Sosok

Perjuangan Seorang Pendidik yang Bisa Menjadi Teladan

Rabu, 20 September 2023, 06:24 WIB
Dibaca 461
Perjuangan Seorang Pendidik yang Bisa Menjadi Teladan
Bunga Rampai Jejak Perjuangan

Judul: Bunga Rampai Jejak Perjuangan Demi Meniti Tangga Harapan

Penulis: Sumiyati  

Tahun Terbit: 2023

Penerbit: Alineaku

Tebal: xiv + 160

ISBN: 978-623-5473-97-0

 

Terbitnya sebuah buku selalu memberi kegembiraan. Sebab terbitnya buku berarti tertulisnya sebuah pengalaman, pengetahuan, perenungan dan cerita-cerita yang membawa teladan. Saya sangat gembira ketika saya mendapatkan buku hasil karya Sumiyati, seorang pendidik dari Kabupaten Bulungan.

Dalam buku yang dijuduli “Bunga Rampai Jejak Perjuangan Demi Meniti Tangga Harapan,” Sumiyati mengisahkan perjalanannya dari sebuah desa di Wonogiri, Jawa Tengah sampai menjabat sebagai Penilik PAUD di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Kisah yang penuh perjuangan.

Setelah menempuh pendidikan di Samarinda, berbekal gelas S.Pd, Sumiyati meniti karir sebagai guru di Kabupaten Bulungan.

Karirnya sebagai pendidik bukan dilalui secara mudah. Banyak jalan berliku yang harus dilalui Sumiyati. Masa kecilnya sudah diwarnai dengan berpindah pulau; dari Pulau Jawa ke Kalimantan. Setelah lulus dari Universitas Mulawarman, Sumiyati tidak langsung menjadi Pegawai Negeri Sipil. Tapi ia harus merangkak dari bawah. Ia harus mengawali karir pendidiknya sebagai guru honorer dan guru kontrak yang gajinya semenjana. Namun semua pengalaman tersebut dijalaninya dengan ikhlas dan penuh semangat.

Ketika menjadi PNS-pun ia tidak langsung mendapat tempat yang enak. Tugas pertamanya sebagai guru PNS adalah di sebuah sekolah di pelosok.

Saat bertugas di pelosok, Sumiyati melihat bahwa banyak anak-anak yang masuk SD tanpa melalui PAUD terlebih dahulu. Bersama suaminya ia mendirikan PAUD. Setelah membahas hal tersebut dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, Sumiyati dan suaminya mendirikan PAUD “Tunas Bunda Umi Pranata.” PAUD ini mendapat sambutan antusias dari warga dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. PAUD yang dirintisnya sejak tahun 2010 di rumah bedeng itu kini telah menjelma menjadi PAUD dengan gedung megah. Pengalaman mengelola PAUD inilah yang membawa karirnya menjadi Penilik PAUD.

Kegigihan Sumiyati dalam meniti karir tidak berhenti hanya mengajar. Tapi Sumiyati adalah seorang pembelajar sejati. Di tengah kesibukannya yang luar biasa sebagai guru dan ibu rumah tangga ia memutuskan untuk kuliah S2. Sumiyati berhasil merengkuh gekar Master Pendidikan Dasar (M.Pd) dari Universitas Mulawarman Samarinda.

Apa yang ditulis oleh Sumiati berdasarkan pengalamannya meniti karir sebagai pendidik sungguh sangat menarik. Apalagi ada bumbu pernikahan antar etnis di dalamnya. Sayang sekali bagaimana ia membina rumah tangga dengan pemuda lain suku ini tidak terlalu diungkap dalam buku. Padahal topik ini adalah bagian hidup dari Sumiyati yang sangat menarik.

Kisah yang baik perlu mendapat dukungan dari editor yang baik. Sayangnya  Sumiyati tidak mendapatkan bantuan editor yang memadai untuk mengemas kisahnya. Saya menemukan berbagai kesalahan dalam penulisan di buku ini. Salah satu yang paling fatal adalah cara bertutur Sumiyati.  Sumiyati bertutur sebagai orang pertama (aku, saya) sekaligus sebagai orang ketiga (Ibu Sumiyati, Bu Sumiyati). Kesalahan semacam ini tentu sangat fatal. Kesalahan ini tentu bukan tanggung jawab Sumiati sebagai penulis. Sebab Sumiati adalah penulis pemula. Kesalahan-kesalahan ini adalah tanggungjawab dari editor. Editor terlalu malas untuk memeriksa naskah. Akibatnya kesalahan-kesalahan fatal seperti ini terjadi.

Kisah Sumiyati adalah kisah yang sangat menarik dan bisa menjadi teladan. Sayang kisah yang bagus tidak mendapatkan editor yang baik. Penulis sekelas Hemingway si pemenang Nobel Sastra memerlukan editor sebelum bukunya diterbitkan. 781