Filosofi

Antara Demokrasi dan Teokrasi

Minggu, 2 April 2023, 09:59 WIB
Dibaca 797
Antara Demokrasi dan Teokrasi
Menghidupi Pekerjaan harus Lewat Kekuatan Rohani

Metro TV, TV One, Kompas TV adalah saluran televisi yang selalu saya buka, saya paling suka dengan berbagai acara yang ada di Metro TV, TV One dan Kompas TV karena banyak unsur ilmu pengetahuan di dalamnya, terutama ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan dunia politik. Setiap hari selalu ada saja berita menarik mengenai politik. Berita yang paling hangat sekarang adalah kisruh dalam pemerintahan pusat, pamer harta, masalah korupsi, pajak, sepakbola, kriminalitas. Tapi walaupun di pusat agak hiruk pikuk. Pemerintahan di daerah baik-baik saja.

Bukan hanya televisi yang sering saya buka, ada banyak berita digital berseliweran di dunia maya bisa menjadi informasi setiap hari, sehingga saya tidak ketinggalan zaman. Apalagi aktivitas saya lebih banyak di dunia maya.

Sebenarnya dulu saya tidak suka dunia politik, dunia politik sangat jauh dari kehidupan saya. Karena saya orangnya suka olahraga, refresing, berkelana ke alam bebas sambil menikmati keindahan alam. Entah mengapa tahun 2007, saya tidak sengaja berjumpa saudariku  yaitu Ibu Maria Goreti yang menjabat anggota DPD RI utusan Kalbar dengan no anggota B-78. Kala itu saya masih kuliah dan tidak tahu apa-apa tentang dunia politik. Saya magang di MPR Senayan  dan menjadi asisten Ibu Maria Goreti. Ada banyak pengalaman yang saya dapatkan selama magang di MPR. Saya memang mencintai negara tercinta ini, tapi saya juga kadang merasa kecewa dengan perpolitikan yang ada di Indonesia. Bahkan bisa dibilang ikut stress. Itulah sebabnya saya kembali pulang ke Kalimantan Barat.  Bagaimana tidak stress..saat berangkat kerja menuju MPR, selalu saja muncul di hadapanku wajah-wajah sanggar dan menakutkan berteriak-teriak berada di luar pagar MPR. Ya..sudah bisa ditebak, mereka adalah para pendemo dari berbagai macam latar belakang. Duh..ada rasa takut kalau sudah muncul para demonstrasi. Jadi sampai sekarang saya sangat memahami hiruk-pikuknya dunia perpolitikan yang ada di Indonesia. Saya berpikir, begini rupanya wajah negara saya yang asli.  Walaupun cuma magang setahun  di MPR Senayan, hal itu  memberikan banyak pelajaran bagiku.

Foto: Magang di Senayan

Berbeda dengan sekarang, selama saya bekerja di Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder, dan ditempatkan di unit SMA Santo Paulus. Saya bukan  cuma bekerja. Tetapi saya sedang belajar banyak hal, dilatih mengembangkan diri,  berinovasi tanpa batas, memperbaiki diri terus menerus di dalam doa, karya dan pelayanan. Sambil mempelajari tata kelola negara ROMA ( Vatikan). Setiap pagi baik guru, staf dan siswa sudah dilatih disiplin sbb:

Pukul 07.00-07.15 wib: Berdoa ( Membaca kitab suci )

Pukul 07.30-08.00 wib: Guru dan siswa berliterasi

Pukul 08.00-10.00 wib: Siswa belajar

Pukul 10.00-10.30 wib: Guru dan Siswa Istirahat makan/minum

Pukul 10.30-12.00 wib: Siswa belajar

Pukul 12.00-12.15 wib: Berdoa Malaikat Tuhan

Pukul 12.15-13.45 wib:  Siswa belajar

Pukul 14.00 wib: Berdoa dan pulang 

Sore rata-rata olahraga atau ekskul.

