Literasi

Manakala Gairah Sunda Dipengaruhi oleh Dayak

Rabu, 13 Januari 2021, 23:11 WIB
Dibaca 1.015
Manakala Gairah Sunda Dipengaruhi oleh Dayak
Dayak - Sunda

Dodi Mawardi

Penulis senior

Apa yang Anda pikirkan ketika membaca judul artikel ini?

Bagaimana ceritanya Sunda dapat dipengaruhi oleh Dayak?

Dalam hal pengaruh apakah gerangan?

 

Sebelum saya bercerita tentang pengaruh tersebut, izinkan saya untuk berkisah tentang masa lalu. Anda yang sudah melek pengetahuan tentu tahu sejarah bangsa ini. Menurut buku-buku sejarah resmi, kerajaan pertama di Indonesia berada di Kutai (Kalimantan) dengan raja terkenalnya Mulawarman. Kisah tentang kerajaan tersebut dan Mulawarman sang raja tercatat dalam prasasti Yupa.

 

Pada waktu yang tak jauh berbeda (Abad ke-4 dan ke-5), di tanah Jawa sana, tepatnya di Jawa Barat, juga tercatat dalam sejarah sudah ada kerajaan Tarumanagara. Di Bogor Jawa Barat, salah satunya ditemukan prasasti Ciaruteun yang bercerita tentang kehebatan Raja Tarumanagara bernama Purnawarman. Nama Mulawarman dan Purnawarman punya kesamaan dua suku kata terakhir yaitu warman. Apakah suatu kebetulan?

Tentu tidak. Saya tidak percaya kebetulan. Semua hal sudah diatur oleh yang Maha Kuasa.

 

Apakah Anda sudah melihat suatu pengaruh sesuai judul artikel ini? Catatan sejarah resmi kita jadikan sebagai patokan, bahwa nun di Kalimantan sana yang kita percayai dihuni oleh masyarakat Dayak, adalah asal muasal Indonesia sebagai tempat pertama lahirnya suatu peradaban (baca: kerajaan). Kecuali kelak ditemukan fakta baru. Dan cikal bakal itu kemudian dilanjutkan oleh fakta sejarah kerajaan berikutnya di Jawa Barat, yang kita juga akui sebagai suatu wilayah tempat berkembang biaknya suku Sunda. 

 

Fakta #01, berdasarkan sejarah resmi kerajaan di Indonesia, maka Sunda dipengaruhi oleh Dayak. Ingat, jarak antara Sunda dan Dayak saat itu, sama jauhnya seperti sekarang. Satu di Jawa Barat, satu lagi di Kalimantan. Berbeda pulau dan terpisahkan oleh laut Jawa. Meski menurut para ahli sejarah, dulu kedua pulau ini adalah satu. Jarak yang sama jauhnya itu, dulu terasa lebih jauh karena sarana transportasi belum secanggih sekarang. Bagaimana ceritanya Mulawarman (baca: Kalimantan/Dayak) bisa memengaruhi Purnawarman (Jawa Barat/Sunda)?

 

Mari mulai merenung-renung…

 

Oh ya hampir lupa. Kita mendapatkan informasi tentang cerita tersebut karena kedua kerajaan itu, khususnya para rajanya sudah melek baca tulis (berliterasi). Buktinya, mereka sudah meninggalkan peradaban baca tulis berupa prasasti. Jumlahnya bukan hanya satu dan mungkin masih banyak yang belum ditemukan. Artinya, bolehlah disimpulkan bahwa literasi orang Kalimantan saat itu memengaruhi literasi orang Jawa Barat. Sama-masa meninggalkan jejak berupa prasasti.

 

(Sumber foto: diknas.go.id)

Begini bunyi salah satu prasasti Yupa yang ditemukan di hulu Sungai Mahakam:

sri-mulavarmmano rajnah

yad dattan tilla-parvvatam

sadipa-malaya sarddham

yupo 'yam likhitas tayoh

(Tugu ini ditulis buat (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.)

