Politik

Beda Pemimpin Tulus VS Akal Bulus

Kamis, 14 Juli 2022, 08:17 WIB
Dibaca 1.758
Beda Pemimpin Tulus VS Akal Bulus
Gandhi vs Pol Pot

Dodi Mawardi

Penulis senior

 

Apa yang ada di kepala Anda membaca judul artikel ini?

Buat saya, ada dua jenis manusia yang berperan sebagai pemimpin dalam hidupnya.

Jenis pertama: manusia yang memerankan tugas memimpin dengan tulus.

Jenis kedua: manusia yang memerankan tugas memimpin dengan akal bulus.

 

Kedua jenis manusia ini sudah pernah saya temukan. Bahkan berinteraksi dengan mereka. Tentu, dengan rasa yang sungguh berbeda. Bertolak belakang.

 

Dua jenis pemimpin ini tidak ada dalam buku-buku tentang teori kepemimpinan. Pun tak ada dalam buku-buku kepemimpinan lainnya, seperti karya James C. Maxwell yang dianggap sebagai penulis buku-buku top kepempimpinan.

 

Anda mungkin pernah menbaca buku tentang apakah pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan. Dua mazhab tentang kepemimpinan berdasarkan minat, bakat, dan pendidikan/pelatihan.

 

Nah, pemimpin tulus dan akal bulus ini ada pada diri pemimpin apa pun. Baik pemimpin yang dilahirkan maupun yang diciptakan. Baik pemimpin yang dipaksa oleh keadaan maupun yang terpaksa karena keturunan.

 

Baiklah, saya mulai saja pembahasan serius tentang pemimpin tulus dan akal bulus ini. Disertai oleh doa, “Semoga di Indonesia ini semakin banyak pemimpin tulus dan semakin sedikit pemimpin akal bulus.” Karena berdasarkan hasil riset serta observasi penulis, saat ini lebih banyak pemimpin akal bulus dibanding pemimpin tulus.

 

Berdasarkan etimologi, tulus bermakna sungguh dan bersih hati (benar-benar keluar dari hati yang suci); jujur; tidak pura-pura; tidak serong; tulus hati; tulus ikhlas. Banyak yang menyebutkan tulus berasal dari kata sinus cera (tanpa lilin) dalam bahasa Latin. Saya mengernyitkan dahi. Jauh sekali kata sinus cera dengan tulus. Bunyinya kejauhan.

 

Mungkin utak atik asal usul kata versi saya lebih mirip dengan kata tulus, yaitu dari dua kata dalam bahasa Inggris too dan lose. Maknanya “kalah banget”. Buat pemimpin yang tulus, mengalah dan kalah dalam urusan pribadinya tidak apa-apa, yang penting yang dipimpinnya menang. Lebih cocok kan?

 

Lalu apa makna akal bulus?

Akal bulus berasal dari dua kata, yaitu akal dan bulus. Akal bermakna daya pikir (untuk memahami sesuatu dan sebagainya); pikiran; ingatan. Sedangkan bulus punya dua makna, 1). kura-kura kecil (di darat atau di air tawar); labi-labi, 2). Gundul sama sekali (tidak berdaun, tidak berbulu, tidak beranting).

Akal bulus bersatu padu menjadi sebuah kata kiasan yang berarti:

1.       Tipu muslihat yang licik

2.       Pandai menipu

3.       Licik

Boleh jadi, kata kiasan itu berasal dari akal dengan bulus makna kedua (gundul sama sekali) yang dapat dimaknai sebagai tidak berakal sama sekali. Akalnya gundul.  

 

Ngeri ya maknanya! Tapi begitulah keadaan negeri abra kadabra saat ini. Baik di pusat maupun di daerah. Baik di PROVINSI maupun di kabupaten/kota. Pemimpin jenis akal bulus lebih banyak. Yuk, berdoa bersama biar pemimpin jenis ini cepat musnah.

 

Apa yang membedakan pemimpin tulus dan pemimpin akal bulus?

Mudah sekali. Cukup dilihat dari tujuan mereka dalam memimpin yang terlihat dalam tindak tanduknya.

 

Pemimpin tulus akan berpikir:

·         Saya mau mengerjakan apa.

·         Apa yang bisa saya lakukan selama memimpin.

·         Apa yang bisa saya berikan kepada yang dipimpin.

·         Lebih jauh lagi, apa yang bisa saya wariskan untuk generasi selanjutnya.

 

Pemimpin akal bulus akan berpikir:

·         Saya akan dapat apa.

·         Apa yang saya dapatkan selama memimpin.

·         Sebanyak apa yang akan saya dapatkan.

·         Saya harus dapat ini dan dapat itu.

 

Beda ya? Beda bingits!

Anda bisa melihat secara gamblang, kedua jenis pemimpin tersebut di depan mata kita.

 

Pemimpin akal bulus mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya selama memimpin untuk berbagai kebutuhan dan keinginan:

-          Untuk diri dan keluarganya (bahkan mungkin sampai anak cucu cicit anaknya cicit dst),

-          Buat kelompoknya,

-          Bagi partai politiknya,

-          Untuk para pendukungnya ketika kampanye,

-          Bagi penyokong dananya buat kampanye,

-          dan sebagainya banyak sekali deh.

 

Buat saya pribadi, pemimpin jenis ini bikin mual mules perih kembung.

Lebih nikmat mendengarkan lagu Tulus “Hati-hati Di Jalan” dibanding memperhatikan tingkah laku para pemimpin akal bulus!

 

Hati-hati selama memimpin, Pak.