Kadang saya berpikir seandainya negarawan Indonesia bisa seperti para negarawan ROMA yang benar-benar tulus, rela berkorban mengabdikan dirinya untuk kemanusiaan, orang-orang miskin, orang-orang sakit bisa ditangani dengan penuh kasih. Indonesia akan menjadi negeri yang aman dan makmur, semua saling memperhatikan satu sama lain karena ada spiritual yang dihidupi bersumber dari kitab. Tanpa adanya spiritualitas dan gizi rohani kehidupan berbangsa dan bernegara pasti kering/hambar. Saya hanya berdoa  semoga saja para pendiri partai yang ada di Indonesia ini sama spiritnya seperti para pendiri tarekat/ kongregasi yang ada di Italia. Mereka-mereka ini yang akhirnya rela berkorban untuk negaranya, hampir seluruh bangsawan satu persatu meninggalkan jalan-jalan hitam, banyak yang bertobat dan melayani masyarakat demi  mengikuti jejak Yesus Kristus berdasarkan pedoman Alkitab. Kini mereka mampu bangkit dari keterpurukan dan menolong sesamanya yang miskin, sakit, terluka, terlantar, terjatuh dalam dosa. Lalu menyebarkan ajaran kitab suci melalui missionaris. Itulah sebabnya di Indonesia bisa kita lihat karya-karya para missionaris begitu berkembang, karena dihidupi oleh doa dan pelayanan. Lewat hierarkis ROMA setidaknya ada banyak hal yang bisa saya pelajari dan membandingkannya dengan partai politik yang ada di Indonesia. Antara lain sistem yang dibangun dalam komunitas/perkumpulan, para negarawan hidup dalam doa,kesederhanaan, ketaatan, kemiskinan. Tidak memegang uang.

Jadi betapa pentingnya yang namanya spiritualitas rohani karena itulah yang mampu membangkitkan semangat hidup atau semacam roh yang menuntun hidup manusia. Tanpa spiritualitas atau gizi rohani hidup berbangsa dan bernegara tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kocar kacir, hiruk- pikuk laksana ayam kehilangan induknya. Apa mungkin kita menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara seperti  kapal tanpa tujuan? 

Foto: Bulan Kitab Suci di Yayasan Pendidikan Sekolah Bruder

Sebenarnya bentuk tata negara ROMA bisa diadopsi oleh Indonesia, bukan mengadopsi agamanya tapi adopsilah bentuk dan sistem negaranya tersebut supaya para negarawan benar-benar tulus dan mau mengabdikan dirinya untuk orang-orang miskin, orang-orang terlantar, orang-orang sakit, orang-orang berdosa. Semoga saja muncul pemikir, ahli filsafat, para penulis, para religius, pembuat doktrin yang baik di dalam partai-partainya. Dan itu harus dimulai oleh pendirinya serta pengikutnya. Konstitusi perkumpulan harus dibenahi, diatur dengan baik berlandaskan nilai-nilai luhur dari Sang Pencipta Semesta Alam.  Berikut ini landasan perkumpulan para missionaris yang mampu bertahan di tengah hiruk- pikuknya kehidupan dunia.

Semua orang yang mau mengabdi Allah di dalam Ketuhanan Yang Maha Esa hendaknya bertekun dalam iman dan pertobatan yang sejati. Mereka mau menghayati pertobatan dalam semangat doa dan kesederhanaan serta kerendahan hati. Dan hendaklah mereka menjauhkan diri dari segala kejahatan dan bertekun dalam yang baik hingga akhir, sebab Isa Al Masih sendiri akan datang dengan muliannya dan mengatakan kepada semua orang yang mengakui Dia dan menyembah serta mengabdi kepada-Nya dalam pertobatan : Mari, hai kamu yang diberkati Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak awal dunia. ( Mat 25:34 )

 Matius 23:8-12
"Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara.Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. "

    

Foto : Ekskul Drum Band SMA Santo Paulus