Budaya

Kebersamaan Adalah Kunci

Senin, 28 Agustus 2023, 14:05 WIB
Dibaca 533
Kebersamaan Adalah Kunci

Moment Kemerdekaan adalah moment dimana di seluruh tempat di Indonesia merayakan Kemerdekaan dengan berbagai perlombaan. Perlombaan-perlombaan yang diperlombakan sangat beragam, seperti lompat karung, makan kerupuk, panjat pinang dan lain sebagainya. Berbeda dengan Krayan Selatan. Krayan Selatan mengambil moment bersejarah ini untuk memperlombakan budaya dayak yang ada di Krayan Selatan melalui sebuah narasi. Desa-desa yang mengikuti perlombaan ini harus menyiapkan narasi disertai dengan antraksi dari desa masing-masing.

Perlombaan ini mengingatkan kembali budaya-budaya yang mungkin saja hampir tidak diketahui anak zaman sekarang. Melalui antraksi-antraksi ini kita tidak hanya mendengar cerita namun melihat gambaran secara nyata.

Pada tanggal 18 Agustus 2023 tepat di hari penutupan HUT Ke-78 RI Krayan Selatan pengumuman Juara satu atau pemenang lomba Parade Budaya adalah Desa Pa Sing. Berikut ini adalah narasi yang diperlombakan:

NARASI PAWAI BUDAYA HUT Ke-78 RI

Desa Pa Sing merupakan salah satu Desa Tertua yang ada di Kecamatan Krayan Selatan, dengan Jumlah penduduk 169 jiwa, yang terdiri dari 89 laki-laki dan 80 perempuan.

Pada hari ini masyarakat Desa Pa Sing akan menampilkan beberapa atraksi berdasarkan Budaya dari 3 generasi kehidupan.

  1. KELOMPOK PERTAMA (Prasejarah)

Kelompok ini Menggambarkan kehidupan masyarakat pada jaman prasejarah yang dipimpin oleh orang yang lebih tua, dengan kehidupan yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dibuktikan dengan sebelas titik Kuburan Batu yang dimiliki sepanjang Sungai Kuyur, Sungai Krayan dan Sungai Bulu.

Pada saat itu kepercayaan yang dianut adalah animisme dan totemisme, dimana mereka belum mengenal agama, dan mempercayai benda maupun binatang tertentu.

Sebelum melakukan suatu kegiatan, ada budaya yang dilakukan seperti mendengar suara burung atau yang disebut dengan “minyel unei bungai’, dalam arti melihat arah datangnya burung bungai’, apakah dari depan, belakang, samping kanan dan samping kiri, yang dipercaya memiliki arti tertentu, yang bisa membawa keberuntungan maupun malapetaka.

Hal yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah :

Bertani menggunakan alat seadanya, seperti melihat jadwal menugal ladang / “Menel Ayun Ateh Sew” dengan menggunakan Tugu Batu / Batuh U’ei merupakan salah satu budaya para petani masa itu. Ayun ateh sew berada ditempat tertentu, dipercaya bisa membuat hasil panen baik dan tidak terganggu oleh gangguan hama.

Ada beberapa alat-alat tradisional yang digunakan untuk bertani pada masa itu seperti, Ukat Tana untuk mencangkul tanah dan Lineu Kangan (Nyiru).

Berburu binatang, Alat-alat yang digunakan sangatlah sederhana, seperti Put (sumpit), Latap (tombak), Awei (parang) dan Tabil. 

Hal yang berkaitan dengan seni dan budaya adalah : 

Selain kegiatan bertani dan berburu ada aktivitas lain yang mereka lakukan seperti “ntek jiw” (potong rambut). Mengukir diatas batu dan kayu. Menyulam manik (mok ba’o) untuk peta, beret, lekou’ dan bane. Bukti ini bisa ditemukan didalam kuburan batu.

Pesta Panen: budaya yang dilakukan adalah mirop burek (miras) dan marang (menari) dan muet sijok Ong (rokok zaman dahulu).

Hal yang berkaitan dengan olahraga :

Ditengah keterbatasan, mereka juga mengisi aktivitas mereka dengan olahraga tradisional, seperti Puwel (Gulat), yang biasanya dilakukan di Sungai oleh laki-laki muda, untuk membuktikan siapa yang terkuat.

2. KELOMPOK KEDUA (Masa Peralihan)

Sekitar 1932 dimana masyarakat mulai mengenal agama, dan meninggalkan kepercayaan animisme dan totemisme dan hal lain yang bertentangan dengan nilai kekristenan.

Kelompok ini dipimpin oleh seorang Penghulu / Pengolo’, Mereka diajarkan menghitung hari menggunakan kayu yang didesain sedemikian rupa, dimana pada hari ketujuh / Hari Minggu digunakan untuk pergi Kepulan / Beribadah. Kayu tersebut juga digunakan untuk melihat waktu menyemai, menanam dan memanen.

Hal yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah bertani. Sistem bertani yang dilakukan pada masa itu ada dua jenis, yaitu Ladang dengan sistem menugal mereka menggunakan alat mu’an berupa kayu yang diruncingkan untuk melubangi tanah untuk ditaburi bibit padi.

