indonesia, Rabu petang 10 Februari 2021. Di sebuah resto. Kami makan malam. Sembari diskusi. Suasana sersan. Serius tapi santai.

Ada wakil gubenur terpilih Kalimantan Utara, Dr. Yansen Tipa Padan, M.Si., seorang Lundayeh. Pada sisi kirinya, duduk Ibu Ketua DPRD Kab. Malinau, Ping Ding yang tiada lain adalah perempuan Kayan, isterinya.

Ada pula Prof. Adrie Paton, rektor Universitas Borneo Tarakan (UBT), seorang Dayak dari Apau Kayan. Di samping dan muka saya, dua kawan-sesama pegiat literasi dan penulis senior: Dodi Mawardi dan Pepih Nugraha.

Hal yang menarik. Di antara yang lain-lain. "Dayak Kalbar paling maju dalam hal SDM dan literasinya dibanding provinsi lain," cetus sang profesor.

Februari itu, telah terbetik berita. Bahwa Adri kembali terpilih. Namun, Sang Profesor baru dilantik  menjadi Rektor Universitas Borneo Tarakan periode 2021-2025 pada 22 Maret 2021. Ini periode kedua baginya mengeban amanah sebagai Rektor UBT.

Baginya, "Menjadi Rektor Universitas Borneo Tarakan untuk kedua kali, pertama-tama bukan untuk saya," papar sang profesor. "Melainkan untuk suku bangsa dan seluruh negeri."

Seperti diketahui. Profesor adalah Jenjang Jabatan Akademik (JJA) atau pangkat dosen tertinggi di dunia akademik. Sedangkan Rektor adalah pemimpin dan penanggung jawab tertinggi tingkat Universitas. Mau apa lagi? Lengkaplah sudah semua pemuncak capaian prestasi di dunia akademik itu pada diri Adri Patton.

Adri lahir di Tanjung Selor pada 15 Agustus 1963. Ia satu dari segelintir orang Dayak menjabat sebagai Rektor. Sejak 2017, pria berbadan tegap itu menjabat Rektor Universitas Borneo Tarakan (UBT). Jabatan akademiknya adalah Guru Besar FISIP Universitas Mulawarman, Samarinda.

Di bidang organisasi sosial, ia Sekretaris Umum PDKU Kaltara, Dewan Pakar pada Dewan Ketahanan Nasional (WANTANAS), dan Ketua Umum Pebekatawai Indonesia.
Menempuh pendidikan dasar hingga pendidikan menengah di Tanjung Selor. Kemudian, menempuh pendidikan tinggi S-1 Bidang Administrasi Negara Universitas Mulawarman (1986), Jenjang S-2, Bidang Administrasi Pembangunan Universitas Brawijaya (1999), dan Jenjang S-3, Bidang Manajemen Publik Universitas Brawijaya (2005).

Mengawali karier sebagai dosen di Fisip Universitas Mulawarman pada 1988 – 2000. Kemudian tahun 2003 – 2009 Direktur Pascasarjana Fisip Unmul.

Tahun 2009 – 2012 sebagai Kepala Badan Pengelolaan Kawasan Perbatasan, Pedalaman dan Daerah tertinggal (BPKP2DT) Provinsi Kaltim.

Pada tahun 2012 – 5 September 2015, ia dipercaya Selaku Sekretaris Daerah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Pada 5 September 2015 Kembali Menjabat sebagai Guru Besar pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.

Menjabat pula sebagai Ketua Assessment Center Universitas Mulawarman mulai tanggal 27 Januari 2016. Dan dalam suatu pemilihan, tahun 2017 – sekarang, Adri terpilih menjadi Rektor Universitas Borneo Tarakan.

Pada 2004, Adrie melakukan penelitian penting untuk disertasinya. Di bawah judul “Peran Informal Leader dalam Pelaksanaan Pembangunan di Daerah Perbatasan Kabupaten Malinau”, disertasi ini bukan saja bernilai akademik, melainkan juga bermuatan pragmatis.
Sebagai akademisi, Adri banyak menelurkan hasil penelitian yang dipublikasikan. Publikasi terpentingnya, antara lain:
1) Pemimpin Informal, Budaya Lokal dan Pembangunan Daerah (2005). Buku, ISBN, 979-25-1980-7.
2) Perilaku dan Pengembangan Organisasi (2006). Buku, ISBN 979-495- 875-1
3) Manajemen Pengembangan Organisasi (2006). Buku, ISBN, 979-25-4960-9.
4) Akuntabilitas Pejabat Publik (2008). Buku, ISBN, 979-495-841-7.

Di bawah kepemimpinannya, UBT melakukan berbagai kerja sama baik dengan sesama perguruan tinggi maupun lembaga lain. Menurut Adri, pembangunan sumber daya manusia yang andal tentunya tidak terlepas dari dukungan pembangunan infrastruktur yang berkualitas. Oleh sebab itu, infrastruktur di UBT terus ditingkatkannya.

Adri mengawal visi utama dari universitas, menjadi pusat penyelenggara pendidikan tinggi berbasis riset untuk mendukung pembangunan dan pengembangan potensi kawasan perbatasan dan sumber daya laut tropis yang berkelanjutan. UBT berstatus akreditasi B, dengan nilai 313 dan SK ini berlaku hingga 19 Juli 2019.

Hal yang menarik, pada umumnya mahasiswa UBT rajin menulis baik di blog pribadi maupun pers mahasiswa. Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Universitas ini berjalan lancar, pertanda adanya kehidupan dan dinamika di kampus. Dilihat dari penegriannya pada tahun 2010, UBT masih muda usia. Namun, didukung alokasi dana dari APBN, UBT berbenah menuju center of excellence.

Itulah cita-cita yang hendak direalisasikan Prof. Adri. Ia juga bersemangat "memprofesorkan" kawan-kawan, akademisi Dayak. Sejauh catatan penulis, kini ada: 37 profesor Dayak. Mereka ahli di berbagai bidang keilmuan. Mulai dari eksakta, hingga ilmu-ilmu sosial.

Sejauh catatan Penulis pula, Adri menambah jumlah orang Dayak Rektor Universitas Negeri yang ke-2 di bumi Borneo. Yang pertama, Dr. Andrie Elia Embang, Rektor Universitas Palangka Raya.

Selain akademisi. Lelaki yang gemar mengenakan, sekaligus kolektor cincin berlian ini,  juga aktif di Ikatan Cendekiawan Dayak Nasional (ICDN).

*

Tags : sosok