Literasi

Pandemi dan e-Learning

Kamis, 14 Januari 2021, 11:29 WIB
Dibaca 571
Pandemi dan e-Learning
E-learning akan makin banyak digunakan ke depannya (sumber gambar: pixabay)

Bulan-bulan pandemi ini memang buruk. Sungguh buruk. Namun, di satu sisi pandemi memunculkan cara pandang yang baru. Sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan media elektronik (e-learning) yang dulu kurang diperhatikan, mulai dirasa manfaatnya dan diintensifkan. Sistem pendidikan juga mengarah ke transformasi digital.

Sistem pembelajaran jarak jauh sudah lama diperkenalkan. Bahkan konsep ini sudah hadir pada pertengahan tahun 90-an dengan istilah distance learning atau e-learning. Sistem pembelajaran dengan menggunakan media elektronik ini makin populer dengan semakin cepatnya akses internet.

Ia ditandai dengan hadirnya berbagai kursus online (Massive Open Online Course atau MOOC) seperti Coursera dan Udacity. Indonesia juga memilikinya. Salah satu yang populer adalah IndonesiaX. Di sini masyarakat umum bisa mendapatkan banyak wawasan, tentang pengetahuan bencana alam, dasar-dasar perbankan, sistem keuangan syariah, hingga wawasan tentang dunia televisi.

Di universitas-universitas besar di Indonesia seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh November, ITB, dan Universitas Airlangga, e-learning telah hadir sebagai pelengkap pembelajaran. Para siswa dapat membaca dan mendengarkan lagi materi kuliah serta berdiskusi di dalam mata kuliah tersebut secara daring.

Tapi semenjak pandemi, ketika kampus-kampus terpaksa ditutup maka e-learning menjadi salah satu tonggak sistem pembelajaran, selain juga tetap dilakukan kuliah secara 'live' dengan menggunakan media elektronik seperti Google Meets, MS Teams, dan Zoom.

Kuis-kuis dan sistem ujian bisa diadakan dengan memanfaatkan e-learning. Dari yang awalnya hanya pelengkap, maka pada masa-masa inilah e-learning terasa sekali kegunaannya.

Namun, tak semua penyelenggara pendidikan berhasil dan lancar menggunakan e-learning, ada kampus yang bermasalah dengan infrastrukturnya. Karena banyak mahasiswa yang mengakses portalnya, maka sistem pun 'down' karena infrastrukturnya tak kuat untuk menopangnya. Ada pula kampus yang tenaga pendidikan dan staf administrasi kampusnya yang masih 'gagap' untuk pengoperasiannya. Demikian pula dengan mahasiswa, ada juga yang malas-malasan belajar dengan sistem ini.

E-learning memang memberikan manfaat pada era pandemi seperti ini. Ia menggantikan sistem pembelajaran konvensional yang tak bisa diselenggarakan. Namun, tentunya perlu kesiapan dari segi penyiapan materi kuliah, infrastruktur yang tangguh, dan kualitas SDM-nya.

Lalu bagi kampus yang sudah lama menerapkan e-learning, masih ada pekerjaan rumah, bagaimana mengakomodasi mata kuliah praktikum? Apakah perlu mulai mempertimbangkan untuk menggunakan teknologi virtual reality dan augmented reality seperti yang mulai dirintis oleh ITS?

Sistem pembelajaran jarak jauh ini sebenarnya cocok untuk Indonesia yang negaranya luas dan berupa kepulauan. Apabila e-learning ataupun distance learning memiliki standarisasi dan kemudian banyak diimplementasikan oleh berbagai penyelenggara pendidikan maka ia akan membantu pemerataan pendidikan.

Mereka yang tinggal di pelosok tak akan tertinggal dari sisi kualitas pendidikannya. Para siswa tetap bisa belajar di daerahnya dan memajukan daerahnya, tak harus ke kota-kota besar. Namun lagi-lagi PR bagi pemerintah adalah infrastruktur, internet cepat dan murah yang merata, juga kesiapan dari masyarakat dan tenaga pendidikan.

Pada masa mendatang posisi e-learning akan makin penting bagi dunia pendidikan, meski sistem pembelajaran dengan pertemuan fisik juga tetap penting untuk mengasah mental dan karakter para siswa, serta memiliki berbagai manfaat lainnya yang tak tergantikan. Namun bisa jadi kemudian akan hadir kelas-kelas jarak jauh dengan beberapa kali pertemuan fisik, yang bertujuan memeratakan pendidikan bagi putra-putri negara kepulauan ini.

***