Kemudian Sawah dengan cara menyemai terlebih dahulu bibit padi, kemudian ditanami, dipanen dengan menggunakan alat yang masih sederhana. Pada masa itu gotong-royong antar masyarakat sangat kental, saling membantu satu sama lain, diberbagai jenis pekerjaan tanpa mengharapkan imbalan.

Ada juga kegiatan yang dilakukan masyarakat pada zaman itu untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan.

Dibidang kerajinan tangan :

  • Membuat Perahu/Maji alud dan membuat dayung/buwe.
  • Menganyam Tikar (Kanuh Jim)
  • Membuat Saong (Marou’ Aung)
  • Membuat Bakul (Marou’ Eng)
  • Merajut atap daun (merout apo daoun)
  • Membuat Bubu (Marou’ Buh)

Ada yang mengebor dengan menggunakan alat bor yang sangat tradisional.

Kemudian Untuk merayakan kegiatan habis panen biasanya persiapan yang dilakukan yaitu:

  • Menumbuk Padi / tupeh pade
  • Berburu / mated ko’    
  • Memasang Bubu / Mumen Buh
  • Membuat Lemang / Maro Lone
  • Menuba / Mubeh Awid
  • Memasak Nasi / Kak Bue’
  • Berbagi makanan / maneid nok kenen

Di hari-hari biasa mereka mengisi kegiatan dengan olahraga/bermain seperti:

  • Laut Bal Boyo 
  • Bermain Gasing/Laut Ayeng
  • Laut Lele
  • Kangkadu’

Selain kegiatan yang sudah ditampilkan, budaya yang tidak pernah ditinggalkan adalah Menari, yang biasanya ditampilkan pada saat menyambut tamu, pesta pernikahan, pesta panen, dan merayakan sebuah kemenangan/keberhasilan.

3. KELOMPOK KETIGA (Masa sekarang / masa kini)

Singkat cerita, Pada tahun 1963, masa dimana pemerintah mulai menerapkan nama DESA bagi kampung-kampung yang ada di Krayan, yang dipimpin oleh seorang Kepala Kampung atau sekarang yang dikenal dengan Kepala Desa, kemudian mengeluarkan kebijakan bahwa kelompok masyarakat yang ada di kampung lama, harus berpindah ke Lokasi Long Layu (1975), untuk mempermudah akses pendidikan, akses kesehatan, akses perhubungan dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat yang ada di kampung lama Pa Sing, berpindah dan berkumpul bersama dengan kedelapan desa yang ada di Lokasi Long Layu.

Pada masa ini, alat yang digunakan untuk bertani sebagian besar tidak lagi tradisional, seperti yang kita lihat ada :

  • Arit/sabit
  • Drom
  • Mesin rumput
  • Parang
  • Cangkul
  • Chain saw
  • Tampi
  • Tikar
  • Bakul
  • Saung
  • Gerobak

Tidak hanya dibidang pertanian masyarakat mulai mengenal berbagai jenis olahraga seperti:

  • Sepak bola
  • Bola volly
  • Takraw
  • Badminton
  • Tenis meja

Salah satu dampak positif dari kebijakan regrouping adalah masyarakat mendapat akses pendidikan Paud, TK, SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi, yang menghasilkan Sumber Daya Manusia, seperti yang kita lihat sekarang mereka berkerja diberbagai instansi:

  • Kesehatan
  • Perhubungan
  • Kecamatan
  • Pol-PP
  • Babinsa
  • Kepala Desa
  • BPD
  • PNS/Guru
  • Pendeta
  • Polisi

Sejak Dana Desa diluncurkan beberapa tahun terakhir Pemerintah Desa Pa Sing rutin memberikan bantuan pendidikan, hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap pelajar yang ada di Desa Pa Sing.

Selain sumber daya manusia, Desa Pa Sing juga memiliki Potensi Sumber Daya Alam yang bisa dikembangkan seperti Beras Adan Organik, Kopi, Vanili dan Garam Gunung.

Closing/Penutup

Dampak dari suatu perubahan/perkembangan zaman, pasti ada sisi positif dan negatifnya, sisi positifnya seperti yang sudah ditampilkan sebelumnya, dimana banyak Sumber Daya Manusia yang bisa menempuh pendidikan, bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah. Namun yang pasti ada sisi negatifnya, dimana budaya gotong-royong mulai pudar, tradisi membagi hasil buruan/makanan kepada tetangga/keluarga juga mulai pudar.

Perlu kita ketahui bersama, tidak semua budaya itu sesuai dengan kebenaran,

ada beberapa hal yang perlu ditinggalkan dan ada yang perlu kita pertahankan.

Seperti tema perayaan HUT RI Ke-78 tahun ini “Krayan Berbicara Kemerdekaan” kita patut bersyukur atas kemerdekaan yang kita alami saat ini, perubahan itu tidak hanya berasal dari dorongan Maupun Kebijakan dari Pemerintah, namun juga, berasal dari kita yang mau bekerjasama, untuk membangun Krayan lebih baik, melalui Sumber Daya Manusia, yang ada didesa masing-masing. Sekian dan Terima Kasih

Penulis Narasi:

  • Habel Sole
  • Michelle, S.IP
  • Bulan Natalinda, S.Pd