 

(Sumber foto: kompas.com)

Dan berikut ini bunyi prasasti yang ditemukan di sungai Ciaruteun Bogor:

vikkrantasyavanipat eh

srimatah purnnavarmmanah

tarumanagarendrasya

visnoriva padadvayam

(Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnnawarmman, raja di negri Taruma, raja yang gagah berani di dunia)

 

Tulisan aslinya, sama-sama huruf Palawa dan menggunakan bahasa Sansekerta. Masa iya kedua kerajaan tersebut tidak saling berkaitan dan tidak saling memengaruhi?

 

Sekarang kita beralih ke era modern. Lebih tepatnya tahun 2020 dan 2021 ini. Pada penghujung 2020, saya Dodi Mawardi dan Pepih Nugraha, sebagai pegiat literasi mendapatkan ‘rezeki nomplok’ bisa melakukan kegiatan menulis di suatu tempat penuh keheningan nun jauh di sana, di Dataran Tinggi Krayan, Nunukan, Kalimantan Utara. Saya berasal dari Ciawi Bogor, tempat yang diyakini sebagai nama Pakuan, ibu kota Kerajaan Tarumanagara dan kemudian Padjadjaran. Sementara kang Pepih, engkongnya Kompasiana, berasal dari Ciawi juga tapi di Tasikmalaya, masih satu kawasan dengan Kawali atau Galuh, ibu kota pertama kerajaan Sunda (Galuh dan Padjadjaran). Kami berdua orang Sunda.

 

Siapa yang mengundang kami datang ke sana? Namanya Yansen Tipa Padan (YTP), pegiat literasi juga Bupati Malinau (2011-2015, 2016-2021) yang lahir dan besar di Krayan itu. Satu lagi pegiat literasi yang turut serta dalam kegiatan tersebut adalah R. Masri Sareb Putra, seorang penulis senior kelahiran Sanggau, Kalimantan Barat. Kedua orang ini bersuku Dayak. Yansen subsuku Lundayeh, sedangkan Masri subsuku Bidayuh.

 

Apakah Anda sudah bisa membaca bagaimana pengaruh Dayak terhadap Sunda sesuai judul arikel?

 

Fakta #02, seperti Mulawarman (Kutai) mendahului Purnawarman (Tarumanagara), begitu pula kami. Yansen TP.-lah yang menjadikan kegiatan literasi kami begitu bergelora. Kami masing-masing punya kegiatan literasi, khususnya menulis buku. Akan tetapi, dengan motor penggerak YTP geliat literasi kami makin menjadi-jadi. Suatu pengaruh yang luar biasa dari seorang Dayak yang lahir di wilayah pelosok, terhadap kami yang lahir dan besar dekat dengan pusaran kekuasan era modern Indonesia. Website www.ytprayeh.com adalah bukti betapa kekuatan YTP mewujudkan literasi bangsa Indonesia menuju peradaban baru. Kira-kira tak jauh berbeda dengan semangat seorang Mulawarman pada masa lalu.

 

Masri Sareb Putra pun dikenal sebagai pegiat literasi Dayak yang luar biasa. Sejak lama ia membidani lahirnya penerbit Lembaga Literasi Dayak, bertumbuh, dan sukses menggairahkan budaya menulis orang Dayak. Ratusan buku sudah terbit darinya. Pergerakan yang menginspirasi Pepih Nugraha dan Dodi Mawardi untuk membangun penerbit Lembaga Literasi Sunda, agar gairah budaya menulis orang Sunda juga meningkat. Dan di Krayanlah – di suatu tempat bernama Batu Ruyud yang hening itu – gagasan website gerakan literasi dan penerbitan itu mewujud.  Kami – orang Sunda – terpengaruh begitu hebat oleh kedua orang Dayak tersebut. Ikatan emosional dan batin yang kuat seperti Mulawarman dan Purnawarman.

 

Manakala Dayak dan Sunda bergairah, maka Indonesia pun akan bergairah. Tatkala seluruh suku yang ada di Nusantara yang beragam ini sebagai kekuatan dan kekayaan bangsa bergelora, maka Indonesia pun akan bergelora. Gairah dan gelora dalam berliterasi. Literasi adalah salah satu modal utama kemajuan suatu bangsa!

 

Paham ya kenapa Sunda dipengaruhi Dayak?

Bhineka Tunggal Ika, Kita berbeda tetap satu jua!

Asal muasalnya ternyata sama…