Literasi

Evolusi Cintaku Terhadap Buku

Senin, 13 Juni 2022, 19:13 WIB
Dibaca 469
Evolusi Cintaku Terhadap Buku
Rak Buku

Buku adalah salah satu benda yang saya cintai. Sebagai seorang yang gemar membaca, tentu saya juga mengumpulkan beberapa buku. Sampai saat ini ada beberapa ribu buku yang sudah saya kumpulkan. Buku yang saya kumpulkan tentu saja asalnya sangat beragam. Ada yang saya beli, ada juga yang diberi oleh para penulis buku tersebut. Ada juga yang saya dapatkan gratis dengan berbagai cara. Misalnya saat ada lomba, seminar atau mengisi survai yang imbalannya adalah sebuah buku.

Saya sudah kemaruk membaca sejak SD. Saat itu saya sangat suka membaca komik. Dari komik, kegemaran membaca saya bergeser ke buku-buku cerita silat karya Kho Ping Hoo. Baru setelah disentuh oleh guru Bahasa Indonesia di SMP dan SMA, saya mulai gemar membaca buku sastra. Kegemaran membaca buku-buku era Balai Pustaka dan Angkatan 66 membuat keterampilan saya menyerap isi bacaan menjadi semakin baik. Sejak itu saya tertarik untuk membaca buku segala bidang.

Jika proses kegemaran membaca saya sepertinya lancar-lancar saja, proses mengumpulkan buku justru penuh deru. Sebagai seorang yang dibesarkan dalam keluarga dengan ekonomi yang pas-pasan, saya tak bisa mengalokasikan uang untuk membeli buku. Barulah pada tahun 1985, saat menerima honor sebagai asisten dosen, saya bisa membeli buku. Kebetulan sekali, siang itu ada pameran buku di Auditorium Universitas dimana saya belajar. Separoh lebih honor asisten dosen yang saya terima paginya, saya habiskan untuk membeli buku. Buku apa? Salah satunya saya membeli “Percakapan dengan Sydney Hook Tentang 4 Masalah Filsafat!” Aneh bukan? Saya juga memborong beberapa karya sastra dunia yang diterbitkan oleh Penerbit Obor dan sedang didiskon luar biasa.

Sejak pengalaman pertama membeli buku dengan uang sendiri yang penuh kenikmatan tersebut, secara rutin saya membeli buku. Saya membeli buku melalui kunjungan rutin ke toko buku yang ada di kotaku, atau melalui kunjungan ke pameran-pameran buku.

Buku yang saya beli adalah buku yang menarik bagi saya. Ada buku sejarah, ada buku sastra dan kadang-kadang buku kajian sosial yang agak berat. Saya belum punya tema khusus dalam mengumpulkan buku. Namun seiring waktu, tema buku yang kubeli semakin terbentuk. Saya mulai memilih buku berdasarkan tema. Sejak tahun 2000-an saya mulai “hanya” membeli buku bertema sejarah Indonesia, sastra dan tokoh-tokoh. Saya membuat lemari khusus untuk meletakkan buku-buku sesuai tema.

Akhir-akhir ini saya keranjingan untuk mengumpulkan buku tentang Kalimantan dan buku-buku bertema tionghoa Indonesia. Buku-buku tentang Kalimantan menarik minatku karena saat ini saya sedang bekerja di Kalimantan, khususnya di Kalimantan Utara. Kebiasaan mengumpulkan buku bertema lokal sebenarnya sudah saya lakukan sejak saya mempunyai kesempatan untuk bekerja di berbagai provinsi di Indonesia sejak tahun 1991. Setiap saya bertugas ke suatu provinsi/pulau, saya selalu berupaya mencari buku yang relevan dengan provinsi/pulau yang saya kunjungi tersebut. Kumpulan buku-buku bertema Kalimantan itu juga berhasil membuatku semakin siap saat menulis buku "Kalimantan Utara di Mata Saya."

Sedangkan buku-buku bertema tionghoa saya kumpulkan sejak saya menyiapkan naskah buku “Anak Cino – Pencarian Jatidiri Keluarga Cina di Pedesaan Jawa.” Saya mengumpulkan buku-buku fiksi, non fiksi dan buku-buku yang berisi kajian tentang Masalah Cina. Mula-mula buku-buku tersebut saya jadikan referensi dalam menulis naskah buku saya. Ternyata saya jadi ketagihan untuk mengumpulkan lebih banyak lagi buku-buku bertema tionghoa karena ingin lebih dalam memahami topik ini.

Ternyata penghasilan, pekerjaan dan pertemanan sangat berpengaruh terhadap evokusi cintaku kepada buku.