Feri dan Penanak Nasi Eletrik untuk Ibunda
Perkenalkan, ini Feri, anak semata wayang asisten rumah tangga di rumah. Sudah dua tahun ibunda Feri, Mbak Ju, bekerja di kediaman kami di Bintaro.
Feri anak berkebutuhan khusus. Kedua kaki dan jari tangannya tidak sempurna, di samping gagu, nyaris tuna wicara. Hanya beberapa kata saja yang bisa saya tangkap jika menyapanya, sehabis sekolah di sebuah SLB, tidak jauh dari tempat kami mukim.
Mbak Ju, ibundanya, bekerja pulang hari. Masuk pukul 10 pagi hingga selesai pukul 4 sore. Pekerjaan utamanya mencuci pakaian, menyetrika, menyapu dan mengepel lantai, kemudian bersih-bersih kursi. Ia tidak memasak, kecuali kalau diminta.
Feri punya ayah, tetapi ayahnya itu entah ada di mana sekarang. Ayahnya belum bercerai dengan ibundanya, menghilang begitu saja, tidak ada kabar berita. Kabarnya ada di Perigi, kampung sebelah. Feri hidup berdua saja dengan ibundanya.
Meski berkebutuhan khusus yang dari kacamata orang normal punya kekurangan (boleh jadi Feri tidak merasa kekurangan apa-apa), Feri punya kelebihan, yaitu kepekaan hatinya.
Saat Ramadhan, Feri biasa "ngabuburit" di tempat kami, sekalian menemani ibundanya yang bekerja. Sebuah ponsel terhubung ke wi-fi di rumah dan ia asyik "bercengkrama" dengan teman-temannya di "seberang gelombang" sana atau sekadar mengklik Youtube.
Ada saja saudaranya atau tetangganya yang memberinya uang, apalagi di bulan Ramadhan ini. Namun menurut Mbak Ju, kali ini ada yang beda. "Feri tidak melapor kalau ada yang memberinya uang," kata Mbak Ju kepada nyonya di rumah. "Biasanya dia ngasih tau."
Rupanya Feri ingin memberi kejutan kepada ibundanya. Sebuah kejutan yang tak terduga. Diam-diam ia mengumpulkan uang pemberian orang-orang dan menyembunyikannya di suatu tempat di rumah kontrakan ibundanya, di belakang rumah kami. Sampai uang pemberian itu terkumpul sekitar Rp300.000.
Karena berkebutuhan khusus, Feri meminta bantuan salah seorang saudara ibundanya untuk diantar ke toko elektronik di Jalan Raya Jombang, tidak jauh dari rumah kontrakannya. Feri kemudian membeli sebuah "Rice Cooker", penanak nasi elektrik seharga Rp250.000.
Di rumah kami memang tersedia "Rice Cooker" untuk menanak nasi sehari-hari. Rupanya diam-diam Feri melihat fungsi dan kepraktisan "Rice Cooker" itu dan ingin membelikan ibundanya.
Kini sebuah "Rice Cooker" sudah ada di tangannya. Feri kemudian benar-benar bikin kejutan. Ia memberikan "Rice Coocer" itu sebagai hadiah untuk ibundanya.
"Biar Emak gak susah kalo nanak nasi," kata Mbak Ju menirukan ucapan Feri, yang memang hanya dialah yang mengerti ucapan anaknya itu.
Mata Mbak Ju berkaca-kaca.
***