Beruntungnya Menjadi Generasi Baby Boomer

Di Plaza Indonesia, 4 sekawan—Yansen, Masri, Pepih, dan Dodi (sesuai urut kacang)—biasa bincang-bincang di suatu kafe. Kali ini, 26 Februari 2025, perbincangan mereka seputar literasi, namun mengarah ke banyak topik. Salah satunya adalah Generasi Baby Boomer, yang menurut Yansen "beruntung."
"Mengapa?" tanya Pepih, menyelipkan jeda di antara seruput kopinya.
"Karena kita mengalami semua generasi," jawab Yansen.
Generasi Baby Boomer lahir di tengah dunia yang masih tradisional, tumbuh dalam modernisasi, dan kini berada di era digital. Mereka melihat dunia berubah dari agraris ke industri, dari surat-menyurat ke media sosial, dari manual ke kecerdasan buatan. Mereka pernah hidup di zaman tanpa teknologi canggih, tetapi juga harus beradaptasi dengan era digital.
Tiap generasi memiliki tantangan dan cara sendiri untuk mengatasinya. Dan pertanyaan “Apakah mereka bisa?” bukan hanya pertanyaan yang kita ajukan ke generasi sekarang, tetapi juga pertanyaan yang dulu diajukan oleh generasi sebelumnya kepada Baby Boomer.
Jika kita melihat sejarah, Baby Boomer pun dulu menghadapi banyak tantangan, seperti:
Tantangan politik & ekonomi → Pasca perang, mereka menghadapi pembangunan bangsa dan stabilisasi ekonomi.
Tantangan sosial & budaya → Transisi dari masyarakat tradisional ke modern.
Tantangan teknologi → Adaptasi dari era analog ke komputerisasi.
Saat itu, orang tua mereka (Silent Generation atau Generasi Perang) mungkin juga meragukan apakah Baby Boomer mampu menghadapi zaman yang berubah. Tapi nyatanya, mereka bisa!
Hal yang sama terjadi sekarang:
Generasi Milenial & Gen Z menghadapi tantangan baru: digitalisasi, perubahan iklim, ekonomi gig, AI, dan lain-lain.
Generasi Baby Boomer dulu juga ditanya: "Apakah mereka bisa menghadapi dunia modern?"
Sekarang kita bertanya ke Generasi Z & Alpha: "Apakah mereka bisa menghadapi era digital dan AI?"
Sejarah menunjukkan bahwa setiap generasi pada akhirnya bisa beradaptasi—meskipun dengan cara yang berbeda. Jadi, pertanyaan itu memang abadi, tetapi jawabannya selalu sama: Setiap generasi punya tantangan dan akan menemukan cara mengatasinya.
"Tapi sejarah sudah menjawab," kata Masri. "Setiap generasi menemukan caranya sendiri untuk beradaptasi."
Dodi mengangguk. "Pertanyaannya selalu sama, jawabannya juga. Tantangan boleh berbeda, tapi setiap generasi akan selalu punya cara mengatasinya."
Obrolan pun berlanjut, membahas literasi, budaya, hingga bagaimana kecerdasan buatan mengubah pola pikir manusia. Di meja mereka, kopi mulai mendingin, tetapi diskusi semakin hangat. *)