Jelajah Kaltara [9] Proyek Kereta Api Kalimantan
Sengaja saya rehat bercerita sesaat tentang kembara di Kaltara, Kalimantan Utara. Alasannya, saya menemukan foto tiga tahun silam saat saya berada di Kota St. Petersburg dan Moskow, Rusia, September tiga tahun silam, seusai menunaikan shalat Jumat di jantung ibukota Rusia.
Setidak-tidaknya foto yang saya sertakan ini menautkan ingatan saya dengan Kalimantan, pulau yang sedang saya jelajahi ini, khususnya Kalimantan Utara. Tadinya ada lima mahasiswi yang saya temui (kebetulan perempuan semua), tetapi dua lagi sedang membeli kopi seduh dan kue-kue khas Moskow yang biasa disantap sore-sore di tengah terpaan angin Siberia yang menusuk tulang.
Mengapa ada mahasiswa dan mahasiswi asal Kalimantan di Rusia, khususnya di St. Petersburg dan Moskow? Ternyata keberadaan mereka bukan suatu kebetulan, tetapi "by design". Mereka adalah penerima beasiswa "Kaltim Cemerlang" untuk tahun anggaran 2014.
Gubernur Kalimantan Timur saat itu, Awang Farouk Ishak, mengirimkan 150 mahasiswa/mahasiswi ke tiga perguruan tinggi khusus perkerataapian, yaitu Moscow State University, St. Petersburg Rallroad University dan Rostov State Transport University, terkait dengan rencana pembangunan rel keretapi di Kalimantan.
Ke-150 mahasiswa/mahasiswi ini rencananya menimba ilmu selama lima tahun. Saat saya temui di Moskow, mereka sudah tiga tahun tinggal dan belajar di negeri berhuruf Cirilic ini. Awang mengirimkan mereka secara bertahap dalam tiga gelombang untuk proyek Kaltim Borneo Railways.
Selaku gubernur, Awang sesungguhnya visioner. Ia paham betul, membangun infrastruktur rel kereta api, kereta api dan sisten perkeretaapian harus disertai membangun SDM-nya. Maka atas dana APBD, ke-150 mahasiswa-mahasiswi terbaik yang lolos seleksi ketat itulah yang kelak bakal menjadi tulang punggung moda kereta api Kalimantan.
Sayang, pada tahun 2019 lalu, pembangunan infrastruktur kereta api di Kalimantan ini tidak berlanjut akibat dicoret dari Proyek Strategis Nasional (PSN) oleh pemerintah pusat dengan alasan tidak termasuk prioritas utama pembangunan Kalimantan. Tetapi, Awang sudah telanjur mengirimkan putera-puteri daerah terbaiknya ke Negeri Beruang itu.
Tiga delegasi Rusia mewakili tiga universitas yang menampung mahasiswa/mahasiswi Kaltim pernah menyambangi Ruang Rapat Gubernur Kaltim membicarakan kerjasama ini. Sebelum berangkat ke Rusia, gelombang pertama 50 mahasiswa belajar bahasa Rusia di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Samarinda.
Pembekalan bahasa Rusia dilakukan selama dua bulan, mereka diasramakan di Gedung Guru Samarinda. Beban biaya permahasiswa mencapai Rp146 juta per tahun. Pemprov Kaltim hanya menanggung Rp75 juta, selebihnya ditanggung Pemerintah Rusia.
Andrey Shigaev, salah seorang delegasi Rusia saat itu mengatakan, Pemerintah Rusia siap menerima mahasiswa Kaltim yang akan melanjutkan studi di bidang perkeretaapian. Ada tiga universitas yang sudah siap menerima 50 mahasiswa yang akan dikirim.
“Kaltim akan membangun rel kereta api, kita perlu SDM yang andal. Rusia punya program pendidikan itu. Maka tepat sekali jika masiswa Kaltim belajar ke Rusia,” kata Awang.
Meski pembangunan Kaltim Borneo Railways terhenti, Awang meyakinkan bahwa kerjasama dengan Rusia dipastikan akan terus berjalan dan mahasiwa tidak perlu khawatir. Lama pendidikan yang akan mereka tempuh 5-6 tahun. Tahun pertama hanya fokus untuk pengenalan bahasa Rusia. Tahun berikutnya fokus belajar teori dan praktik.
Biaya berasal dari sharing Pemprov Kaltim dengan Russian Railways. Pemprov hanya memberikan cost living (biaya hidup) mahasiwa. Sedangkan biaya perkuliahan sampai dengan buku-buku pelajaran dan lain lain ditanggung penuh pihak Russian Railways.
Proyek kereta api PSN merupakan interkoneksi antarprovinsi, yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur. Rencananya, jalur kereta api PSN dan rel kereta api kerja sama dengan Rusia akan dipadukan. Fisik proyek kereta api PSN yang dicoret itu belum tampak, sedangkan bentuk kerja sama dengan Rusia sudah maju.
Mahasiswa/mahasiswi asal Kaltim tidak semua ditempatkan di kampus atau kota yang sama, melainkan menyebar dan memiliki bidang masing-masing, misalnya jurusan "rolling stock" yang khusus mendalami perbaikan dan perawatan semua jenis kereta api, baik kereta api barang maupun penumpang.
Saya tidak tahu lagi "nasib" tiga mahasiswi yang berfoto dengan saya ini, mungkin rekan-rekan di Kaltim ada yang mengenali mereka sehingga silaturahmi bisa terus berjalan. Saya sangat ingin mengetahui kemajuan mereka selanjutnya setelah tiga tahun berlalu.
Kaitannya kereta api dengan Kalimantan Utara? Jelas ada, sebab Kaltim Borneo Railways ini juga menghubungkan Kaltara dengan provinsi lainnya di Kalimantan, meski proyek ini tidak dianggap prioritas. Toh jika sudah dianggap prioritas, maka pembangunan bisa dilanjutkan dengan SDM yang sudah siap dan mumpuni.
(Bersambung)
***