Sosok

Mugeni & Komunitas Penulis Literasi Dayak Kalteng

Selasa, 25 Agustus 2020, 12:41 WIB
Dibaca 668
Mugeni &  Komunitas Penulis Literasi Dayak Kalteng
Mugeni (kanan) dan saya santai di kapal pesiar Sultan Ageyo miliknya, ketika riset menulis cerpen di Tanjung Puting.

Mugeni. Singkat saja pemilik nama asli Abdul Gafar ini. Karena sering sakit waktu kecil, sang kakek minta namanya diganti. Caranya unik, dengan mengambil lotre. 3 kali diambil, tetap: Mugeni yang terambil. Maka jadilah demikian nama pria yang pernah Penjabat Bupati Barsel dan Sekda Kalteng  penulis dan pegiat liteasi ini.

Di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, namanya top markotop. Lelaki kelahiran 4 Juli 1959 ini sungguh menarik menelisik kisah hidupnya. Ia adalah seorang pegiat, sekaligus tokoh literasi di Kalimantan Tengah yang masih sulit dicari duanya.

Betapa tidak! Dengan dana pribadi, entah berapa, ia membiayai berbagai kegiatan literasi. Mulai dari pelatihan menulis bagi para guru dan calon penulis, hingga kepada penerbitannya.

Bahkan, hal yang unik, membiayai 15 penulis cerpen untuk melakukan riset setting cerita di destinasi wisata kampung halamannya, Tanjung Puting. Semata-mata terdorong hasrat menggeliatkan literasi, sekaligus mengenalkan potensi wisata daerahnya. Niat dan upaya yang patut ditiru, sekaligus dikagumi.

Nama aslinya Abdul Gafar. Namun, karena sering sakit, kakeknya berinisiatif mengganti namanya. Digulunglah beberapa kertas yang masing-masing di dalamnya ditulisi nama.

Nama asli pria yang baik hati dan bergelar Doktor di bidang ilmu hukum itu bukan Mugeni, melainkan Abdul Gafar. Waktu kecil, sering sakit-sakitan. Abah, sang kakek, yang prihatin dengan kesehatannya, meminta namanya diganti. Siapa tahu nama baru memberinya elan vital baru?

Abdul Gafar kecil pun disuruh abahnya mengambil salah satu gulungan, membukanya. Nama yang tertulis di gulungan kertas itu nanti yang menjadi nama barunya. Anak yang sering sakit-sakitan itu mengambil gulungan pertama, dan membukanya: Mugeni. Ia masih tidak puas, lalu mengambil gulungan kedua. Sampai ketiga kali, tetap saja nama itu yang terambil. Maka Mugeni menjadi nama barunya. Anehnya, setelah mendapat nama baru, ia tidak pernah sakit-sakitan lagi.

 Mugeni menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah atas di Pangkalan Bun. Selanjutnya, ia nekad meninggalkan tanah kelahiran untuk kuliah ke Banjarmasin yang pada 1980-an sulit untuk dicapai. Dengan latar belakang keadaan ekonomi keluarga yang pas-pasan, ia pamit kepada orangtua yang pada saat itu bekerja di ladang. Dengan modal nekad, berhari-hari ia berlayar mengarungi laut badai untuk sampai di Banjarmasin.

Ia diterima kuliah pada Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin. Sembari bekerja serabutan di sebuah kantor pengacara, ia coba bertahan hidup dengan menulis artikel yang dimuat koran lokal.  Tulisannya muncul di banyak koran lokal. Tak terbilang jumlahnya. Namun, baru 2014 pecah telurnya sebagai penulis sejati. Ditandai dengan terbitnya buku perdana yang diberi judul Berbagi dengan Sesama: Memberi dan Menerima. Buku setebal 202 alaman yang dicetak Pustaka Pelajar, Jogjakarta ini, adalah kristalisasi pemikirannya seputar banyak hal. Judul awal buku ini sebenarnya Hanya Orang Gila yang Baca Buku Ini.

 Awal 1987, Mugeni menuntaskan pendidikan Sarjana Hukum. Pada 2002, ia menyelesaikan pendidikan S-2 Hu­kum dengan konsentrasi Hukum Tata Negara di Fakultas yang sama. Pada 2019, Mugeni menye­lesaikan Program Doktor ilmu hukum pada Universitas Jayabaya, Jakarta, lulus dengan pujian.

 Saat kuliah, penulis aktif di Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Univeritas Lambung Mangkurat. Selepas menuntaskan kuliah, ia sempat menjadi asisten advokad dan pengacara praktik/penasihat hukum di Banjarmasin. Kemudian, pada 1989 memulai karier sebagai PNS di Sekretariat Daerah Ka­bupaten Tapin, Kalimantan Selatan dan sem­pat menjabat sebagai Kepala Bagian Hukum dan Asisten Bidang Pemerintahan.

