Budaya

Kenapa Suku Dayak Kanayatn Memelihara Babi?

Sabtu, 16 Januari 2021, 07:39 WIB
Dibaca 2.074
Kenapa Suku Dayak Kanayatn Memelihara Babi?
dokpri.Dulakng-Padulangan

Tidak ada catatan dan juga tidak ada cerita mengenai kapan suku Dayak Kanayatn memelihara babi. Yang jelas babi sudah ada bersamaan dengan perkampungan Dayak Kanayatn didirikan.

Suku Dayak Kanayatn yang berada di Kalimantan Barat menyebar di beberapa Kabupaten. Penyebarannya meliputi Kabupaten Landak, Mempawah, Bengkayang dan beberapa kabupaten lainnya. Suku ini membentuk perkampungan sendiri sejak jaman dahulu.

Di perkampungan mereka hidup sebagai petani berladang dan memelihara beberapa jenis binatang. Di antara jenis binatang yang dominan di pelihara adalah ayam, anjing dan babi. Sementara sapi dan kambing hanya untuk kalangan tertentu saja.

Tiga jenis binatang yakni ayam, anjing dan babi itu wajib hukumnya dipelihara karena berkaitan dengan hukum adat, peraga adat dan ritual.

Menarik untuk menyoroti binatang babi yang dipelihara suku Dayak Kanayatn. Bagi suku Dayak Kanayatn babi bukan binatang yang diharamkan. Jaman dulu hingga kini, babi dipelihara hampir di setiap pemukiman.

Di beri makan pagi dan sore hari. Menu makanannya dari singkong, batang pisang, keladi, dll. Di cincang atau diiris kemudian dimasak hingga matang. Nama wadah untuk menempatkan makanannya disebut “Dulakng” sementara area tempat memberi makanan disebut “Padulangan”.

Babi-babi yang dipelihara ada yang dilepas bebas tanpa dibuatkan kandang. Ada babi yang dibuatkan kandang. Babi yang dipelihara dengan dilepas bebas, selalu ditandai oleh pemiliknya dengan cara ekor dipotong.

Ada lagi dengan mengiris atau melubangi telinganya. Para pemilik saling mengenali mana babi miliknya mana yang bukan.

Saat pagi hari atau menjelang sore oleh pemiliknya babi-babi yang belum pulang diteriaki supaya datang di “padulangan”. Setelah semua babi berkumpul barulah makanan dituangkan di “Dulakng”.

Pemilik dari babi-babi yang makan harus menunggui babi yang makan dengan memegangi sepotong kayu. Kayu itu berfungsi untuk mengusir babi orang lain dan untuk memukul babi rakus yang tidak mau berbagi.

Uniknya saat babi-babi itu dipanggil mereka akan datang menuju pemiliknya. Jangan coba-coba yang bukan pemiliknya untuk meneriaki babi yang jauh dari kandang untuk menghampirinya. Babi itu tidak akan pernah datang sekalipun mungkin ia sedang lapar.

Tidak ada catatan dan juga tidak ada cerita mengenai kapan suku Dayak Kanayatn memelihara babi. Yang jelas babi sudah ada bersamaan dengan perkampungan Dayak Kanayatn didirikan. Jaman dulu semua babi di lepas. Sekarang ini ada yang dilepas ada yang dibuatkan kandangnya.

Ada beberapa alasan babi dipelihara oleh suku Dayak Kanayatn. Alasan memelihara biasanya untuk kepentingan hukum adat, alat peraga adat, ritual. Ada lagi untuk persiapan biaya anak sekolah, Pesta perkawinan, membangun rumah, dan untuk komersial.

Di beberapa perkampungan ada yang sudah memelihara babi dengan melihat peluang bisnis. Babi dipelihara secara profesional dengan dibuatkan kandang yang sebaik mungkin. Dengan menu makanan dan pengobatan.

Sekalipun demikian kebutuhan pasar belum juga dapat dipenuhi karena binatang babi memiliki kedudukan penting dari segi manfaatnya di kalangan suku Dayak Kanyatn.

