Literasi

Rapor Menulis | Harus Naik Kelas

Kamis, 20 Oktober 2022, 19:43 WIB
Dibaca 772
Rapor Menulis | Harus Naik Kelas
Di dalamnya, tersimpan sejarah saya menulis pendek.

Saya kini tak merekennya sebagai prestasi.

Ia sejarah. Cuma sejarah. Seperti dikemukakan pakar sejarah dunia, Marcus Tullius Cicero (106-43 s.M.). Katanya, "Historia vero testis temporum". Satu dari lima dimensi sejarah adalah, menurut  Cicero, yaitu sebagai: saksi zaman.

Maka biarlah zaman 1980-2005 mencatat bahwa saya "baru" menulis dan menghasilkan lebih dari 4.000 artikel. Yang dimuat di media berkelas. Bukan ece.

Mengapa? Sebab, pameonya: Belum berhasil nembus Kompas, Anda belum direken menjadi penulis sungguhan di negeri Pancasila yang plural ini!

Tapi itu kata orang. Anda jangan percaya. Apalagi hingga murka. Saya pun tidak percaya pameo itu. Buktinya, Anda pun penulis. Jangan pernah membanding-bandingkan tinggi dan pesona gunung. Sebab setiap gunung unik, dan punya pesonanya sendiri-sendiri!

Arsip artikel yang terbit di media cetak internaisonal, nasional, dan regional tersimpan baik di clear holder. Ada lebih dari 4.000 artikel sejak perdana nembus Kompas, 14 Februari 1984.

Lalu saya berpikir: Saya harus melangkah ke good, better, best. Terlalu mudah menulis artikel. Gak ada sejam, selesai! Lalu apa lagi?

Maka 2005 saya bernazar: gantung artikel. Tidak menulis artikel lagi. Memang ada gejolak di hati. Bayangkan! Honor di Kompas, saat itu, 2.750.000/artikel. Di Suara Pembaruan, Rp 1.000.000/ artikel. Haruskah saya menghentikan kepulan asap dapur, honor dari menulis artikel?

Ada pameonya: Belum berhasil nembus Kompas, Anda belum direken menjadi penulis sungguhan.

Nyatanya, saya memang berhenti nulis artikel pendek sejak 2005. Saya konsentrasi ke buku, yang lebih intellectual arouse. Juga menjanjikan cuan lumayan.

Saat itu, buku saya baru: 7. Saya berjanji, untuk diri sendiri: Kelak, suatu hari, jumlah buku harus lebih banyak dari bilangan usia saya. Kini buku saya "baru" berbilang angka 138.

Di era digital. Masihkah saya menulis artikel pendek?

Masih! Itu karena tuntutan jika tidak menulis zaman now maka lonceng kematian bagi expertise.

Namun, saya hanya menulis untuk web/ media sendiri.

Bedanya dulu dan kini: Dulu saya menulis artikel untuk mendapatkan honor. Bedanya dengan dulu, sehari nulisnya bukan hanya satu, melainkan bisa 6-7 artikel/hari. Saya memerlukannya untuk menaikkan traffic di web. Agar cuan makin kencang datang.

Kini: saya menulis artikel untuk mendapatkan iklan dari views atau dari setiap Klik! Kini baru ada 3 web. Rencananya, akan ada: 7 web, dalam progress.

Dalam hidup ini. Kita harus senantiasa bergerak ke kurva level: good, better, best!