Pada awal tahun 2004, ia diangkat men­jadi Sekretaris Daerah Kabupaten Sukamara, Kalimantan Tengah, hingga tahun 2008. Ta­hun 2008-2010, ia tercatat menjabat sebagai Staf Ahli Gubernur Kalimantan Tengah Bi­dang Pemerintahan. Dan mulai September 2010 hingga 2014 menjabat Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Provinsi Ka­limantan Tengah. Awal 2014-2015 menjadi Kepala Badan Diklat Provinsi Kalimantan Tengah.

Hingga pertengahan Agustus 2016, ia menjabat staf ahli bidang hukum dan politik, dan pelaksana tugas asisten I bidang pemerintahan Pemprov. Kalteng. Dua hari setelah peringatan 17 Agustus 2016, ia dialih tugaskan ke tempat yang baru. Mugeni diamanahkan sebagai Kepala Badan Pena­naman Modal Daerah dan Perizinan Provinsi Kalimantan Tengah. Menjadi penjabat Bupati Barito Selatan (Barsel) sejak Oktober 2016, ia lebih banyak tinggal di Buntok, ibukota kabupaten. Jauhnya perjalanan dari Palangka Raya memakan waktu 3,5 jam. Kemudian, menjadi Pnj. Sekretaris Daerah Kalimantan tengah (2017-2018).

Di bidang organiasi, ia juga aktif di KNPI Kader Desa di Pangkalan Bun (1980), Sekretaris Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kota Waringin Barat Banjarmasin (1984), Ikatan Sarjana Kosgoro Kabupaten Tapin (1996), Ketua Komisi Hukum dan Peraturan Daerah MUI Kabupaten Tapin (2003).

Ia juga ter­catat sebagai Ketua Umum Pengcab PRSI Kabupaten Tapin (2002), Ketua Pengcab Persatuan Golf Indonesia Kabupaten Tapin (2003), Ketua Lembaga Seni Qasidah Indo­nesia (Lasqi) Sukamara (2005), Ketua Harian KONI Kabupaten Sukamara (2006). Ia juga pernah menjadi pengurus Ikatan Penulis Kal­sel (1988). Dan pada 27 Juli 2016, ia dibaiat sebagai Ketua Komunitas Penulis Lembaga Literasi Dayak (LLD) Kalimantan Tengah.

 Karier & Kiprahnya Bidang Literasi

Sejak mahasiswa, telah menulis dan menebitkan puluhah artikel, cerpen, dan puisi yang dimuat koran lokal di Banjarmasin. Tulisannya muncul di banyak koran lokal. Tak terbilang jumlahnya. Namun, baru 2014 pecah telurnya sebagai penulis sejati. Ditandai dengan terbitnya buku perdana yang diberi judul Berbagi dengan Sesama: Memberi dan Menerima. Buku setebal 202 halaman yang dicetak Pustaka Pelajar, Jogjakarta ini, adalah kristalisasi pemikirannya seputar banyak hal. Judul awal buku ini sebenarnya Hanya Orang Gila yang Baca Buku Ini.

Sebagai pegiat dan pelaku literasi di Kalimantan Tengah, Mugeni mensponsori riset dan penulisan hingga penerbitan buku Tanjung Puting dalam Cerpen. Dikatapengantari sastrawan senior Ahmadun Y. Herfanda, kumpulan cerpen itu ditulis oleh 15 cerpenis –semuanya Dayak.

 Setelah itu, ia menerbitkan buku yang diangkat dari catatan yang muncul setiap pagi di beranda FB-nya.  

·   Catatan Pagi. (2016). Jakarta: Penerbit Lembaga Literasi Dayak (LLD). ISBN 9786027471467.

·   Yang Muda Bercinta, yang Tua Bertobat. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. ISBN 9786026381446.

·  “Gerimis Cinta di Haluan Kapal” dalam kumpulan cerpen Tanjung Puting dalam Cerpen (2018 ). Jakarta: Lembaga Literasi Dayak.

Sebagai pegiat dan pelaku literasi di Kalimantan Tengah, Mugeni mensponsori riset dan penulisan hingga penerbitan buku Tanjung Puting dalam Cerpen Dikatapengantari sastrawan senior Ahmadun Y. Herfanda, kumpulan cerpen itu ditulis oleh 15 cerpenis –semuanya Dayak. Hal yang unik, di dalam proses menulis cerpen itu, Mugeni mensponsori riset 15 cerpenis ke lokasi (Tanjung Puting) agar menghayato setting. Tidak biasa, proses kreatif mengarang fiksi dengan riset.

Mugeni juga mensponsori sayembara dan penerbitan buku Cerita Rakyat KalimantanTengah yang pesertanya guru-guru. Mugeni adalah juga Ketua Komunitas Penulis Literasi Dayak, sebuah kelompok yang menghimpun penulis-penulis muda berbakat di Kalimatan Tengah dalam sebuah kelompkok diskusi penggiat literasi.

Kita berharap, akan ada Mugeni Mugeni lain di bumi Borneo.

Tags : sosok