Jelajah Kaltara [2] Marnia, Gadis Dayak Kenyah
Dalam kunjungan ke Long Pari, Tanjung Palas Barat, Bulungan, Kalimantan Utara, Kamis hari ini, kamera ponsel saya terantuk pada pemandangan indah ini.
Ia seorang gadis pemalu, baru duduk di kelas 11. Perilakunya sangat sopan menyambut tamu atau pendatang seperti saya. Ia bersedia saya ajak cakap-cakap dan cukup akas menjawab pertanyaan.
Marnia adalah bunga yang sedang tumbuh mekar di tepi Sungai Kayan, di sebuah desa bernama Long Pari, yang belum tersentuh Internet maupun sinyal ponsel. Ini desa yang terisolir dalam konteks Tanjung Selor sebagai Ibukota Provinsi Kaltara.
Tetapi, di desa ini banyak tumbuh mekar bunga-bunga indah lainnya seperti Marnia.
Nama acara yang dihadiri pasangan gubernur Zainal Palliwang dan Wagub Yansen Tp ini sejatinya bertajuk "Syukuran Selesai Panen Masyarakat Desa Long Pari Tahun 2021.
Tapi bagi saya, ini muhibah budaya di mana saya dapat menangkap suasana hati rakyat, dalam hal ini warga desa Long Pari.
Mereka menyambut rombongan menggunakan ponsel berkamera, meski tanpa sinyal GSM. Mereka belum "makan" Internet sehingga boleh dibilang belum tersentuh budaya YouTube dan TikTok. Ponsel hanya berfungsi sebagai kamera maupun gim tanpa online.
Kembali ke pemandangan indah ini, bahwa kabar tentang gadis Dayak yang digambarkan sebagai "cantik" itu sudah tidak diragukan lagi. Stereotipe seperti kulit putih, hidung bangir, bibir tipis dan tentu saja murah senyum melekat pada mereka. It's real.
Pemandangan indahnya bunga seperti ini bertebaran di antara kurang lebih 30-an perempuan Dayak yang berperan sebagai "pagar ayu" saat menyambut rombongan kami.
Persinggahan yang hanya berlangsung sejenak ini memberi kesan tersendiri sehingga tanpa disadari saya menuliskan cerita seperti ini...
(Bersambung)
***