The History of Dayak
Selama ini, Dayak lebih sering ditulis oleh orang luar, peneliti, misionaris, birokrat kolonial, atau akademisi yang melihat masyarakat asli pewaris Borneo itu sebagai objek, bukan subjek.
Sudut pandangnya dingin dan berjarak. Seolah masyarakat Dayak hanya bahan amatan, bukan suara yang berbicara tentang dirinya sendiri.
Akibatnya, menganga lebar ruang kosong antara apa yang dicatat dan apa yang sesungguhnya dialami masyarakat Dayak. Pengalaman, ingatan, dan cara pandang orang Dayak kerap tak muncul dalam tulisan-tulisan itu, menyisakan kisah yang timpang dan kurang utuh. Kini kebutuhan untuk menulis dari dalam menjadi semakin mendesak, agar cerita Borneo kembali pada pemiliknya.
Dayak menulis "dari dalam"
Kekurangan terbesar dari penulisan semacam itu jelas: para penulis luar itu miskin pengalaman, bahkan nyaris tanpa keterlibatan emosional maupun kultural. Mereka tidak tumbuh bersama lanskap sosial Dayak, tidak hidup dalam ritme hutan, tidak belajar dari tetua, dan tidak menyerap spirit komunitas yang menjadi inti kebudayaan Dayak. Akibatnya, banyak narasi yang timpang, dangkal, atau hanya mengulang prasangka lama.
Kini situasinya berubah. Dayak mulai ditulis “dari dalam”, oleh pakarnya sendiri. Salah satu tonggaknya adalah hadirnya magnum opus Dayak abad ini, sebuah buku lengkap all in one tentang Dayak.
Ditelaah, digali, dan ditulis oleh dua penulis serta akademisi Dayak terpandang saat ini Prof. Tiwi Etika, Ph.D., dan Dr. Cand. Masri Sareb Putra, M.A.; buku ini disusun dengan metode ilmiah berkelas dunia. Data diolah dengan cermat melalui pendekatan "grounded theory", yang memungkinkan kedua penulis, sebagai bagian dari subkultur Dayak, menempatkan pengalaman etnografis mereka secara langsung dalam proses penulisan.
Mahakarya ini juga dipandu sekaligus dikatapengantari oleh Prof. Rizali Hadi (pengajar sejarah dan filsafat pendidikan) serta mendapat sambutan hangat dari tokoh penting Dayak, Dr. (H.C.) Cornelis. Ini bukan sekadar pergantian penulis, tetapi pergeseran paradigma: dari penulisan yang memosisikan Dayak sebagai objek kajian menjadi penulisan yang menempatkan Dayak sebagai pemilik suara, pemilik memori, dan pemilik sejarahnya sendiri.
“Dayak Menulis Sejarahnya Sendiri”
Buku ini merangkum hasil riset puluhan tahun di bidang arkeologi, antropologi, linguistik, hingga genetika. Kesimpulannya tegas: Dayak merupakan penduduk asli Borneo yang telah mendiami pulau itu setidaknya sejak 40.000 tahun silam.
Dengan pendekatan ilmiah yang berpijak pada empati budaya, pembaca diajak menelusuri jejak manusia purba di Gua Niah, menengok jejak kerajaan Kudungga di Muara Kaman, mengingat kembali momentum perdamaian Tumbang Anoi, sampai memahami lahirnya gerakan sosial modern seperti Credit Union Pancur Kasih dan geliat literasi Dayak hari ini.
Lebih dari sekadar penyajian fakta sejarah, buku ini menjadi penegasan identitas.
Pustaka setebal 442 halaman ini membuka ruang bagi pembaca untuk melihat Dayak bukan hanya sebagai kategori etnis, melainkan sebagai sebuah peradaban hidup yang terus tumbuh, beradaptasi, dan menulis masa depannya sendiri.
🌿 Keunggulan Buku Ini
✅ Ditulis oleh intelektual Dayak “dari dalam”, bukan peneliti asing
✅ Menggabungkan riset ilmiah dengan narasi budaya dan spiritualitas Dayak
✅ Dilengkapi timeline kronologis sejarah Dayak dari 38.000 SM hingga 2025
✅ Cocok untuk mahasiswa sejarah, antropolog, budayawan, aktivis adat, dan pembaca umum
✅ Menjadi rujukan akademik dan literasi lokal Borneo paling komprehensif
✅ Judul cover emboss dan spot UV, juga tersedia edisi eksklusif dengan box cover yang mewah.
Pemesanan buku ke
Anyarmart: +62 812-8774-3789