Bertemu Sang Suhu
Pertemuan yang tidak disangka-sangka. Kebetulan saja, diakhir April, tepatnya 30 April 2022, saya punya waktu libur yang lumayan panjang. Satu minggu. Saya memutuskan untuk pergi ke Jakarta bertemu partner saya, dan mempersiapkan usaha fesyen yang tahun ini baru saya garap.
Sambil menunggu jadwal pesawat berangkat dari Supadio ke Soekarno-Hatta, saya teringat kalau Om Masri, begitu saya memanggilnya, tinggal di daerah Jakarta. Entah Jakarta bagian mana saya juga tidak tahu percis.
Saya langsung membuka kontak Whatapps dan mengetik pesan yang isinya memberi kabar kalau saya akan ke Jakarta hari ini. Namun, kembali saya pikir, “Nanti sajalah, tunggu sampai di Jakarta saja.” Saya urungkan niat untuk memberitahu beliau dan menghapus pesan WA saya itu.
Jadwal pesawat ternyata delay sekitar 10 menit. Seharusnya, pukul 16.30 WIB pesawat berlogo singa oren itu sudah take off, namun entah apa masalahnya saya pun tidak paham. Penumpang akhirnya masuk pesawat pada 16.45 WIB.
Semenjak pandemi, saya merasa gugup naik pesawat. Sedikit takut rasanya. Walau pun dulu sering sekali berpergian lewat jalur udara. Saya mencoba untuk tetap rileks. Walau telapak tangan terasa keringat dingin menunggu lepas landas.
Saya sampai di Jakarta kurang lebih pukul setengah tujuh malam. Bandara malam itu lumayan ramai. Saya dijemput oleh partner saya dari Bandara ke Jakarta. Kami makan di PIK sebentar dan pukul 10 malam, saya sampai di hotel yang sudah dipesan melalui aplikasi. Perjalanan yang sangat lelah, saya langsung beristirahat.
Paginya, karena sudah sampai di Jakarta dengan selamat, saya memberi tahu Om Masri tentang keberadaan saya di Jakarta. Beliau cepat respon. Pesan WA saya langsung dibalas. Dan, beliau langsung mengundang saya untuk bertemu. Ya, memang saya juga berniat ingin bertemu.
Beliau sangat menginspirasi saya dalam dunia literasi. Beliau adalah penulis senior yang saya kenal lewat Facebook. Dan, yang sangat membuat saya ingin bertemu beliau adalah orang asli Kalimantan Barat yang menjadi Penulis. Mengapa ? Karena, yang saya tahu jarang sekali orang Kalimantan asli menjadi seorang Penulis hebat.
Beliau juga sempat mengajak saya ikut menulis di beberapa platform dan ikut lomba-lomba, di mana hal-hal seperti itu membuat saya semakin mengembangkan diri di dunia literasi dan membuat saya semakin mahir.
Saya sangat senang, ditambah ini adalah waktu pertama saya berbincang dengan beliau. Sebenarnya, saya sudah sempat bertemu beliau pertama kali, namun saat itu kondisi saya sedang tidak baik. Kecelakaan, sehingga membuat kaki saya terkilir dan ada luka. Tidak sempat untuk berbincang-bincang. Tuhan punya rencana, kali ini saya diberi kesempatan!
Kemudian, Om Masri mengirimkan alamat tempat untuk kami bertemu. Beliau memberikan alamat kafe miliknya.
Ditanggal 2 Mei 2022 saya mengajak Bang Tamtama bertemu Om Masri. Kebetulan sekali, bang Tamtama juga kenal Om Masri, malah duluan dari saya. Suatu kebetulan yang tidak disangka! Akhirnya, saya dan bang Tamtama pergi menuju kafe itu, tepatnya di daerah Karawaci.
Hari itu, bang Tamtama menjemput saya menggunakan motor ke hotel. Langit sudah menghitam tanda akan hujan. Benar saja, tidak jauh dari hotel kami kehujanan. Akhirnya, menunggu sedikit hujan reda, kami memutuskan menggunakan taxi online dan motor pun di parkir di hotel.
Kami memang akan pergi menggunakan taxi, tapi bertiga, bang Tamtama mengajak adiknya. Dan, rencananya motor di bawa ke kos, dan berangkat bersama adiknya dari kos. Hujan membuat rencana pergi bertiga gagal.
Perjalanan dari Cikini ke Karawaci lumayan lama, dikarenakan hujan, banjir dan macet. Perjalanan 1 jam kami tempuh dengan biaya taxi yang lumayan mahal.
Akhirnya, bertemu Sang Suhu! Orang yang tidak pernah saya bayangkan aslinya seperti apa. Ternyata sangat humble, dan sangat terbuka. Om Masri sangat hangat bertemu dengan kami. Saya langsung nyambung, tanpa malu-malu berbicara.
Kedatangan kami disambut dengan Indonesia rasa Jepang. Ya, kafe yang kami datangi milik Om Masri bernuansa Jepang. Seketika saya merasa masuk di kedai kopi Jepang. Kafe ini sangat direkomendasikan kalau Anda pergi ke Jakarta, apalagi bertemu Om Masri, wajib ke sini!
Awal kedatangan kami, Om Masri langsung memberikan kami sebuah buku. Masih baru, masih ada segelnya. Dalam hati saya, “Ya, ampun, baru aja datang udah dikasi hadiah.” Saya senang sekali, pasalnya, kapan lagi dapat buku gratis.
Setelah diberi hadiah buku, kami disuguhi lagi kopi buatan Bang Rio, anak Om Masri yang mengurus Kafe serta Barista di sana. “Ya ampun, aku senang sekali.” Saya memesan kopi hitam. Kopi buatan Bang Rio sangat enak. Saya baru pertama kali ini minum kopi hitam tidak bersisa. Habis.
Perberbincangan tentang literasi, pendidikan, bisnis sampai filsafat. Ini belum panas, hingga akhirnya, Pak Matius Mardani pun datang menghampiri kami. Ah, saya sangat senang semua orang yang hanya saya lihat di media sosial kini bertemu langsung.
Kedatangan Pak Matius Mardani membuat perbincangan malam itu memanas dan seru. Apalagi membahas tentang filsafat. Dimana, ada perdebatan pro dan kontra dengan sang Filsuf muda, Bang Tamtama, Pak Matius Mardani dan, Om Masri yang membuat hujan dengan cuaca dingin, berubah memanas. Hahaha.
Obrolan kami sangat seru. Tidak terasa karena perbincangan seru dan perdebatan yang berfaedah, segelas matcha latte hangat disuguhi kembali untuk kami. Ah, Matcha Latte bang Rio benar-benar saya nikmati. Saya merasa berada di frekuensi yang sama. Perdebatan sengit malam itu membuat lupa waktu, tidak terasa telah menunjukan pukul 11 malam.
Saya dan Bang Tamtama ijin pamit untuk pulang. Saat berpamitan pulang sambil menunggu taxi pesanan kami datang, ternyata saya diberi buku lagi oleh beliau. Buku yang ini lebih tebal dan sangat menarik kelihatannya. Entah, berapa kali kata senang saya tuliskan di sini. Saya pulang mendapat oleh-oleh buku. Dua buku sekaligus. Dan, gratis dari penulisnya langsung!
Dua judul buku itu membuat saya benar-benar terinspirasi. Buku itu akan saya review setelah ini.
Kami pun pulang dengan taxi online. Kali ini tidak ada hujan dan macet, hanya langit yang sudah sangat gelap tanpa bintang.