Literasi

12 Warga Amerika yang Bersemangat Mengangkat dan Membawa Batu Itu

Rabu, 22 Mei 2024, 10:30 WIB
Dibaca 395
12 Warga Amerika yang Bersemangat Mengangkat dan Membawa Batu Itu
Warga Amerika antusias mengangkat dan membawa batu dari sealir sungai Fe' Milau ke tugu dan inskripsi Batu Ruyud Writing Camp.

Dr. Yansen TP, M.Si., pemilik kawasan ranch Batu Ruyud di Fe' Milau, Krayan, Kalimantan Utara, punya sudut pandang yang cukup menyentak. Ia mengungkapkan perbedaan sikap yang mencolok antara orang Amerika dan orang Indonesia dalam kegiatan dan proses menghasilkan tumpukan batu-batu pada inskripsi Batu Ruyud Writing Camp.

"Orang Amerika mengambil dgn semangat. Orang Indonesia merasa menjadi beban," catat Yansen dalam WAG Batu Ruyud Writing Camp I hari ini (22/05-2024).

Ke-12 warga Amerika yang berpetualang ke bumi Krayan adalah  Jordan Marsh, David Revell, Rebekah Payne, Esther McKaig, Christin Wisniewski, Wesley Bowles, Jonathan Gross, Katie Johnson, Marcus Ramirez, and Jack Clay.  Anak-anak muda ini calon pilot MAF, pekerja sosial, dan penunai misi kemanusiaan nantinya di Kalimantan. Mereka didampingi oleh Mr. Dan and Mrs. Jodi.

Perbedaan orang Amerika dan kita

Orang Indonesia cenderung merasa terbebani ketika diminta untuk ikut serta. Mereka mungkin melihatnya sebagai tugas tambahan atau tanggungan yang harus mereka penuhi. Bagi sebagian dari mereka, proyek ini mungkin dianggap sebagai kegiatan biasa yang tidak terlalu istimewa.

"Orang Amerika semangat membuat sejarah, orang Indonesia menganggapnya kegiatan biasa. Orang Amerika sangat konsisten dgn nilai, orang Indonesia asal jadi. Dan banyak lagi yg bisa kita simak dari foto-foto ini," papar pria kelahiran Pa' Upan, Krayan ini.

Dalam pandangan Yansen, ada perbedaan pula dalam konsistensi dengan nilai-nilai yang diyakini. Orang Amerika terlihat konsisten dengan prinsip-prinsip yang mereka anut, dan mereka berusaha untuk mencerminkan nilai-nilai tersebut dalam tindakan mereka. Sementara itu, orang Indonesia cenderung bersikap "asal jadi". 

Perbedaan dalam sikap, motivasi, dan persepsi antara orang Amerika dan orang Indonesia dalam hal kecil, mengangkut dan menyusun batu di Batu Ruyud Writing Camp sangatlah mencolok. Hal itu mencerminkan perbedaan budaya dan nilai-nilai yang ada di kedua negara.

Sekadar diketahui bahwa "ruyud" dalam bahasa setempat (Lengilo') berarti: gotong royong, kerja sama, sama-sama bekerja. Batu ini simbol. Pralambang dari kerja sama. Satu tambah satu, bukan hanya 2, melainkan bisa lebih dari 2, bahkan jumlahnya nirbatas.

Filosofi Batu Ruyud adalah kerja sama, gotong royong, saling tolong; memberi dan menerima. Suatu tindakan-aksi yang lambat laun menjadi habitus. Yang akan membawa manusia kepada nilai-nilai tertinggi kemanusiaan, yakni: belarasa.

Batu Ruyud Writing Camp I

Di Tarakan, ketika menyambut dan menerima 12 tamu dari Amerika pada malam harinya sembari nyeruput teh dan minum kopi dalam suasana santai (17/05-2024), Yansen menjelaskan bahwa dahulu kala Batu Ruyud  suatu wilayah yang tidak dikenal.

"Kini Googling saja! Maka Anda akan menemukan banyak narasi tentang kawasan itu. Di mana dahulu kala, 54 tahun lalu, orangtua membawa kami berjalan kaki melintasi tempat ini."

Pada inskripsi salah satu batu yang tinggi, di belakang, ada tulisan yang jelas menggambarkan kisah perjalanan Samuel Tipa Pada dan Ruslen Betung. Kedua orangtua keluarga besar Tipa Padan ini berhasil membawa anak dan cucu cicitnya keluar bukan saja dari keterisolasian secara harfiah, melainkan juga secara simbolik.

Untuk diketahui bahwa Batu Ruyud Writing Camp I diadakan pada 24 Oktober - 3 November 2022. Diikuti 14 penulis dan fotografer nasional. Hasil dari  Batu Ruyud Writing Camp I, telah terbit sejilid buku berjudul Menjelajahi Misteri Perbatasan : Batu Ruyud Writing Cam I, Krayan, 2022. *

Tags : literasi