Awal Mula
Cerpen: Raihana
Tira adalah seorang anak perempuan cantik jelita yang berasal dari keluarga terpandang. Ayah nya merupakan orang pemerintah, sedangkan Ibunya adalah Pengacara yang cukup terkenal.
Namanya diberikan oleh Ibunya dari kata 'Tiara', Tira diharapkan Ibunya kalau anak perempuan nya ini suatu hari akan menjadi terpandang dan bersinar seperti batu berlian di sebuah tiara yang bersinar seperti sinar rembulan.
Tira mempunyai tubuh tinggi dan ramping, matanya yang coklat pekat dengan rambut hitam pendek yang sangatlah indah. Banyak pria akan terpesona karena kecantikanya dengan hanya sekali melihat nya.
Selain kecantikan dan latar belakang keluarganya, ia juga terkenal ramah kepada siapapun, jarang sekali ada yang membenci ataupun mempunyai rasa dengki sedikit pun kepadanya. Hanya dengan 1 kata darinya akan cukup untuk membuat seseorang menyukai nya.
Meskipun begitu, Tira sebenarnya memanfaatkan hal itu semua untuk meningkatkan reputasi dan popularitas dirinya. Semakin bagus reputasi nya, semakin banyak kesempatan yang bisa didapatkan nya.
Keluarga Tira kebetulan harus pindah karena pekerjaan ayah nya, Tira mengambil kesempatan tersebut dan masuk ke kampus yang selalu di impikan nya sejak berada di bangku SMA. Untuk diterima oleh kampus tersebut tentulah tidak mudah, tapi Tira sangat beruntung karena ia mempunyai nilai dan reputasi yang selalu di jaga dengan sangat baik oleh nya.
Di suatu pagi yang cerah, tepatnya hari pertama Tira di kampus nya yang baru, Tira berbolak-balik kesana-sini sambil panik mencari sesuatu.
"Mbakk, Buuu, dimana seragam ku?!"
Tira dengan wajah panik kesana sini mencari seragam kampus miliknya.
Entah kenapa, Ibu Tira sedang menahan tawa sambil perlahan meminum kopi nya, sedangkan Mbak sudah tertawa terbahak bahak. Tira tidak mengerti apa yang lucu, ia sangat kesal karena daripada dibantu mencari, malah ditertawakan karena hal yang tidak jelas.
"Apa yang lucu sih??! Ini hari pertama ku di kampus terkenal, loh!!"
Mbak tertawa semakin keras sedangkan Ibu Tira masih menahan tawanya sambil tersenyum.
"Kampus mu pakai baju bebas, masa anak Ibu yang pintar lupa hal sesimpel ini?"
Ucap Ibu sambil tertawa kecil.
Wajah Tira mulai memerah karena malu, Tira langsung lari ke kamar dan mempercepat langkah nya saat mendengar Ibunya mulai tertawa. Tira memutar musik favorit nya dengan kencang supaya ia tidak mendengar tawa mereka sambil bersiap siap untuk hari pertama di kampus barunya.
Siang hari pun tiba, semua nya berjalan seperti apa yang di inginkan oleh nya. Semua orang di kelas langsung mengerumuni Tira sesaat ia menginjak kaki kedalaman kelas dan semuanya otomatis langsung akrab dengan Tira.
Tapi ada satu hal yang membuat Tira kesal.
Anak bernama Raffi, lelaki yang memiliki tubuh pendek, rambut hitam, dan mata coklat terang. Orang biasa dengan nilai akademik cukup tinggi dan berasal dari keluarga berkecukupan.
Tidak ada yang hal yang terlalu spesial dari dirinya, hanya saja..
'Itukan cowok yang pernah nolak aku!!'
Tira pernah berpikir jika ia memulai pacaran untuk pertama kalinya, itu akan membuat nya lebih dibicarakan dan popularitas nya akan meningkat. Ia sangat percaya diri saat itu, ia benar-benar yakin bahwa semua laki-laki menyukainya. Tira awalnya berencana untuk berpacaran hanya untuk 1-2 bulan lalu putus.
Tapi dia malah ditolak mentah-mentah!!
Untung saja tidak ada orang di dekat mereka, tetapi Tira sangat malu pada saat itu dan sampai-sampai ia hanya ingin untuk menghilang saja ditempat.
"Aneh, aku gasuka."
Lelaki apa coba yang menolak dengan alasan seperti itu?!
Sudah 2 minggu sejak Tira pindah kampus. Seperti yang diharapkan nya, reputasi nya langsung melesat naik semenjak ia memasuki kampus ini. Tira sangat senang walaupun ia harus menahan rasa jengkel yang dimiliki oleh nya ke cowok pendek tersebut untuk beberapa semester lagi.
Sepertinya cowok itu sudah mengenalinya, karena Tira melihatnya berseringai licik saat mereka tidak sengaja bertatapan mata.
Berminggu-minggu selanjutnya sama saja, cowok sialan itu selalu bisa menemukan cara untuk membuat nya jengkel dan hampir melepaskan topeng 'perempuan polos' nya. Tira hanya bisa bersabar, ia harus menjaga reputasinya sebaik mungkin.
Sekarang adalah hari Jumat, kebetulan pelajaran olah raga kelas nya berada dihari yang sama, jadi Tira tidak perlu antri di wc untuk mengganti bajunya.
Guru olahraga Tira ada urusan mendadak dan mereka hanya ditugaskan untuk latihan bola voli. Tira sangat suka bola voli, voli adalah satu-satunya olahraga yang disukai nya sejak ia SD. 1-2 babak terlihat, rata-rata sedang beristirahat dan ada juga yang masih lanjut.
"Wihh, kamu beneran jago main voli!"
