Filosofi

Jatuh ke Tanah

Kamis, 7 Juli 2022, 11:41 WIB
Dibaca 869
Jatuh ke Tanah
Jatuh (Foto: Tribunnews.com)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Setinggi apapun langit yang berusaha kau raih; kedudukan, kekayaan, jabatan dan kemasyhuran, jatuh-jatuhnya ke tanah juga. 

Bukan tanah untuk tipe rumah 21, melainkan sekadar tanah yang cuma seukuran 2x1 meter.

Menyakitkan? 

Tidak, sebab itulah sifat alamiah sebuah kepastian. Suka atau tidak, kamu harus siap menghadapinya.

Tanda-tanda menuju kepastian itulah yang harus kamu perhatikan dengan saksama.

Orang bilang maut itu adalah pencuri profesional yang bisa menghilangkan dompetmu tanpa terasa. 

Maut juga seperti singa yang mengintai mangsa. 

Tatkala orang masih bersenang-senang dengan puncak pencapaian kehidupannya, ia sering lupa kepastian yang bernama kematian itu.

Benar kata agama; kekayaan, kejayaan, kedudukan dan jabatan tidak dibawa mati. 

Pada liang lahat yang berupa sepetak tanah itu, hanya amal kebaikan yang dibawa serta. 

Bahwa ada kain kafan yang melekat, itu sebuah simbol bahwa tidak selayaknya makhluk bersikap tidak sopan di mata Penciptanya.

Maka, jadilah orang bermanfaat selagi liang lahat belum menutupi jasadmu sedemikian rapat.

***