Politik

G20 Untuk Eksistensi Indonesia Sebagai Negara Non-blok

Senin, 29 Agustus 2022, 10:34 WIB
Dibaca 353
G20 Untuk Eksistensi Indonesia Sebagai Negara Non-blok
Ikon G20 (dok. IG20 official)

Tak berapa lama lagi Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan negara-negara yang tergabung dalam G20. Organisasi ini beranggotakan negara-negara adidaya, termasuk Rusia dan Amerika Serikat. 

Pertemuan akan membahas situasi ekonomi dan politik internasional. Hal ini  menjadi perhatian utama karena dampaknya bakal dirasakan masyarakat di seluruh dunia. 

Beberapa bulan lalu, terjadi perang antara Rusia dan Ukraina. Sebenarnya, perang ini hanya melibatkan dua negara, di mana Ukraina pernah berada di teritori Rusia. Tetapi karena Ukraina dalam pengaruh Amerika Serikat dan sekutunya, maka akhirnya menjadi urusan bersama. 

Perang tersebut mengakibatkan beberapa bahan makanan mengalami kenaikan harga. Begitu pula harga minyak dunia menjadi fluktuatif, tidak stabil. Banyak negara mengalami inflasi yang tinggi, nyaris di ambang kebangkrutan. Bahkan Amerika Serikat sendiri telah mengaku mulai dilanda resesi.

Nah, pertemuan G20 menjadi sangat penting karena ajang ini diharapkan memberi solusi bagi permasalahan yang dihadapi masyarakat internasional saat ini. Sayangnya, kepentingan politik Amerika Serikat masih tinggi dengan mendikte Indonesia agar melarang kehadiran Rusia.

Sikap Indonesia

Idealnya, Indonesia tidak perlu terpengaruh pada tekanan Amerika Serikat. Indonesia memiliki kebijakan politik luar negeri sendiri dan negara lain tidak boleh ikut campur, apalagi sampai memaksa. 

Indonesia mengacu pada kebijakan politik bebas dari aktif yang tertuang dalam Undang-undang Dasar 1945. Indonesia tidak memihak kepada salah satu pihak yang sedang berperang. Di sisi lain, Indonesia aktif mendukung perdamaian dunia tanpa diskriminasi terhadap negara manapun. 

Karena itu dahulu Indonesia, di bawah kepemimpinan presiden Soekarno memprakarsai berdirinya organisasi negara-negara Non-blok. Kita tidak condong pada blok Barat maupun blok Timur, tetapi netral berada di tengah-tengah. Kita meminimalisir konflik yang terjadi di antara negara-negara lain.

Sangat tepat ketika presiden Jokowi telah bertandang ke Rusia menemui Vladimir Putin dan ke Ukraina berjumpa dengan Zelensky. Indonesia berusaha menjembatani antara kedua negara agar menghentikan perang demi kemaslahatan bersama. 

Pada event G20 yang akan berlangsung di Bali, maka Indonesia melanjutkan sikap netral dengan memberi kesempatan  pada pemimpin kedua negara untuk hadir. Terlepas dari tekanan Amerika Serikat, negara-negara lain juga memberikan dukungan. Perlu diingat bahwa di antara negara-negara anggota G20 ada pendukung Amerika Serikat dan ada yang pendukung Rusia. 

Di sini Indonesia ditantang untuk bermain cantik sebagai negara Non-blok yang memperhatikan kepentingan internasional, bukan salah satu kubu. Dengan demikian amanat pembukaan UUD 1945, berperan serta mewujudkan perdamaian dunia dapat terlaksana.