Kabar Suka di Saat Pandemi
Di tengah kabar duka yang terus berdatangan di masa pandemi ini, akhir minggu ini saya mendapat kabar suka dari salah satu kampus tempat saya mengajar, Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta. Letak kampusnya yang berdempetan dengan Kampus Universitas Indonesia di Depok, Jawa Barat ini menjadikan saya mudah mengajar di dua tempat ini.
Berita gembira ini berupa penerimaan 6 mahasiswa baru asal Kalimantan Utara (Kaltara) melalui jalur penerimaan khusus dan berbeasiswa. Berdasar pesan dari Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang dan Wakil Gubernur Kaltara Yansen Tipa Padan, sebagai langkah rintisan saya bergiat untuk mengusahakan ada mahasiswa asal Kalimantan Utara bisa berkuliah di jurusan broadcasting, periklanan, penerbitan, kuliner, fashion, fotografi, film, animasi dan perhotelan.
Sejak saya mengenal kalangan muda Kaltara dengan intens sejak bulan Oktober 2020 hingga sekarang, saya berpendapat anak-anak muda Kaltara selepas sekolah menengah atas “harusnya” tidak terkekang dengan pilihan-pilihan kuliah yang “itu-itu saja”. Bukan berarti mengecilkan pilihan kuliah tersebut, seyogyanya kalangan muda Kaltara bisa terbuka waawasan berpikirnya untuk mengantisipasi fenomena yang akan datang. Kata orang luar sana, out of the box atau berpandangan di luar hal yang biasa-biasa saja. Harus ada terobosan.
Saya pernah mengajar kelas pascasrjana di Universitas Persada Inonesia YAI Jakarta, dari sekelas mahasiswa yang mengambil perkuliahan program S2 Ilmu Komunikasi ada juga mahasiswa asal Kaltara. Ada yang berlatar belakang pegawai negeri asal Nunukan, dan ada seorang ibu asal Tarakan yang berlatar belakang pengusaha.
Ketika saya tanya mengapa memilih jurusan komunikasi, dua mahasiswa saya ini beralasan aspek kemampuan teknis berkomunikasi dan strategi komunikasi sangat diperlukan di lingkup pekerjaan dan usahanya.
Saya tentu saja terhenyak dengan alasan itu, karena umumnya peserta perkuliahan pascasarjana ilmu komunikasi selalu diminati oleh mahasiswa dari kawasan perkotaan besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Jogya, Bandung, Medan serta Makassar.
Profesi Masa Depan
World Economic Forum (WEF) beberapa waktu lalu merilis laporan The Future Jobs yang berisi pekerjaan-pekerjaan yang diproyeksikan akan moncer dan jenis pekerjaan yang meredup. WEF mencatat ada 85 juta pekerjaan yang selama ini ditangani tenaga manusia akan digantikan oleh mesin. Yang mudah terlihat sekarang ini adalah masuk keluar areal perpakiran sudah menggunakan sensor kartu e-money, tanpa perlu lagi kehadiran fisik petugas.
Ada tujuh jenis pekerjaan yang terus berkurang karena kemajuan teknologi yaitu petugas entri data, sekretaris administrasi, akuntansi dan pembukuan, akuntan dan auditor, pekerja perakitan dan pabrik, layanan bisnis dan manajer administrasi.
Sebaliknya, diperkirakan ada 10 jenis pekerjaan yang diprediksikan akan “naik daun” dalam 5 tahun ke depan termasuk di tanah air. Di antaranya adalah analis data dan scientis data, spesialis kecerdasan buatan dan spesialis pemrograman mesin, spesialist jaringan internet, spesailis pemasaran digital serta spesialis big data. Belum lagi pekerjaan-pekerjaan lain yang terkait dengan pariwisata dan ekonomi kreatif (Kompas.com, 7 Agustus 2021).
Dengan diterimanya 6 mahasiswa asal Kaltara di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta itu bisa menjawab sebagian tantangan kemajuan di Bumi Benuanta ini. Rencana perpindahan ibukota negara dari Jakarta ke Negeri Rimba Raya di antara wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang notabene bersebelahan dengan wilayah Kaltara, harus dijadikan momentum. Ketika ibukota baru sudah pindah, kalangan muda Kaltara harus mengambil peran aktif.
Kabar suka yang lain, dari 6 mahasiswa Kaltara yang diterima di Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta, dua di antaranya berasal dari keluarga suku Dayak Lundayeh.
***
Ari Junaedi, doktor ilmu komunikasi, pengajar di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, kolumnis serta kolomnis.