Sosok

Semangat Juang Dua Lajang Penjual Pisang

Selasa, 18 Mei 2021, 05:16 WIB
Dibaca 967
Semangat Juang Dua Lajang Penjual Pisang
dokpri

KETAPANG, Kalimantan Barat – Hari masih pagi. Matahari bersinar cerah. Suasana di Jalan S. Parman, masing lengang. Baik mobil maupun sepeda motor hanya satu dua yang melintas. Tidak ada satupun anak sekolah yang terlihat menuju sekolah karena memang hingga saat ini sekolah-sekolah masih tutup.

Pembelajaran masih dilakukan secara daring. Ketapang masih termasuk zona kuning karena masih ada beberapa orang yang masih di rawat di RSU Agusjam karena terinfeksi covid-19.

Biasanya di sepanjang Jalan S. Parman ini ramai para penjual yang menjajakan barang dagangannya. Ada penjual bakso, penjual bakpau, penjual kue, penjual nasi goreng, martabak, dan penjual buah. Mereka menjajakan barang-barangnya di gerobak-gerobak di depan rumah penduduk.

Ada juga yang menempatkan barangnya dalam mobil pik up, misalnya pedagang buah. Karena berjualan di depan rumah penduduk, maka mereka membayar kepada pemilik rumah yang halamannya digunakan untuk berjualan.

Dari sekian banyak gerobak yang menjual buah, hampir semuanya menjual pisang. Hanya dua orang yang membawa pik up yang menjual buah lainnya seperti: jeruk, semangka, buah naga, kadang ada buah salak dan lengkeng. Sedangkan para penjual pisang memajang pisangnya di atas gerobak dorong dan sebagian mereka pajang dengan cara menggantungnya dengan tali.

Adalah Achun dan Degol, kedua penjual pisang yang ditemui penulis pada pagi itu. Di pagi itu baru beberapa buah gerobak yang nongkrong di Jalan S. Parman, termasuk dua gerobak miliki Acun dan Degol. Acun (21 tahun) dan Degol (21 tahun) keduanya baru 3 tahun lulus dari sebuah SMA Negeri di Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, sebuah kabupaten pecahan dari Kabupaten Ketapang. Mereka berdua sudah 1 tahun lebih menjual pisang di Jalan S. Parman itu.

Selama 1 tahun mereka berjualan di depan sebuah ruko yang sedang dibangun. Karena ruko itu belum ditempati, maka mereka tidak perlu menyewa. Namun sejak 3 bulan terakhir, mereka pindah sekitar 10 meter dari tempat semula. Sekarang mereka berjualan di depan rumah seorang penduduk. Karena itu mereka harus menyewa tempat dengan membayar sebesar Rp 300.000,00 per bulan.

Menurut Acun, pisang yang mereka jual mereka beli di Sukadana yang berjarak sekitar 90 km dari Ketapang. Setiap 4 sampai 5 hari mereka menyewa mobil pik up dengan membayar Rp 500.000,00 untuk membawa pisang yang mereka beli dari Sukadana ke Ketapang. Pisang-pisang tersebut mereka beli dari seorang pemilik kebun pisang di Sukadana.

Adapun jenis-jenis pisang yang mereka jual adalah: pisang 40 hari, pisang masak hijau, pisang Ambon, pisang raja, pisang makau dan pisang rotan. Pisang 40 hari dan pisang makau mereka beli seharga Rp 3000,00 per sisir kemudian mereka jual Rp 6000,00 per sisir. Pisang masak hijau, pisang Ambon dan pisang raja mereka beli Rp 7000,00 per sisir kemudian mereka jual Rp 20.000,00 per sisir. Sedangkan pisang rotan mereka beli seharga Rp 2000,00 per sisir kemudian mereka jual Rp 10.000,00 per 3 sisir.

Obrolan penulis dengan kedua penjual pisang terhenti karena ada sebuah mobil berhenti di depan gerobak pisang milik Acun dan Degol.

Dari dalam mobil keluar 3 orang, seorang bapak berumur sekitar 50 tahunan dan dua orang ibu muda. Mereka membeli 10 sisir pisang 40 hari dengan membayar Rp 60.000,00. Beberapa menit setelah mobil pertama pergi, datang lagi seorang perempuan muda membeli 1 sisir pisang raja dengan membayar seharga Rp 20.000,00. Ia membeli tanpa menawar.

Rupanya ia sudah berkeliling ke tempat lain dan ternyata pisang raja yang dijual Acun dan Degol itu termasuk yang paling murah. Di tempat lain ada yang menjual seharga Rp 25.000,00 per sisir. Belum 1 menit mobil itu pergi, datang orang yang tadi membeli 10 sisir pisang 40 hari. Kali ini ia membeli 10 sisir pisang 40 hari lagi dengan membayar Rp 60.000,00.

Menurut pengakuan Degol, di Ketapang mereka berdua menyewa sebuah kamar dengan bayaran Rp 400.000,00 per bulan. “Apakah dengan pengeluaran Rp 700.000,00 untuk sewa tempat jualan dan sewa kamar itu, kalian masih untung?” tanya saya. Ia menjawab, “cukuplah untuk makan”.

Menurut Acun, setiap hari mereka rata-rata bisa menjual pisang seharga Rp 600.000,00 sampai Rp 700.000,00. Untungnya sekitar Rp 300.000,00 – Rp 400.000, 00 sehari. Dengan penghasilan demikian cukuplah untuk makan, membayar sewa tempat jualan, sewa tempat tinggal dan masih bisa sedikit untuk menabung (***)