Dalam hukum adat Dayak Kanayatn, babi merupakan salah satu bayaran yang wajib dipenuhi sebagai pemenuhan tuntutan. Misalnya kasus penganiayaan, kasus mengancam keselamatan orang lain. Jika diselesaikan secara hukum adat maka si penganiaya maupun si pengancam akan dikenakan hukuman berupa penyediaan babi.

Ia wajib memenuhi tuntutan sebagai orang yang beradat dan menjaga ketertiban. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat menanyai dewan adat dimana kasus itu terjadi. Membuka buku hukum adat yang menjadi pegangan dewan adat saat berperkara.

Mengenai peraga adat, jelas-jelas babi memegang peranan penting. Babi diperlukan mulai dari upacara sunatan, pernikahan, pengobatan, ritual hingga kematian. Untuk acara sunatan, babi yang sudah dipotong dan dimasak oleh mereka yang paham, dijadikan alat peraga adat.

Kemudian babi lainnya disembelih, dibersihkan, dipotong-potong. Setiap potongan daging babi yang masih mentah mulai dari kepala hingga ke bagian belakang memiliki arti tersendiri.

Potongan itu sengaja dibagikan kepada orang yang tepat baik dari pihak keluarga anak yang disunat maupun dari pihak ibunya.

Pembagi potongan babi adalah orang yang paham silsilah keluarga yang sedang disunat. Pembagian ini disebut “pirikng”. Pembagian “pirikng” hanya ada saat pesta sunatan dan pernikahan.

Upacara pernikahan memerlukan Babi selain untuk alat peraga adat juga untuk menu makanan pesta. Jaman dulu untuk Dayak Kanayatn pesta perkawinan menyediakan sajian yang berbagai macam menu daging babi yang diolah. Makan secara berkelompok.

Satu kelompok terdiri 10-12 orang. Menikmati daging babi dengan menggunakan sumpit, arak dengan nasi yang dibungkus dengan daun simpor. Makan dengan berkelompok ini disebut “baconcok” seiring perkembangan jaman pesta makan pada upacara pernikahan sudah jarang ditemui.

Upacara kematian juga harus dengan babi. Babi dibunuh selain untuk alat peraga juga untuk memberi makan tamu yang hadir. Dari kematian anak-anak hingga kematian orang berusia lanjut wajib memotong babi. Namun tidak semua mau makan babi yang dipotong saat kematian sekalipun diolah sedemikian rupa.

Upacara pengobatan “baliatn” juga memerlukan babi. Babi dipotong sesuai dengan peraga yang diminta. Ada yang sudah dimasak, ada yang masih mentah. Tanpa babi upacara: ”baliatn“ tidak akan pernah terjadi.

Upacara pengobatan ini tidak hanya mengobati mereka yang sedang sakit melainkan juga untuk mengubah kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana dengan upacara ritual lainnya? saat pergi ke “Timawakng” bertanya untuk berladang, babi tidak ketinggalan. Alat peraga yang satu ini penting. Termasuk ritual membersihkan lokasi tanah tempat terjadinya pembunuhan.

Ritual saat perkara atau selesai perkara batas tanah apalagi saat sedang bersumpah misalnya. Babi pun ada disana. Intinya tidak ada upacara bagi Dayak Kanayatn untuk melepaskan diri dari binatang yang satu ini. Untuk itu babi selalu di pelihara.

Menarik untuk diketahui sebelum babi-babi itu diambil dari “padulangan” oleh pemiliknya. Pemilik harus meminta kepada Sang pencipta bahwa babi itu akan diambil sesuai kebutuhan. Setelah dipotong dan dibersihkan. Beberapa bagian tertentu termasuk ekornya dibakar hingga matang.

Daging yang dibakar hingga matang dicampur nasi dan garam. Kemudian pemilik kembali mendatangi “padulangan” menaikkan doa dengan mengucap syukur kepada Sang Pencipta yang telah menciptakan babi tersebut. Setelah itu babi yang dibakar tadi dibagikan dan dimakan.

Kurangnya pengetahuan atau karena dianggap tidak penting. Kebiasaan yang penting ini sudah banyak ditinggalkan. Seharusnya kebiasaan yang penting ini sama pentingnya sebagaimana orang Dayak Kanayatn memelihara babi.