"Dongeng” Sebelum Tidur Tumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air
Masa kecil sebagian besar kuhabiskan bersama dengan nenek yang tinggal seorang diri. Anak-anaknya tinggal di kota dan kampung, baik karena sudah berkeluarga maupun karena tugas dan sedang menempuh pendidikan. Nenek sebagai janda dari seorang tentara. Kakek seorang anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) atau saat ini dikenal Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kakek seorang pejuang pra dan pasca kemerdekaan namun karirnya terhenti ketika terkena tembakan pada kaki kirinya. Untuk menyelamatkannya amputasi sebagai pilihan medis saat itu. Jadilah kakinya buntung satu harus menggunakan tongkat. Peristiwa itu ketika kakek melaksanakan tuga menumpas pemberontakan pasca kemerdekaan di salah satu kota di Jawa Tengah.
Masa kecil sempat kakek melihatku meski waktu yang singkat. Hanya satu tahun. Setahun setelah kelahiranku kakek berpulang. Kakek terjatuh saat pulang dari hajatan warga kampung. Saat itu, malam cuaca gerimis. Kepergian membuat keluarga sangat terpukul. Terlebih nenek. Bahkan warga kampung, saat itu kakek merupakan orang mampu memberikan nasihat dan arahan kepada pemimpin kampung agar lebih maju. Sungguh kehilangan yang tak diharapkan.
Namun nyata bagiku semangat perjuangan dan rasa cinta tanah air terasa saat kudengar cerita-cerita dari nenek. Aku menyebutnya sebagai “Dongeng Sebelum Tidur”. Sejak kelas 3 SD aku tinggal bersama nenek. Setiap malam sebelum tidur nenek selalu berkisah tentang masa-masa lalu. Dari saat beliau masih anak, remaja hingga dewasa. Kisah tentang suasana masa itu, tentang keluarga dan silsilah kami dan kisah masa perjuangan. Kisah yang sangat menarik perhatianku. Masa nenek mendampingi kakek dalam masa tugasnya.
Salah satu kisah yang begitu melekat di ingatanku bagaimana pengorbanan dan perjuangan kakek dalam satu medan pertempuran. Kakek bersama regunya bergerak menyerang musuh dalam hutan namun keadaan ternyata lebih sulit dari yang dibayangkan. Untuk bertahan dari serangan musuh mereka harus berendam dalam lumpur. Kondisi hutan yang berawa. Selama beberapa hari mereka menahan diri. Makan dan minum dari yang ada disekitar badan mereka. Sungguh kisah yang heroik.
Menurut penuturan keluarga, saat aku kecil kakek suka menggendongku dengan satu tangan sementara satu tangan yang lain memegang tongkat. Pemandangan yang menyentuh hati. Kasih sayang kakek kepada cucunya. Saat pagi hari dengan satu tangannya digendongnya aku untuk dijemur. Matahari pagi baik untuk bayi, begitu tutur kepada orang yang lewat depan rumah. Kisah yang membuatku haru dan terus mengingatnya. Bahkan namaku beliau yang memberi, lain waktu kukisahkan.
Nenek berkisah bagaimana awal mula kakek menjadi salah satu pejuang bangsa. Kakek muda, suatu ketika ditangkap oleh Belanda dan dipenjara. Namun beliau bisa meloloskan diri dan mampu merebut salah satu senapan dari salah satu tentara Belanda. Kemudian dia berlari pulang tetapi dalam pelariannya beliau tidak melewati jalan-jalan yang biasa dilewati oleh manusia. Kakek memilih melewati tebing-tebing, sungai dengan berenang, dan melewati hutan-hutan rimba. Dari situlah kakek akhirnya bergabung anggota angkatan bersenjata Republik Indonesia.
Sungguh kita pada masa kini patut bersyukur atas segala perjuangan para pendahulu kita. Jadi menumbuhkan rasa cinta tanah air dan nasionalisme dapat kita lakukan dengan bercerita mengenai kisah-kisah perjuangan. Kisah heroik para pendahulu kita berjuang memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Kini, tahun 17 Agustus 2022, Republik Indonesia genap berusia 77 tahun. Mari lanjutkan perjuangan dan tumbuhkan rasa cinta tanah air pada generasi selanjutnya, lewat “dongeng” para perjuangan bangsa.