Ucap Yani, dia juga anak pindahan. Dia adalah teman satu tim Tira untuk latihan bola voli kali ini. Yani menyodorkan sebotol air dingin ke pipi Tira, Tira tentu saja menerima air dingin tersebut dengan senyuman.
"Makasih ya, Yani."
"Cuman air dingin, bukan apa-apa kok."
Tira berterima kasih untuk air dingin yang diberikan Yani, ia pun membuka tutup botol tersebut dan mulai minum.
Sejujurnya, Tira cukup suka dengan karakter Yani.
Yani merupakan anak yang membingungkan. Ia adalah anak yang blak-blakan tetapi diwaktu bersamaan adalah anak yang sangat baik dan tulus, tidak seperti Tira. Terkadang Yani bisa diam tanpa memikirkan apa-apa, tapi akan langsung sadar jika dipanggil. Yani sangat observatif, sadar akan perubahan sekecil apapun seperti rambut yang hanya dipotong sedikit saja. Terkadang ia terlalu jujur yang membuatnya dijauhi oleh beberapa anak dikelas, tapi mereka mulai mendekati Yani sejak ia mulai mendekati nya.
Sebenarnya, Tira mendekati Yani karena penasaran, tapi malah lanjut sampai sekarang. Yani pasti sebenarnya sudah tau tapi tidak mengutarakan 1 kata pun tentang hal tersebut, Tira juga tidak terlalu peduli jadi dia juga biarkan saja.
Yani memandang Tira sejenak sebelum mulai bicara, Tira tetap memandang ke depan sambil meminum air es dingin diberikan Yani dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh Yani.
"Ada gosip kalau kau dan Farri pacaran--"
Brak!
"Uhuk!"
Dalam sekilas, sebuah bola mengenai kepala Tira.
Tira terbatuk-batuk sehabis tersedak air dingin dan menahan rasa sakit dibelakang punggung nya yang terkena bola voli.
'Sakit..'
Tira sangat kesal kepada siapapun yang melemparkan bola ke punggungnya dan membuatnya tetersedak, ia berkedip beberapa kali untuk memperbaiki penglihatan nya.
Tanpa disadarinya, tiba-tiba ada tangan yang memegang punggung nya, Tira berpikir itu adalah Yani dan reflek memegang balik tangan ya. Tira perlahan membuka matanya, dan..
"Eh?"
Yang dipegang nya adalah.. cowok nyebelin itu?!?
Tira langsung melepas pegangan nya dan berusaha untuk mundur, tapi cowok ini malah menahanya!
"Ah, maaf, bisa tolong lepasin?-"
Tira tetap berusaha untuk melepaskan diri, tapi cowok ini jauh lebih kuat darinya.
"Maaf."
Ah,
Apa barusan, dia beneran minta maaf?
Tira mengangkat kepalanya dan bertatapan dengan cowok tersebut, wajah nya terlihat gelisah, apakah dia beneran tidak sengaja? Wajah mereka cukup dekat, wajar saja, cowok ini tingginya bahkan tidak sampai bahu Tira. Tidak ada yang mengatakan apapun, Tira.. kehabisan kata-kata sesaat ia melihat wajah Raffi, nama cowok tersebut.
"Harusnya kena kepalamu, tapi malah punggung."
!!!!!
Plak!
"Dasar, cowok sialan!!"
Siapa sangka, berawal dari ditolak mentah-mentah, sekarang Tira malah duduk di samping pria yang dulu pernah menolaknya.
Tira dulu pernah berpikir, bahwa tidak ada wanita yang akan menikahi cowok nyebelin ini, sekarang malah dia yang kemakan perkataan nya sendiri. Ia pandang wajah cowo nyebelin tersebut, tapi ia langsung menundukan kepalanya karena tersipu malu.
Ada banyak sekali tamu yang menghadiri pernikahan mereka, dari kerabat ke teman masa kuliah.
Aula nya terhiasi dengan rapih menggunakan warna putih dan emas.
"Saya terima nikah dan kawinya Nur Tira Khodijah binti Naufal Setiawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat beserta uang total 15 juta rupiah dibayar tunai."
Sebelum ayah Tira bertanya sah atau tidak nya, seluruh tamu serontak berteriak.
"Sahhh!!!"
Seluruh tamu undangan bertepuk tangan dengan meriah atas pernikahan Tira dan Raffi, ada juga tamu yang bersiap memberikan amplop dengan sejumblah uang tunai dan membawa hadiah pernikahan.
Tira mengambil tangan Raffi dan mencium nya, Raffi pun balik membalas dengan mencium kening Tira.
Tira bisa melihat sahabatnya Yani yang menangis tersedu-sedu dan juga segerombolan sahabat suaminya yang bahagia atas pernikahan temannya. Ada juga kedua mertua Tira yang sedang berbicara dengan orang tua nya. Ada juga keluarga jauh Tira dan Raffi hadir dan meramaikan acara pernikahan mereka.
Kedua mempelai terlihat sangat cantik dan juga tampan. Mempelai wanita menggunakan baju batik putih dan terlihat sangat elegan, sementara pengantin pria menggunakan setelan hitam yang rapi tanpa ada lakukan sedikit pun.
Riasan wajah Tira sangatlah rapi dan detail, baju batik nya pas dengan lakukan tubuhnya. Rambut Riffa tertata dengan rapi, tubuh nya sangatlah wangi.
Mereka berdua terlihat sangat serasi, tidak ada yang bisa menandingi mereka.
Sangatlah cocok kedua pasangan baru ini mendampingi satu sama lain.
Hari ini adalah hari yang paling bahagia untuk Tira dan Raffi, kedua pasangan yang baru saja menikah..