Hobi

Raket Gunawan

Selasa, 28 Juni 2022, 05:19 WIB
Dibaca 733
Raket Gunawan
Raket Gunawan

Sebagai pemain bulutangkis amatir. Saya tentu menyukai raket-raket tertentu. Dahulu kala, saya pernah memiliki raket titanium yang harganya ketika itu seperlima dari gaji saya. Bahkan beberapa raket dengan kepala T. Cukup punya merek lah. Akan tetapi, belakangan saya suka raket-raket made in China, Li-Ning antara lain. Beberapa merek Yonex. 

Akan tetapi, saya memiliki satu raket lelang dari salah seorang pemain bulutangkis legendaris internasional yang pernah meraih juara Gandaputra Olimpiade, yakni Gunawan. Sekadar menyegar ingatan. Gunawan meraih medali emas di Olimpiade Sydney 2000 pada sektor gandaputra. Berpasangan dengan Candra Wijaya pada ketika itu.

Saya membeli raket Gunawan waktu lelang. Tahulah berapa harganya? Tidak usah disebutkan di sini. Biar hanya jadi rahasia para pria. Jika kaum wanita tahu, akan sewot. Sebab bakal dihitungnya: Itu bisa diguna buat uang belanja berapa minggu, ya?

Tentu, ada bahagianya sendiri. Beda dengan jika mendapatnya ketika pemain, sehabis bertanding. Lalu melempar raket yang baru digunakannya ke tribun penonton.

Orang katakan bahwa bulutangkis olahraga elite. Karena nepok uang. Tapi senantiasa ada harga bagi kesehatan, kesenangan, hobi, dan pertemanan,  bukan?

Sengaja raket spesial dari Gunawan ini saya senar dengan tingkat keterikan cukup tinggi yakni 30. Apabila saya ingin menyerang, dan banyak smash, saya akan menggunakan raket Gunawan ini.

Raket Gunawan dengan warna cokelat ini, tidaklah begitu lebar dibandingkan dengan kepala raket yang lain. Lagi pula, cukup berat, apalagi jika dipasang grip pada gagang (pegangannya).

Saya senantiasa suka grip karet dibanding kain. Sebab ini menambah berat ayunan. Yang akan memungkinkan pukulan kita lebih keras dan lebih tajam menghujam ke sisi, bidang pertahanan, dan  sudut-sudut lapangan lawan.

Raket Gunawan tidak selalu saya keluarkan. Lihat-lihat seperti apa Pola pertahanan dan serangan lawan. Untuk diketahui. Raket memiliki karakter masing-masing sesuai dengan berat ringannya dan seperti apa terik dan pola model kepalanya.

Tiap-tiap raket beda-beda ayunan dan pukulannya. Demikian pula tingkat keterikan senar. Model-model senarnya pun turut menentukan. Selain juga mereknya mempengaruhi pukulan-pukulan serta kelenturan raket kita.

Berapa raket saya? Ketika akan menulis narasi ini, baru nyadar. Lumayan juga bilangannya. Semua ada 9 tolak raket.

Demikianlah, sport. Bukan semata-mata tentang olahraga. Akan tetapi, juga lebih pada olah intelektual. Kadang-kadang di satu kesempatan saya kalah. Terutama jika kurang fit, atau tatkala tidak fokus. Kemudian saya evaluasi: berapa kali saya mati sendiri? Berapa kali musuh mati karena serangan? Berapa kali musuh mati karena kesalahan sendiri?

Yang juga penting dalam permainan bulutangkis adalah timing. Kapan waktunya smash? Kapan waktunya drive? Kapan waktunya dropshot? Bila saatnya netting? Kapan harus mengangat dan membuang jauh bola ke garis  lob serang di belakang?

Semua ada waktunya! Bergantung posisi kita. Juga posisi cock. Bergantung posisi musuh. Juga bergantung posisi dan keterampilan pasangan kita. Jangan sekali-kali smash, sementara partner kita belum siap. Akan bunuh-diri manakala bola bisa dikembalikan. Sebab counter-smash akan juga sama cepat dan kerasnya dengan smash.

Dari postur tubuh. Kita akan mafhum. Bahwa orang yang badannya tinggi, gak suka adu drive. Benci bola-bola datar dan cepat. Orang yang gemuk badannya, susah mengambil bola di muka. Sulit baginya untuk jongkok. Dan orang sedang, agak pendek. Sulit untuk mencari celah tembusnya. Kakinya lincah berlari bak kijang kencana dalam legenda Dewi Sinta.

Hal-hal itu semua perlu dievaluasi. Lalu kita mengamati di mana kapan dan seperti apa kita akan mematikan musuh itu?

Evaluasi terus-menerus harus dilakukan. Jika kita mau menang.

Kadang, saya khusus menonton pertandingan bulutangkis di YouTube untuk di-ATM-kan di lapangan. Oh, begitu caranya trik Kevin melakukan flick service? Demikian memancing emosi musuh. Begitu cara memutus poin beruntun lawan. Dan sebagainya.

Demikianlah bulutangkis. Ia bukan semata-mata olahraga. Namun, bagi saya. Tepok bulu menyimpan banyak dimensi. Bukan sekadar hobi saja. Ia juga kehidupan. Meski, kata orang: bulutangkis olahraga elite. Karena nepok uang.

Beberapa hal, termasuk ongkos untuk hobi kita. Biar hanya jadi rahasia kaum pria. Jika ketahuan wanita, niscaya mereka sewot. Sebab bakal dihitungnya: Itu bisa diguna buat uang belanja berapa lama, ya?

Entah telah berapa jut saya keluarkan untuk hobi ini. Jika harus menghitungnya sejak SMP. Mulai dari membeli raket, beli sepatu, beli kaos, beli kok, beli minuman, bayar poccari jika kalah, sewa lapangan, dan ongkos ikutannya --misalnya naik grab, gojek, atau (pernah) taksi.

Tapi, prek dengan semua itu. Memang demikian. Senantiasa ada harga bagi kesehatan, kesenangan, hobi, dan pertemanan,  bukan?