Sosok

Dr. Yansen TP, M.Si. dan Damang Batu

Sabtu, 26 Februari 2022, 17:33 WIB
Dibaca 1.518
Dr. Yansen TP, M.Si. dan Damang Batu
Tumbang Anoi, 1894 dan Tanjung Selor 2022

Saya datang ke Tumbang Anoi, lokasi Perjanjian menghentikan 4-H (hakayau, habunu, hatetek) + H jipen (perbudakan) sebagai peneliti. Itu terjadi pada 2019. Bertepatan dengan peringatan 125 tahun Perjanjian Damai Tumbang Anoi.

Dr. Yansen TP, M.Si. juga ke lokus, bersama putranya, Tipa. Disertai sejumlah rombongan dari Kalimantan Utara.

Kami menikmati benar perjalanan, napak tilas itu.

***

Hari ini, 26/02-2022.
Saya dan pegiat literasi nasional, Pepih Nugraha berkesempatan hadir. Di gedung Pespawari, Tanjung Selor. Kami menyaksikan pelantikan pengurus Ikatan Cendikiawan Dayak Nasional (ICDN) Kalimantan Utara, yang dilantik langsung Ketua Umum tingkat nasional, Dr. Willy Yoseph. Adapun Yansen, ia Ketua ICDN Kaltara.

Pada kesempatan itu, Willy  bertanya, "Saya sendiri belum mafhum (bingung) Bagaimana para Dayak, dari berbagai penjuru Borneo, datang ke Tumbang Anoi yang waktu itu sangat terpencil?"

***

Sejatinya, inisiasi pertemuan oleh Kolonial Hindia Belanda dalam rangka menguasai tanah Dayak dan menundukkan suku bangsa penghuni Tanah Borneo. Dokumen tertulis, dari surat-menyurat dinas para kontroleur yang berbahasa Belanda menyebutkan: para kontroleur berangkat lewat motor air berminggu-minggu, ada dari Pinoh, yang lain dari DAS di Borneo.

Para Temenggung (138 peserta sebagaimana dicatat oleh Damang Pidjar--kepala adat Kahayan Hulu). Dari DJangkang, Borneo Barat (tempat asal saya), ketika itu dua macatn (damang) yakni macatn Talot dan macatn Natos hadir, tetapi tidak sempat tercatat dalam senarai peserta.

Selain disediakan Damang Batu sebagai toean roemah pertemuan (berlangsung 22 Mei 1894-24 Juli 1894); penyedia utama pasokan logistik adalah Kolonial Hindia Belanda.

Logistik dipusatkan di Banjarmasin berupa: beras, kopi, gula, dan tembakau sedikit demi sedikit jelang hari H diangkut ke Tumbang Anoi. Sebelumnya, kontrolur Banjarmasin Hogendorf yang pertama memperkenalkan istilah/ terminologi Dayak pada tahun 1757. Namun, Banjarmasin dipilih sebagai pusat logistik pertemuan karena letaknya yang strategis dari sisi perhubungan waktu itu.

Sebenarnya, ini taktik kolonial dalam rangka SALT STARVATION (haus darah)--kebalikan dari taktik di Jawa, divide et impera. Bagaimana menaklukkan Dayak yang saling kayau, disatukan dulu, kemudian baru dikuasai.

Nah, yang tidak diduga-duga, muncul "sensus Dayakus", kebersatuan dan belarasa sebagai sesama Dayak, dan kebangkitan (nasional) Borneo.

Undangan ke berbagai penjuru Borneo cukup unik. Selain diinisiasi Kompeni Hindia Belanda, Dayak datang melalui simbol. Dengan caranya. Meski beberapa rombongan, menurut catatan, berbulan-bulan lamanya. Ada yang jalan kaki. Ada yang naik kelotok. Kemudian, pindah dengan perahu.

***

Fokus kita pada toean roemah.

Damang Batu, kepala adat Tumbang Anoi waktu itu, menyediakan diri menjadi toean roemah.

Dr. Yansen TP, menyediakan diri menjadi toean roemah pelantikan ICDN Kaltara.

Jika dulu, Tumbang Anoi 1894, pertemuan menghentikan 4-H.

Kini Pertemuan ICDN Kaltara. menghentikan 4-K: kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, dan ketertinggalan.

***

Pertemuan Tumbang Anoi berlangsung dari  22 Mei – 24 Juli 1894. Syahdan, Damang Batu yang mengacungkan jari, ketika Controleur A.C. Deher di Kapuas bertanya, "Siapa di antara kalian yang paling siap menjadi tuan rumah?".

Selain menyediakan logistik berupa kerbau, sapi, dan beras; sebenarnya logistik peserta yang menurut catatan sejarah berjumlah lebih dari  1.000 itu, diadakan/ disediakan Kompeni Hindia Belanda.

Pusat Logistik di Banjarmasin. Baru diangkut ke Tumbang Anoi melalui sungai, dan sebagian dipikul melalui jalan darat.

Pertemuan pelantikan ICDN Kaltara 26/02-2022, diselenggarakan di Tanjung Selor, dengan Dr. Yansen TP tuan rumahnya. Menurut Laporan Panitia, hadir 550 peserta. Sebagian dari Jakarta, Palangka Raya, Samarinda, dan Banjarmasin.

***

Memang Kompeni Hindia Belanda yang menginisiasi Pertemuan Tumbang Anoi dalam rangka menguasai Dayak dengan taktik "Salt Starvation" -haus darah, bukan divide et impera. Untuk menguasai Dayak berbeda dengan di Jawa yang solid. Maka taktik pun harus berbeda. Untuk menguasai Dayak, menurut kompeni, karena saling kayau, mereka harus disatukan terlebih dahulu.

Maka atas perintah konteoleur Deher, Damang Batu pun gencar melakukan pendekatan, baik kepada sesama damang, temenggung, maupun panglima atau kepala suku. Bahkan, seruan perdamaian ini direspons oleh Controleur A.C. Deher di Kapuas. Maka terjadilah peristiwa bersejarah, Pertemuan Tumbang Anoi pada 1894.

***

Dr. Yansen TP, M.Si. juga melakukan pendekatan dengan berbagai tokoh Dayak. Para cerdik cendikia di Kalimantan Utara, semua didekati. Dan dirangkulnya.

"Saya kagum. Kalimantan Utara pengurus ICDN-nya hingga kecamatan," kata Dr. Willy Yoseph.

Agaknya, komunikasi dan personal approach adalah  "ilmu". Sekaligus seni, yang hanya dimiliki orang tertentu, sebagai pemimpin, untuk menyatukan.

Tags : sosok