Menang Hormat ala Samurai Biru
Samurai Biru, demikian julukan Timnas Jepang. Telah tersingkir pada laga 16 besar Piala Dunia Qatar. Mereka telah berjuang maksimal 120 menit. Adul penalti bicara hasil 1-3 dari Kroasia. Itulah Sepak Bola. Harus ada yang kalah dan menang.
Untuk sampai babak ini, mereka melewatkannya dgn hasil luar biasa. Tim² raksasa Piala Dunia mereka kalahkan. Sebut saja Tim Panser Jerman. Tim La Furia Roja Spanyol.
Saya bukan pemuja Tim Samurai Biru. Saya juga bukan fans. Tapi hati saya utk mereka. Pertama soal juara pindah ke Asia, kedua soal solidaritas Asia. Karena 2 alasan itulah saya ingin mereka menang. Saya ingin para langganan juara Piala Dunia kalah. Amerika Latin dan Eropa. Asia juara baru.
Sepak Bola bicara lain. Jepang harus pulang Kampung. Saya pun ikut sedih. Sedih dgn kenyataan. Mimpi saya akan juara baru dari Asia pun pupus. Karena itulah saya ingin menulis suasana batin saya. Harusnya malam itu. Tapi saya jauh kampung. Jaringan tdk mendukung mengambarkan perasaan yg rumit.
Timnas Jepang memang kalah di lapangan. Tapi tidak kalah hormat. Setelah adu pinalti, pelatih Jepang, Hajime Moriyasu melakukan ojigi kepada sporter dan penonton. Membungkukkan badan 45 derajat ke arah podium. Tradisi yg telah hidup ratusan tahun di kalangan masyarakat Jepang. Sebuah tradisi memberi hormat dan ucapan terima kasih. Mungkin kepada sporter, penonton dan Panitia.
Tindakan melakukan Ojigi tidak hanya dilakukan oleh Arsitek lapangan, tapi juga dikuti oleh para pemain. Mereka berbasis, bersangkulan satu sama lain, lalu membungkuk ke arah podium penonton. Luar biasa.
Benar, mereka kalah 1-3 di lapangan, tapi mereka tidak kalah hati, tidak kalah rasa dan mental.
Apa itu ojigi? Saya kutip dari beberapa sumber, budaya ojigi sudah hidup sejak jaman kuno Jepang: bentuk salam, bentuk hormat, bentuk permohonan maaf. Dalam perkembangan kini, ojigi dimaknai sebagai saling menghormati dan menghapus dinding permusuhan.
Menurut situs Kemendikbud, ada 3 jenis ojigi. Eshaku. Bungkuk 5-15 derajat: Kepada teman, rekan kerja, dll. Keirei. Bungkuk 30 derajat: kepada org yg lebih pantas, tua. Saikeirei atau Shazai. Bungkuk 45 derajat: kepada org yg memiliki status sosial lebih tinggi. Pejabat, Kaisar, ratu, dll.
Mungkin itulah beda budaya Indonesia dgn Jepang dalam batas-batas tertentu. Kita umumnya, saat kalah, masih menyimpan rasa sesuatu. Bisa sakit hati, dendam, dll. Apalagi kalah politik. Sudah dianggap musuh. Jepang tidak, mereka kalah lapangan, tapi tidak dalam hal budaya, hati dan perasaan mereka. Kita perlu belajar soal ini dari Jepang. Bagaimana membangun mental kembali agar segera bangkit lebih baik.
Demikianlah upaya memahat kata merangkai kalimat utk memaknai dan mendapatkan makna sesuatu dari suatu peristiwa dari Sudut Mata GK🙏🌱
***
#SM-GK/7/12/22🌱