Sosok

22-02-2022. Petunjuk di Angka Cantik

Kamis, 24 Februari 2022, 07:47 WIB
Dibaca 305
22-02-2022. Petunjuk di Angka Cantik
Diapit dua moderator

Pernah kah kita sedang berada di sebuah tempat, atau sedang mencari alamat tapi tanpa tanda yang menunjukkan sebuah jalan mengantarkan kita pada alamat yang ingin kita tuju? Tentu seperti sedang masuk pada sebuah taman labirin. Semakin kita terus masuk mencari jalan keluar, tetapi justru semakin banyak percabangan yang akan kita temukan. Tersesat!

Dua pekan sebelum Geliat Literasi Kaltara dilaksanakan, diskusi kami kawan-kawan yang tergabung dalam Komunitas Kreatif Kaltara bersama Bapak Dr Yansen TP, M.Si, membahas topik pentingnya Literasi. Bagaimana menggairahkan Literasi ini di Bumi Benuanta—Kalimantan Utara.

Mungkin, minim sekali kita menjumpai seorang kepala daerah yang memulai untuk membahas topik yang berkaitan dengan dunia Literasi. Umumnya, kepala daerah akan curhat kepada kawan diskusi seputar bagaimana elektabilitas, tingkat kepuasan masyarakat, atau apa upaya persiapan untuk maju pada kenduri demokrasi periode selanjutnya.

Beberapa kali bertemu, topik yang sering kami bahas bersama Bapak Yansen TP selalu seputar kreativitas. Khususnya, literasi. Ada semacam kegelisahan. Sebagai seorang yang begitu aktif menulis buku, ia berkeinginan besar agar lahir penulis-penulis hebat di Kaltara.

Sehingga, kegiatan yang sejatinya sudah direncanakan sejak tahun 2021 lalu, melalui sambungan telpon, Bapak Yansen TP menetapkan hari Selasa, 22-2-2022 diadakan kegiatan Literasi yang dipercayakan kepada komunitas yang tergolong masih belia ini. Bahkan, jumlah anggotanya pun masih bisa dihitung jari. Sekitar 20-an orang.

Tanggal cantik. Tentu punya tujuan dan maksud. Seraya tertawa, mantan bupati Malinau dua periode ini menyampaikan, agar ditetapkannya tanggal bulan dan tahun yang identik dengan angka dua ini menjadi catatan sejarah. “Agar mudah diingat sebagai sebuah momentum baik,” katanya.

Beberapa penulis yang sudah melahirkan karya tulis dan sudah dibukukan digandeng untuk terlibat. Bahkan hadir dengan membawa buku masing-masing. Bercerita terkait pengalaman menulis dan tentu dari mana memulainya.

Ibarat murid yang baik, ternyata Bapak Yansen TP tidak melupakan beberapa guru yang banyak memberikan ilmu kepadanya sehingga mampu produktif hingga melahirkan beberapa buku. Dodi Mawardi, Masri Sarep Putra, dan Pepih Nugraha yang juga pendiri Kompasiana dihadirkan untuk berbagi ilmu dalam tulis menulis.

Tentu, harapannya, agar para peserta yang hadir juga mampu mengikuti jejak para penulis. Melahirkan tulisan dan buku yang dapat dibaca masyarakat luas. Dengan membaca, kata ayah empat anak dari pasangan Ibu Ping Yansen ini, kita akan mampu mengenal dunia. Dengan menulis yang baik, akan melahirkan orang-orang baik. Mengubah pola pikir yang baik dan tentunya akan bertutur kata dengan baik.

Di sebuah warung makan, pada malam pasca pembukaan kegiatan literasi, pria berkacamata ini mengajak serta beberapa sahabatnya. Juga tidak lupa panitia yang sudah terlibat dalam kegiatan. Sembari memberi pandangan, suasana malam kian “gurih” dengan hidangan sup tulang. Provinsi Kaltara, menurutnya, tidak kekurangan sumber saya manusia yang hebat. Diakuinya, Kaltara hanya sedikit terlambat untuk membangun peradaban melalui literasi.

“Tetapi kita pasti bisa dan harus optimis!” pesannya.

Selasa, 22-2-2022 anggaplah sebagai alamat. Sebuah titik temu para pegiat Literasi di provinsi ke-34 ini. Digagas dengan apik oleh seseorang yang memang telah melakukannya. Karyanya sebuah bukti yang tak hanya sebatas ucapan tapi tulisan. Apa yang mau kita bantah dari sekian eksemplar buku-bukunya yang sudah terpublikasi dan tersusun di rak buku?

Orang cerdas berkata:
“Kita tidak akan bisa menyeragamkan pikiran setiap orang. Yang bisa kita lakukan memahami pikirannya melalui tulisan.”

Selasa, 22-2-2022 sebagai sebuah momentum bangkitnya Literasi di Bumi Benuanta. Sebagai catatan sejarah yang tak bisa dibeli. Diucapkan dengan kata-kata. Dibuktikan dengan karya. Menulis lah sebagaimana diucapkan Pramoedya Ananta Toer.

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Dengan menulis, maka kita sejatinya telah membuktikan, bahwa kita pernah hidup. (keg)

Tags : sosok