Literasi

Ruang BK Bukan Penjara Siswa

Senin, 14 Maret 2022, 08:11 WIB
Dibaca 928
Ruang BK Bukan Penjara Siswa
Ruang BK Bukan Penjara

Pendidikan formal tentunya memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas kepribadian siswa. Untuk meningkatkan kualitas siswa sekaligus menjaga mutu lingkungan sekolah, diberlakukanlah sistem bimbingan dan konseling, sering disebut BK.

Pada awalnya, istilah yang muncul bukanlah bimbingan konseling (BK) melainkan bimbingan dan penyuluhan (BP). Karena BP secara ranah kerja belum begitu menyentuh psikologis siswa dan juga manajerial yang utuh, hadirlah sebuah pembaruan nama dan juga tugas pokok dan fungsinya (tupoksi), yaitu Bimbingan dan Konseling (BK).

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kata Bimbingan dan Konseling (BK)? Bagaimana pendapat kalian tentang Guru BK? Pernahkah kalian dipanggil ke ruang BK?

Mungkin teman - teman yang sudah sering membaca artikel tentang apa itu bk sudah memiliki penafsiran yang benar, tapi bagaimana dengan orang - orang yang masih awam dengan istilah BK? Biasanya mereka hanya mendengar pendapat miring orang lain tentang BK, kemudian meneruskan pendapat salah itu ke orang banyak, hasilnya apa? Tentu saja image BK semakin buruk, miris.

Maka jangan heran kalau teman - teman semua sering mendengar kalimat "guru bk itu polisi sekolah, guru bk itu tidak ada kerjanya, guru bk makan gaji buta, semua orang bisa jadi guru bk" dan masih banyak lagi, sungguh sakit hati sekali kalau kita mendengarkan ucapat tersebut.

Paradigma Negatif Guru BK
Stereotip BK sebagai polisi sekolah terjadi karena lazimnya, sering terjadi kasus guru BK melakukan aksi razia semacam gunting rambut, memberi hukuman bagi pelajar yang telat datang ke sekolah, menindak siswa-siswa yang nakal, dan melakukan tindakan-tindakan seperti superhero, 'membela kebenaran juga membasmi kejahatan', haha.

Seakan belum cukup, paradigma negatif juga terbentuk dari kesan yang siswa dapatkan terhadap Ruang BK. Ruang BK menjadi mitos menyeramkan bagi anak-anak di sekolah sebagai tempat siswa-siswa bermasalah berkumpul. Bila ada orang tua yang dipanggil, segera terbentuk 'dakwaan' bahwa anak dari orangtua tersebut bermasalah. Begitu menyeramkannya pendidikan jika pemikiran demikian masih ada di masyarakat. Padahal bisa saja orang tua siswa dipanggil lantaran anak mereka berprestasi.

Sudah saatnya paradigma negatif BK diubah. Perubahan tersebut dimulai dengan pembentukan kesadaran baru yang bernuansa positif. Ruang BK bagi saya adalah ruang kesuksesan. Di sana, kita bisa bertemu dengan sosok teladan berstatus guru BK. Di sana, para siswa juga bisa berkonsultasi mengenai perencanaan karier mereka di masa depan. Bahkan, di ruang BK bersama guru BK, curhat mengenai masalah-masalah pribadi dapat dilontarkan dengan leluasa.

"Bahkan, di ruang bk bersama guru bk, curhat mengenai masalah-masalah pribadi dapat dilontarkan dengan leluasa."

Dari ruang BK, saya meyakini bahwa akan muncul sosok-sosok siswa yang mau mendengar, mau memahami, dan mau berbagi di masa depan. Syaratnya, terdapat perubahan paradigma terhadap konsep BK itu sendiri. Saya berpendapat, pendidikan perlu disemai dengan benih-benih bernuansa positif sehingga kepribadian siswa yang mandiri dan unggul dapat terbentuk. Apabila ini terjadi, ruang BK yang selama ini dianggap sebagai penjara dapat menjadi ruang yang berperan dalam membentuk kesuksesan siswa: ruang kesuksesan.