Trik Jitu Ketika Semangat Menulis Mulai Mengendur
Seorang ibu yang sudah masuk kategori sepuh, karena berusia di atas 60 tahun, dengan penuh semangat mengikuti pelatihan menulis. Selama pelatihan tersebut, ibu itu sangat antusias mengikuti semua materi dengan riang gembira. Tanpa butuh waktu panjang, sang ibu mampu membuat kerangka tulisan, yang dianggap menarik oleh para mentornya.
Sepulang dari pelatihan, semangat menyelesaikan dan menyempurnakan kerangka tulisan masih membara. Dia yakin, akan mampu menuntaskan tulisan tersebut dan menjadi buku pertamanya. Terbayang sudah berbagai konsekuensi bila bukunya tersebut terbit. Banyak orang akan membaca dan berterima kasih kepadanya, karena isi buku sangat bermanfaat.
Besoknya, halangan mulai berdatangan. Dia masih sibuk dengan urusan pekerjaan, masalah anak dan cucu sampai persoalan rumah tangga. Masih ditambah dengan kesibukan kumpul-kumpul dengan para kolega. Lusanya, bayangan buku masih ada tapi mulai lumer. Rutinitas kembali menjadi penguasa kehidupan.
Sampai akhirnya, “Kok semangat saya untuk menulis makin mengendur ya?”
Skenario nyata seperti itu kerapkali dialami oleh seseorang yang hendak menulis buku. Wajar dan manusiawi. Tapi jika membuat diri menjadi tertekan karena masih punya impian menulis buku, jelas tidak boleh dibiarkan. Kecuali sudah tidak ada lagi keinginan menulis buku. Itu soal lain. Lupakan saja! Selesai…
Bagi yang masih punya impian menulis buku, namun terhalang oleh hal-hal semacam itu, ada beberapa poin yang mungkin bisa membantu.
Yang utama adalah KOMITMEN
Ingat komitmen Anda ketika pertama kali berniat menulis buku. Apa tujuan Anda? Apa target Anda? Ingat, menulis buku punya banyak dampak positif, mulai dari urusan materi, popularitas sampai ibadah, dan membantu/menolong orang lain.
Dampak mana yang Anda kejar?
Yang kedua adalah ingat WARISAN
Saya yakin Anda akan lebih dihargai dan dihormati jika ketika meninggalkan dunia ini, Anda mempersembahkan WARISAN berharga untuk anak cucu dan generasi mendatang. Saya pikir warisan harta mah BIASA, yang luar biasa adalah WARISAN ilmu pengetahuan, salah satunya dalam bentuk BUKU.
Yang ketiga adalah tentukan TARGET WAKTU
Berapa lama Anda akan menyelesaikan buku ini? Sebulan? Dua bulan? Setahun atau dua tahun? Bagi saya, target ini sangat ampuh memacu adrenalin. Semoga juga buat Anda.
Lalu, perlu langkah-langkah kongkrit untuk memperkuat KOMITMEN, WARISAN dan TARGET WAKTU itu.
1. IKUT PELATIHAN. Mengikuti pelatihan atau workshop sesungguhnya selain untuk mendalami ilmunya, juga untuk mendapatkan kembali semangat menulis. Ilmu menulis di mana pun sama, yang penting adalah PRAKTIK. Biasanya, setelah ikut pelatihan semangat menulis kembali membara!
2. PUNYA MENTOR. Penting bagi Anda untuk memiliki mentor, yang setiap saat mengingatkan Anda akan komitmen menulis. Ketika Anda loyo, dia akan terus menerus memberikan masukan dan saran serta spirit. Mentor bukan hanya seorang pelatih menulis, melainkan bisa juga orang-orang terdekat Anda, teman atau sahabat. Orang-orang yang mau mengingatkan Anda untuk terus menulis. Makanya saya selalu menyarankan agar ketika Anda punya niat menulis buku, sampaikanlah niat itu kepada sebanyak mungkin orang, terutama yang akan memberikan respon positif. Orang-orang inilah kelak yang akan menjadi cambuk dan pemberi peringatan. Kuping kita pasti akan panas bila setiap ketemu seorang teman, dia selalu bertanya, “Bukunya sudah rampung belum?” Dia sudah berperan sebagai mentor!
3. BERGAUL di komunitas menulis. Komunitas semacam ini disadari atau tidak akan memberikan dampak positif kepada Anda agar konsisten dengan komitmen menulis. Komunitas bisa diperoleh dari pelatihan bergabung bersama sesama peserta. Fungsi komunitas sesungguhnya sama dengan mentor, yaitu selalu mengingatkan kita akan KOMITMEN untuk menulis buku.
Poin-poin ini hanya berlaku untuk Anda yang masih punya keinginan menulis buku, tapi seringkali semangat mengendur. Bagi yang sudah mengubur keinginan menulis buku (atau malah tidak punya niat menulis buku), sayonara saja! Selamat bergabung dalam KoMPraS – Komunitas Manusia Pra Sejarah, yang tak pernah menulis buku.
Selamat menulis!