Filosofi

Serial Kebangsaan (20) Kecerdasan Bertahan

Sabtu, 20 Agustus 2022, 11:06 WIB
Dibaca 328
Serial Kebangsaan (20) Kecerdasan Bertahan
Burung pintar(Foto: tempo.co)

Pepih Nugraha

Penulis senior

Saya meyakini bahwa kemampuan seseorang -boleh diperluas jadi makhluk hidup- merupakan satu kecerdasan tersendiri, berbeda dengan kecerdasan akal, emosional maupun spiritual. 

Taruhlah Anda punya tiga kecerdasan yang sudah umum dikenal tadi tapi tidak punya kecerdasan bertahan hidup, meminjam istilah kekinian... kelar idup lo!

Pada kawanan hewan, kecerdasan bertahan hidup umum ditemukan karena sudah menjadi keharusan. Mengapa manusia tidak menempatkan kecerdasan bertahan hidup sebagai kebutuhan atau bahkan kewajiban?

Boleh jadi karena terlalu "mendewakan" tiga kecerdasan itu tadi -akal, emosional, spiritual.

Pada akhirnya, kecerdasan bertahan hidup manusia tinggal meniru saja prilaku hewan; kalau tidak menggunakan kekuatan, ya keuletan atau kecerdikan.

Singa menggunakan kekuatan cengkeramannya yang mematikan saat menaklukkan mangsanya, cheetah menggunakan kecepatan larinya untuk menekuk mangsa dan hyena menggunakan kelicikannya dengan menunggu hewan lain menaklukkan mangsanya, barulah bersama gerombolannya yang bising mereka merebut mangsa buruan hewan lain itu.

Manusia harus menggunakan seluruh kecerdasannya dalam bertahan hidup.

Ibarat seorang manusia beradab yang dilempar sendirian ke pulau tak berpenghuni di tengah lautan, ia harus menggunakan kecerdasan bertahan hidup.

Tidak perlu banyak berpikir, menimbang rasa atau mengaji spiritualitas, kecerdasan bertahan hidup harus mengatasi kecerdasan-kecerdasan lainnya.

Apakah burung yang memancing ikan dengan roti hanya semata menggunakan kecerdasan bertahan hidup?

Saya kira tidak, ia menggunakan kecerdasan pikirannya (akal/intelektual) untuk bertahan hidup.

Nah, kalau Anda punya kecerdasan yang komplit tetapi tidak menggunakan semua kecerdasan itu untuk bisa bertahan hidup, mestinya malu oleh burung yang mampu "memancing" ikan dengan umpan roti. 

***