Memiliki Rumah Sakit Rujukan dan Wisata Medis
(Diambil dari buku Gebrakan dari Perbatasan)
Sebuah berita menggembirakan terbit di harian umum Koran Kaltim pada 7 Juli 2014. Judulnya, “RSUD Malinau Terbaik di Kaltara.” Sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi warga Malinau. Ketika Malinau berdiri pada 1999, belum ada rumah sakit. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika 15 tahun kemudian, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Malinau, menjadi yang terbaik di Kalimantan Utara.
Pejabat Gubernur Kalimantan Utara, Irianto Lambrie memuji prestasi RSUD Malinau.
“Ini salah satu rumah sakit yang patut dicontoh, khususnya kabupaten dan kota di Kaltara. Selain bangunannya rapi, pelayanannya juga cukup menjanjikan.”
Gubernur juga memberikan apresiasi terhadap prestasi RSUD Malinau, karena meski masih masuk kategori rumah sakit tipe C dan berada di kabupaten, tapi mampu memberikan pelayanan maksimal serta ditunjang jumlah tenaga medis dan sumber daya manusia yang memadai. RSUD Malinau memiliki 14 dokter spesialis dan 11 dokter umum. Bahkan seorang dokter spesialis penyakit dalam asal Manado telah bertugas sejak 12 tahun lalu, yang menunjukkan bahwa RSUD Malinau sungguh-sungguh dalam membina SDM-nya.
Irianto meminta daerah lain mencontoh cara Pemkab Malinau melalui instansi teknis dinas kesehatan membuat dokter spesialis dan tenaga medis betah untuk bertugas di Malinau. Padahal letak geografis Malinau cukup jauh dari keramaian dan berada di wilayah perbatasan.
“Tentunya, komitmen Pemkab terhadap kesehatan sangat diperlukan, terlebih memaksimalkan pengabdian dokter spesialis untuk mengabdi di daerah dan bekerja dengan hati, bukan hanya karena gaji.”
Imbauan gubernur tersebut, tidak bertepuk sebelah tangan. Beberapa rumah sakit di Kaltara, sudah belajar berbagai hal dari RSUD Malinau. Misalnya RSUD Nunukan yang melakukan studi banding dan belajar pengelolaan SDM dari RSUD Malinau. Mereka mengakui bahwa dalam banyak hal, RSUD Malinau lebih baik dibanding rumah sakit mereka.
Sesuai dengan Komitmen Pemkab Malinau
Prestasi RSUD Malinau tersebut sejalan dengan komitmen Pemerintah Kabupaten Malinau dalam program kerja 5 tahun, periode 2011 – 2015 di bawah pimpinan Bupati Dr. Yansen TP., MSi. Dalam misi pembangunannya, Pemkab Malinau secara tegas menyebutkan bahwa komitmen utama pemerintahannya adalah menjadikan RSUD Malinau sebagai rumah sakit rujukan untuk kabupaten/kota di sekitarnya. Predikat yang terbaik se-Kaltara menjadi bukti, bahwa pemkab Malinau sudah menjalankan program tersebut dengan baik.
Dalam berbagai kesempatan, Bupati Yansen mengungkapkan impiannya tentang pelayanan kesehatan buat masyarakat Malinau. Ia tidak mau melihat warganya kesulitan ketika berobat. Malinau harus mampu menyediakan pelayanan kesehatan sebaik mungkin. Warga tidak perlu pergi ke luar kota, apalagi ke luar negeri hanya untuk berobat. Cukup di Malinau saja. Pergi ke luar kota atau ke luar negeri, hanya memboroskan biaya saja. Lebih baik, biaya tersebut digunakan untuk menyediakan peralatan kesehatan yang memadai dan menyediakan tenaga medis yang mumpuni.
Itulah sebabnya, Pemkab Malinau sangat serius dalam mengelola RSUD. Bukan hanya mengelola fisiknya saja, namun juga sumber daya manusianya. Pemkab Malinau berani memberikan jaminan kepada dokter-dokter spesialis dan umum, untuk bekerja maksimal dengan konsekuensi kesejahteraan yang lebih baik dibanding di daerah lain. Jangan heran jika terdapat dokter yang betah bekerja di Malinau selama belasan tahun.
Pemkab Malinau juga tidak segan-segan mengucurkan anggaran kesehatan yang besar, untuk penyediaan peralatan medis yang canggih dan mutakhir. Pemkab menyadari bahwa rumah sakit rujukan wajib memiliki peralatan medis yang lengkap.
