Literasi Dayak| Catatan Kelahiran
Atas inisiasi tokoh, sekaligus pelaku literasi nasional, Dr. Yansen TP, M.Si. Pada hari Minggu, 16 Oktober 2022 lahir: Literasi Dayak.
Suatu komunitas baru. Yang hidup dan mendiami huma betang, rumah panjai, ruma' kadang, lamin zaman now dalam wadah bersama bernama: WAG.
Anggotanya mendekati bilangan: 200 dalam 3 hari. Aktif. Saling silang diskusi terkait literasi: baca tulis, finansial, media, kebangsaan, dan numerasi.
Dian jangan disimpan di bawah gantang! Nyalanya jangan dikurung untuk diri sendiri.
Di WAG hari ini (17/10-2022), Dr. Yansen TP menulis yang demikian ini:
GROUP WA " LITERASI DAYAK" Membangun jiwa dan kepribadian dan aksi positif melalui literasi. Dayak bisa. Hanya selama ini kurang dipublikasi. Saya dan pak Masri hampir sepuluh tahun ini bergumul untuk membangun semangat literasi Dayak. Dengan berliterasilah kita bisa mengangkat harkat dan martabat Dayak. Jauhkan sikap apriori dan negative thinking kita terhadap sesama Dayak. Kita belum tertinggal. Optimis jika kita terus berdiskusi pasti akan lahir aksi yang brilian dari semua anggota. Jika bisa Saudaraku Jaya Ramba dan Saudaraku yang lain, muatkan Tulisannya yang dalam semua bentuk itu untuk dipublikasi melalui YTPrayeh.com. sebuah portal milik Putra Dayak. Ada juga Detik Borneo.com. Selain itu: Bibliopedia.id
Pada awal mula konten WAG saya menulis demikian:
WAG kita ini diberi nama: Literasi Dayak. Atas usul pelaku, tokoh, dan pegiat literasi nasional, Dr. Yansen TP, Msi. yang memiliki medsos Ytprayeh.com agar Dayak literat (melek) di bidang: baca-tulis, finansial, budaya, politik, media, kebangsaan, dan berbagai bidang. WAG kita ini public sphere, ruang publik zaman now, lamin masa kini, tempat berkumpul, berdiskusi, bersendagurau, berkomunikasi, berbagi, dan bersaudara. Sekaligus gong, tawak, yang menyaringkan keBAIKan dan keUNGGULan Dayak, sebagai sukubangsa yang luar biasa, unik, dan penyangga NKRI.
Makna profile picture: Irisan batu yupa (akhir abad 4 M di Muara Kaman, Kalimantan Timur, di mana raja lokal Kudungga dan sang mahaputra Mulawarman mendirikan prasasti. Inilah tonggak sejarah literasi suku bangsa kita yang di masa pengaruh Hindu-India disebut: Varuna-dvipa. Beririsan dengan Batu Ruyud, suatu kawasan di wilayah Krayan Tengah, Kalimantan Utara, sebagai the Heart of Borneo -- simbol literasi abad ini.
GROUP WA " LITERASI DAYAK" Membangun jiwa dan kepribadian dan aksi positif melalui literasi. Dayak bisa. Hanya selama ini kurang dipublikasi.
Di atasnya seekor burung enggang - hornbill- dengan mata jeli dan kaki kokoh mencengkeram literasi. Pandangan luas di atas, simbol Dayak cerdas dan berpikiran serta berbuat sesuatu yang nirbatas melampaui batas awan.
Itulah: diri kita. Kita semua yang dicerminkannya.
***
Anggota WAG luar biasa antusias. Dari berbagai belahan negeri, utamanya Varuna-dvipa, Borneo, tanah Dayak, Kalimantan: pulau terbesar ke-3 dunia.
Banyak munsyi. Ada penulis tingkat dewa. Beberapa sastrawan. Ada tokoh dan pegiat literasi. Namun, semuanya peduli pada literasi. Dan kebangkitan Dayak melaui branding dan media.
Tawak. Gong. Harus ditabuh agar nyaring merdunya. Siapa penabuhnya? Kita semua pemainnya. Orang yang paham dan mengerti makna pukulannya: ada irama memanggil berkumpul, ada bunyi menandakan genting serta bahaya, ada bunyi kematian, ada bunyi pesta, ada pula bunyi mengusir roh-roh jahat. Kitalah yang paling paham makna tetabuhan kita!
Dian jangan disimpan di bawah gantang! Nyalanya jangan dikurung untuk diri sendiri.
Seperti itu, kira-kira, tamsil: Literasi Dayak.
Baca juga: https://bibliopedia.id/literasi-dayak-catatan-kelahiran/?v=b718adec73e0