Filosofi

Nullus Est Perfectus

Minggu, 11 April 2021, 08:32 WIB
Dibaca 638
Nullus Est Perfectus
Foto diri (Foto: dok. Pribadi)

Pepih Nugraha

Penulis senior

"Tak ada seorang pun yang sempurna" atau dalam bahasa Inggris Nobody's perfect.

Persoalannya, sering kita menganggap diri sempurna, sementara liyan penuh kekurangan. Maka, arogansi tumbuh akibat kesadaran ini.

Persoalan lain, kadang kita menganggap diri penuh kekurangan, sementara liyan tampil secara sempurna. Ini menumbuhkan kondisi "kroco jiwo" atau rendah diri berlebihan.

Arogan dan rendah diri sama buruknya dalam relasi sosial saat berhadapan dengan liyan. 

Sebagai "homo sociocus", kita tidak hidup sendirian. Bahkan di Bulan pun meminjam legenda Sunda, kita hidup bersama Nini Anteh dengan kucingnya.

Ada relativisme budaya yang harus kita pahami dan jalani, semata-mata agar hubungan dengan liyan berjalan penuh pengertian.

Lalu apa pilihan kita di antara arogansi dan rendah diri? Tidak lain adalah percaya diri saja. Yakin atas kemampuan diri, keunikan diri, keuletan dan ketangguhan diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Bukankah hidup ini anugerah terbesar yang diberikan oleh-Nya?

Jadi, please jangan sia-siakan kemampuan kita. Sudah waktunya berpaling pada diri sendiri.

Yes, you can!

***