Sosok

Resensi Buku : Mengkhianati Keputusan Sendiri | Buku Ketujuh Dr. Yansen T.P., M.Si.

Senin, 7 Maret 2022, 05:56 WIB
Dibaca 495
Resensi Buku : Mengkhianati Keputusan Sendiri | Buku Ketujuh Dr. Yansen T.P., M.Si.
Resensi Buku : Mengkhianati Keputusan Sendiri | oleh : Muhammad Safiul Fajar

Identitas Buku
Judul buku : Mengkhianati Keputusan Sendiri
Penulis : Dr. Yansen T.P., M.Si
Penerbit : Penerbit Buku Kompas, Jakarta, 2022
ISBN : 978-623-346-374-4
Tebal : xlv + 402 halaman
Harga Buku : Rp 89.000 (Pulau Jawa)

“Hah? Keputusan apa yang dikhianati oleh seorang Dr. Yansen Tipa Padan?”
“Kok bisa seorang Wakil Gubernur mengkhianati keputusannya?”
“Apa alasan dibalik pengkhianatan keputusan ini?

Pertanyaan seperti ini tentu saja hadir diangan siapapun yang ingin membaca buku ini. Baru melihat cover bukunya saja kita sudah dibuat penasaran. Selain judul buku yang tertulis jelas dicover, juga terdapat ilustrasi ‘jam, magnet, roda dan provinsi kalimantan utara’. Ilustrasi ini
menambah rasa penasaran pembaca untuk memaknai simbol yang ada. Apa hubungan antara sebuah pengkhianatan dengan ilustrasi tersebut?

**

Buku Mengkhianati Keputusan Sendiri merupakan karya ketujuh dari Dr. Yansen Tipa Padan, M.Si. atau yang biasa disapa dengan YTP. Buku ini memuat tentang filosofi hidup, usaha, perjalanan birokrasi dan politik Dr. Yansen. Perlu diketahui bahwa Dr. Yansen merupakan satu diantara sedikit orang politik yang aktif menjadi pegiat literasi nasional. Saat ini YTP menjabat sebagai Wakil Gubernur Kalimantan Utara.

Buku ini tentunya dapat menambah wawasan tentang politik bagi pembaca. Terutama bagi kaum millennial yang penasaran bagaimana perkembangan politik di Indonesia saat ini. Sebab politik bukanlah suatu hal yang asing dikehidupan kita. Kapanpun dan dimanapun kita tidak bisa terlepas dengan yang namanya politik.

**

Dr. Yansen Tipa Padan terhitung sudah tiga kali mengkhianati keputusannya sendiri.

Pengkhianatan pertama dilakukan saat ia memutuskan untuk maju sebagai calon Bupati Malinau ditahun 2011. Padahal pada saat itu Dr. Yansen telah berjanji untuk berhenti mengikuti politik praktis dengan alasan ia ingin mempunyai lebih banyak waktu dengan keluarga.

Namun rencana tersebut harus ia kubur dahulu. Sebab Dr. Yansen justru mendapatkan dukungan kuat dari Awang Farouk (Gubernur Kalimantan Timur saat itu), untuk maju sebagai calon Bupati Malinau. Selain itu juga terdapat dukungan dari berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, baik yang ada di malinau maupun luar malinau. Ia sempat menolak untuk maju, tetapi jika Tuhan sudah berkehendak maka tidak ada seorang pun bisa mengelak. Melalui pemilihan yang sah, Dr. Yansen terpilih menjadi Bupati Malinau periode 2011-2016. (Hal. 343-346)

Selama menjalani tugas menjadi Bupati Malinau, Dr. Yansen membawa program-progam unggulan seperti Gerakan Desa Membangun (GERDEMA), Wajib Belajar 16 Tahun dan Beras Daerah (RASDA). Progam ini membuat Kabupaten Malinau semakin maju kearah yang lebih baik, wajar apabila masyarakat malinau begitu cinta dengan sosok Dr. Yansen.

Seiring dengan berjalannya waktu, tepat pada tahun 2015. Dr. Yansen kembali membuat keputusan untuk tidak maju pada periode kedua sebagai Bupati Malinau. Dr. Yansen semakin yakin dengan keputusannya dikarekanan Pemerintah Pusat juga berencana untuk memundurkan jadwal pilkada dari tahun 2016 menjadi 2017. (Hal. 346)

Lagi-lagi takdir berkata lain, pengkhianatan kedua dilakukan oleh Dr. Yansen. Sore hari, Wempi W. Mawa (Ketua DPRD Malinau saat itu) menelpon Dr. Yansen dan memberi kabar bahwa jadwal pilkada dibeberapa kabupaten termasuk Kabupaten Malinau dimajukan yang awalnya tahun 2016 menjadi 2015. Skenario Tuhan kembali bekerja. Dr. Yansen yang saat itu didukung penuh oleh PDI Perjuangan dan Partai Demokrat kembali terpilih menjadi Bupati Malinau untuk kedua kalinya.

Ditahun 2019 tepatnya dibulan desember, Dr. Yansen telah menyampaikan kepada keluarga tercintanya bahwa ia sudah merasa cukup terjun di dunia politik, ia tidak akan mencalonkan diri lagi sebagai calon gubernur maupun calon wakil gubernur.

Namun ucapannya itu kembali diingkari, pengkhianatan untuk ketiga kalinya. Pengkhianatan ini dilakukan oleh Dr. Yansen dengan sadar, sebab ia merasa prihatin dan peduli dengan keadaan masyarakat Kalimantan Utara. Menurutnya, berkhianat demi kebaikan dan kepentingan orang banyak bukanlah suatu kesalahan. Hasilnya, ia terpilih menjadi Wakil Gubernur Provinsi Kalimantan Utara.

**

Wajar apabila Dr. Yansen saat ini menjadi orang besar. Ternyata, sedari kecil ia telah dididik dan dibekali ilmu pengetahuan oleh orangtuanya. Sang Ayah selalu mengajarkan tentang ‘kebaikan dan kebenaran’. Kalimat yang menjadi pegangan Dr. Yansen sampai saat ini adalah ‘kalau itu baik, kamu bisa, maka lakukan’.

Kelebihan Buku

  1. Berisi pengalaman nyata Dr. Yansen dalam menjalani kehidupan birokrasi dan politik;
  2. Terdapat banyak motivasi hidup yang tersurat maupun tersirat dalam buku ini;
  3. Membuka wawasan pembaca mengenai perkembangan politik di Indonesia saat ini;
  4. Gaya penulisan sangat mudah dipahami.

Kekurangan Buku

  1. Terdapat beberapa bagian cerita yang diulang-ulang
  2. Font pada judul setiap bab sedikit sulit dibaca (melelahkan mata)
  3. Hanya satu bab yang mencerminkan judul buku (BAB VI), sehingga cerita tentang pengkhianatan Dr. Yansen kurang detail

Kesimpulan
Buku ini menjelaskan bahwa politik tidak melulu identik dengan hal yang buruk atau kotor saja. Politik akan baik apabila dipakai untuk berbuat baik bagi kepentingan orang banyak. Orang baik harus turut serta dalam panggung politik. Karena jika panggung politik tidak diisi oleh orang baik, maka orang jahatlah yang akan berkuasa dan bertindak semena-mena.

Yang paling penting adalah mengkhianati keputusan sendiri demi kebaikan dan kepentingan orang banyak bukanlah sebuah kesalahan, justru merupakan sebuah langkah yang harus diambil. (Muhammad Safiul Fajar)