Peningkatan Peralatan, SDM dan Status
Pada awal 2015, Pemkab Malinau kembali menunjukkan komitmennya dalam mengelola RSUD. Tiga peralatan baru hadir untuk melengkapi pelayanan kepada masyarakat. Ketiga alat tersebut adalah CT Scan, Endoscopy, dan Laparascopy. Dengan kehadiran alat baru itu, RSUD Malinau semakin mapan sebagai rumah sakit rujukan dan rumah sakit terbaik di Kalimantan Utara. Apalagi, status RSUD pun sudah meningkat dari RS tipe C menjadi RS tipe B. Tinggal selangkah lagi, RSUD Malinau akan menjadi RS tipe A. Status tertinggi untuk tipe rumah sakit, yang kini disandang oleh rumah sakit ternama di kota-kota besar.
Bupati Malinau mengatakan komitmen Pemkab sangat jelas dan pasti. Dia berharap dengan kehadiran alat baru tersebut pelayanan dapat ditingkatan. Alat canggih tidak akan berarti apapun, jika SDM-nya tidak sungguh-sungguh dalam bekerja.
Selain alat, Pemkab Malinau juga memastikan kehadiran tenaga-tenaga medis baru, khususnya tenaga operator ahli untuk peralatan baru tersebut. Pemkab juga mendatangkan lebih dari 10 dokter spesialis baru, sehingga jumlah dokter spesialis di RSUD Malinau tidak kalah banyak dibanding dokter spesialis di rumah sakit lain di Kalimantan.
Berobat Sambil Wisata
Jika mendengar berobat sambil berwisata, kepala kita langsung mengingat nama Singapura. Memang benar, Singapura sejak lama sudah sukses menggabungkan sektor kesehatan dengan pariwisata. Artinya setiap orang yang hendak berobat di Singapura, punya peluang besar untuk melakukannya sambil berwisata. Pengobatan bukan melulu tentang sakit, karena bisa saja hanya melakukan pemeriksaan menyeluruh (general check up). Pengobatan bukan hanya tentang pasien, melainkan juga pengantar atau pendamping pasien. Sinergi antara sektor kesehatan dan pariwisata akan memanjakan para pendamping pasien tersebut.
Tampaknya Pemkab Malinau melihat fenomena tersebut sebagai sebuah peluang. Singapura bisa, kenapa Malinau tidak? Begitu mungkin pertanyaan dalam benak Bupati Malinau Yansen TP. Dalam beberapa kesempatan, Bupati Malinau mengungkapkan tentang target lanjutan dari RSUD Malinau, yaitu mensinergikannya dengan sektor pariwisata. Tentu paralel dengan target RSUD sebagai rumah sakit rujukan, yang dalam waktu 3 tahun sejak dicanangkan sudah menuai hasil.
Bupati Malinau memaparkan bahwa di kotanya terdapat Taman Nasional Kayan Mentarang (TMKN), sebuah kawasan hutan lindung yang juga menjadi kawasan wisata. TMKN dapat menjadi daya tarik khusus buat pelancong. Di Malinau juga terdapat sejumlah desa wisata, yang sangat menarik dengan mengunggulkan kebudayaan asli daerah. Dalam waktu dekat, Pemkab juga membangun pusat wisata baru di tengah sungai, yaitu Pulau Betung. Dengan fakta tersebut, sinergi antara sektor wisata dengan sektor kesehatan, bukan hanya impian.
Apalagi posisi Malinau cukup strategis, karena berada di tengah sejumlah kota lain di Kalimantan Timur dan Utara. Selain itu, Malinau juga berbatasan langsung dengan Malaysia. Bupati Malinau bermimpi bahwa RSUD Malinau bukan hanya akan menjadi rujukan rumah sakit di Kalimantan, melainkan juga rujukan bagi rumah sakit negara tetangga. Plus menjadi pilihan wisata medis, selain Singapura.
Menyiapkan SDM Handal
Pemkab Malinau di bawah pimpinan Bupati Yansen TP juga berpikir jauh ke depan. Selain mengelola SDM dan menyediakan sarana prasarana yang lengkap, juga menyiapkan tenaga-tenaga handal kesehatan asli warga setempat. Pemkab mengirimkan pemuda dan pemudi asli Malinau untuk belajar ilmu kesehatan dan kedokteran ke berbagai lembaga pendidikan dan perguruan tinggi di Jawa. Pemkab memberikan beasiswa penuh kepada mereka.
Pada saatnya nanti, para lulusan tersebut akan mengabdi di RSUD Malinau dan memperkuat sumber daya manusia di rumah sakit tersebut. Ke depan, RSUD Malinau bukan hanya dipenuhi oleh dokter dan perawat dari daerah lain, namun juga dokter dan perawat yang berasal dari Malinau sendiri. Sebuah cita-cita luhur dan mulia, dalam rangka memandirikan Malinau.
Apa yang dilakukan Pemkab Malinau khususnya Bupati Yansen, layak dikategorikan sebagai sebuah gebrakan. Suatu program nyata, terarah dan terukur, serta terbukti berhasil menarik perhatian masyarakat, bermanfaat dan berprestasi tinggi.
Satu lagi gebrakan dari perbatasan!