Galeri Flora | (1) Terap
Indonesia memiliki kekayaan spesies Artocarpus yang berlimpah. Menurut Verheij dan Coronel (1997), 30 dari 64 spesies dari Artocarpus tumbuh di Indonesia. Tumbuhan ini menyebar dari Sumatera, Bangka Belitung, Kepulauan Lingga, Riau, dan Kalimantan. Artocarpus merupakan nama marga tumbuhan dengan anggota sekitar 50 spesies. Di antaranya, menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi, seperti nangka, cempedak, dan sukun (Jangan n & Forster, 1997). Kali ini (dan selanjutnya) saya akan membahas tentang flora yang tumbuh di Borneo, khususnya di daerah Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Beberapa hari lalu, saya tidak sengaja menemukan pohon terap yang dikelilingi oleh tanaman tipo (kecombrang) di dekat pemukiman warga Pusat Damai. Mirip dengan buah nangka, bukan? Terap masih bersaudara dengan nangka (Artocarpus). Hanya saja ukurannya lebih mini. Kami orang Dayak Hibun menyebutnya buah tasam (selanjutnya akan saya sebut tasam). Tinggi pohon tasam dapat mencapai hingga 25m dengan diameter kira-kira 40cm. Kali ini, saya menemukan pohon tasam yang tidak terlalu tinggi, kira-kira sekitar 5m. Menurut pemiliknya, pohon tasam ini sudah beberapa kali berbuah. Lantaran tergolong langka, pohon tasam yang saya temukan ini memang sengaja ditanam. Sekarang, pohonnya berumur sekitar enam tahun. Sayangnya, buah tasam ini belum mengkal apalagi matang, pemiliknya tidak dapat memberinya kepada saya untuk di-cope/cumpalek.
Tanaman dengan nama ilmiah Artocarpus odoratissimus ini adalah tanaman yang berbuah tahunan. Ciri batang pohonnya berwarna keabu-abuan. Jika ditebas, batang pohonnya mengeluarkan getah berwarna putih kecoklatan. Ranting pohonnya hampir mirip dengan pohon kluwih (Artocarpus camansi). Daunnya mirip dengan daun nangka, tetapi ukurannya lebih besar dan lebar berbentuk telur. Pada daun tumbuhan monokotil ini terdapat tangkai dan berbulu halus yang berwarna kuning kemerah-merahan.
Lantaran tidak ada lagi tembawang yang di dalamnya menyediakan buah-buahan, tahun lalu saat musim buah, buah tasam dapat saya ditemui di Pasar Kenari. Sebuah pasar tradisional yang menjual berbagai sayuran dan aneka buah-buahan yang didapat di hutan. Letaknya persis di depan Kantor Pusat CU Lantang Tipo, Pusat Damai. Tak perlu merogoh kantong yang terlalu dalam untuk menikmati si tasam ini. Tasam yang sudah matang dan siap dinikmati, harganya Rp8ribu per buah, sedangkan untuk tasam yang masih mengkal dan harus diperam dihargai Rp5ribu per buah. Sama seperti nangka, buah tasam mengkal dapat diolah menjadi menu sayuran lezat.
Pada daging buah tasam terdapat selaput putih yang melindungi bijinya yang disebut arillus. Jadi, saat dikonsumsi, daging buahnya harus dikikis dengan gigi agar arillus-nya terangkat. Jika tidak, yang didapat hanya rasa buahnya saja, sementara daging buahnya masih lengket bersama bijinya. Inilah sensasi yang saya dapatkan saat menikmati buah ini.
***Semoga musim buah tahun ini, saya masih bisa bertemu (dan menceritakan lagi) si tasam yang tergolong sudah langka ini.
Daftar Pustaka
Verheij EWM dan Cornel RE. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jansen JR, Forster G. 1997. Artocarpus: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara (PROSEA). Jakarta: Gramedia.